Esai-esai yang aku tulis ini, lebih berkaitan dengan dunia psikologi dan bagaimana kita keluar dari jeratan hidup yang menekan. Di sini kau akan menemukan bagaimana memilih psikiater atau psikolog sebelum memutuskan pergi ke klinik mereka. Bagaimana...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
gambar: kuliah umum Eka Kurniawan
Mungkin kali ini aku ingin bercerita tentang apa yang aku rasakan tadi malam, saat tengah menonton kuliah umum Eka Kurniawan di Kafe Basabasi yang penuh sesak dengan anak muda. Aku tak akan membicarakan Eka, karena sudah aku tulis di J'Paris Bohemien. Yang aku ingin ceritakan di sini adalah perasaan kesepian di tengah kerumunan manusia. Aku rasa, banyak orang yang mengalami kesepian semacam itu. Entah di tengah keluarga, di dekat pacar, di lingkaran teman-teman bermain. Kesepian yang tak pernah hilang dan tak terpuaskan.
Kesepian abadi, itulah yang sering aku alami dan ingin aku ceritakan.
Ada ratusan anak muda, pembaca buku, Eka juga ada di situ, beserta banyak sastrawan dan orang-orang di dunia perbukuan. Seharusnya aku cukup berbahagia bisa bertemu mereka. Bahkan malah sering bertemu dengan mereka di berbagai acara. Karena di sini, terlalu banyak acara kesenian dan kesusastraan. Tapi anehnya, di tengah-tengah kumpulan orang yang memiliki hobi, ketertarikan, dan kegairahan yang hampir sama, aku bagai seolah tak ada di situ. Aku rasa kamu sering mengalaminya juga saat berada di kelas, di organisasi, atau komunitas yang memiliki fokus dan ketertarikan yang sama. Ada semacam rasa asing yang kita alami. Di mana kita merasa bahwa kita bukan bagian dari semua ini.
Hobi, ketertarikan, dan fokus yang sama bukan berarti seseorang mau membukakan dirinya kepada kita. Ada keterganjalan yang membuat hal yang seharusnya tersambung menjadi terputus. Memiliki ketertarikan yang sama tapi berbeda secara mental dan filosofis, juga menjadi halangan terbesar orang untuk bisa saling bertukar sapa dan terlebih merasa nyaman. Itulah sebabnya, hari ini,memiliki kesamaan akan apa yang disukai, tak serta merta membuat orang-orang ingin saling mengenal. Perasaan asing lah yang pada akhirnya terjadi.
Di dunia ini banyak orang dengan ketertarikan yang sama dengan kita. Atau paling tidak dalam satu kota dan satu lingkungan, ada beberapa yang kadang mirip dengan diri kita. Itu pun, kita kesusahan untuk saling menjalin ikatan. Ada rasa enggan dan lelah untuk saling mengerti dan memahami. Pengalaman hidup yang berbeda dan keinginan selektif kita mengenai tipe seperti apa orang yang benar-benar bisa kita terima dan merasa aman. Membuat banyak jembatan penghubung terputus. Karena masing-masing orang adalah unik. Menjadi manusia yang hampir mirip dengan diri kita sendiri, kadang rasa-rasanya nyaris mustahil. Pada akhirnya, kita tak pernah merasa puas dengan banyaknya orang yang kita temui. Semenarik apa pun mereka. Karena mereka bukanlah orang yang kita harapkan dan keberadaan mereka tak menyentuh hal terdalam di diri kita.
Sangat banyak anak muda di acara Eka Kurniawan. Yang jelas, mereka memiliki ketertarikan yang mirip denganku. Tapi, di tengah kerumunan itu, apa yang aku cari, mungkin tak pernah ada. Itulah sebabnya, perasaan kesepian itu muncul. Perasaan yang tak pernah hilang semenjak kecil.
Kesepian yang berawal dari masa kecil berlanjut hingga sekarang. Ini adalah masalah psikologis pelik yang banyak orang alami. Mungkin kamu juga mengalaminya. Merasa berbeda di sekitar teman sebaya. Tingkat daya serap dan intelektual berbeda dengan yang lainnya. Kesukaan yang bertolak belakang dengan lingkungan sekitar. Dan segalanya yang seolah berbeda dan akhirnya kita bertanya, "Ada tidak sih yang mirip denganku di dunia ini?" Hingga akhirnya, pengalaman semacam itu, menjadi semacam pencarian untuk menutupi lubang yang masih menganga semenjak kita masih kecil.
Orang-orang yang lebih emosional (menggunakan perasaan untuk menilai sesuatu), seperti diriku ini. Hal yang paling utama adalah kepuasaan sebuah hubungan sosial atau ikatan yang bersifat intim. Mencari seseorang yang nyaris sama dan cocok dengan diriku. Saat sudah menemukannya, seolah-olah aku tak peduli dengan yang lainnya. Hanya satu orang saja, yang mengerti diriku, itu sudah cukup. Itulah sebabnya, banyak dari orang semacamku biasanya sangat pemilih dan tentunya tak mudah memutus hubungan yang penting. Jika dalam ikatan bernama pacaran atau keluarga, orang-orang menyebutnya sebagai setia.
Masalah terbesarnya, saat kecocokan itu tidak diketemukan, yang terjadi adalah perasaan sepi terus-menerus. Di tempat apa pun kita berada. Kesepian akan terus menemani, sebelum adanya seseorang yang tepat untuk kita. Itulah yang aku sebut sebagai kesepian abadi. Perasaan yang tak pernah terpuaskan di tengah kerumuman manusia.
Dan di tengah kerumuman yang memiliki ketertarikan yang sama denganku. Ada hal yang hilang. Sebuah keintiman dan saling pengertian yang begitu dalam. Sebuah benteng yang tak tertembus. Di mana banyak orang yang aku lihat dan tengah berkumpul, mungkin sedang mencari hal yang sama denganku. Atau pada dasarnya, masing-masing dari kita bukanlah orang yang kita cari. Seakrab apa pun kita pada akhirnya. Kesepian itu tak akan pernah berubah.