DUNIA TANPA EMOSI

646 51 3
                                    

Dunia tanpa emosi? Ya, sebuah dunia tanpa perasaan sedih, senang, bahagia, kecewa, sakit, marah, atau tanpa kenangan apa pun mengenai rasanya kesepian dan keindahan bersama dengan yang lainnya.

Sebuah dunia tanpa perasaan apa pun. Sebuah dunia yang mungkin diharapkan dan dinginkan oleh orang-orang yang putus asa, depresi berkepanjangan, memiliki kenangan buruk hampir seumur hidup, tak memiliki seorang teman dan tak ada yang mencintainya dan dicintainya. Sebuah dunia yang mungkin akan juga dipilih oleh mereka yang pernah kehilangan orang yang disayangi, gagal menyembuhkan diri secara fisik dan jiwa, serta di mana setiap harinya hidup dalam kebosanan dan perasaan sedih tanpa ujung. Mereka yang takut lagi disakiti, ditinggalkan, tak ditolong, dan diabaikan layaknya benda mati. Dunia tanpa emosi atau perasaan mungkin adalah jawaban terakhir bagi kenyataan sehari-hari bahwa dunia mungkin akan lebih damai jika kita dan seluruh manusia tak lagi memiliki perasaan apa pun. Saat tak lagi ada perasaan, pada akhirnya kita tak akan menuntut orang-orang yang ada di sekitar kita. Begitu juga semua orang tak akan lagi saling menuntut perhatian, kasih sayang, cinta, dan saling menolong atau menuntut pertolongan dari yang lain, sudah tak lagi penting.

Banyak dari kita mungkin bertanya-tanya untuk apa kita terus mempertahankan hidup dan ikatan-ikatan jika pada dasarnya semua ikutan itu tak berarti banyak bagi yang lainnya? Saat kita dianggap sebagai orang yang sudah mati, padahal kita masih hidup dan tengah menderita, berharap pertolongan datang, tapi semua teman kita menyingkir dan orang-orang yang mengaku memiliki perasaan dan empati, tidakkah lebih baik jika tak ada perasaan sama sekali?

Kita memiliki keluarga, tapi mereka seolah nyaris tak ada bagi kita. Kita memiliki luar biasa banyak kenalan di ruang kelas, grup, komunitas, atau tempat kerja, tapi rasa-rasanya seolah kita tak memiliki satu pun. Di saat setiap hari kita berjuang mengatasi kepala kita yang nyaris meledak, kecemasan tiada henti, luka-luka di tangan dan tubuh kita karena perasaan marah dan ingin mati, dan kita tahu tak ada siapa pun di dunia ini. Mungkin, dunia tanpa perasaan jauh lebih baik dari pada seumur hidup kita harus berjuang nyaris sendirian menghadapi semuanya.

Dunia tanpa emosi. Dunia tanpa perasaan. Mungkin adalah utopia terakhirku saat umat manusia sudah tak lagi mampu saling terhubung kecuali hanya segelintir manusia di tengah miliaran lainnya.

PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang