TERAPI MARAH-MARAH

2K 115 10
                                    

Marah-marah atau luapan kemarahan adalah bagus untuk kesehatan jiwa. Apa benar begitu? Kemarahan adalah wajar dan memang harus dimiliki oleh setiap manusia yang hidup. Dan membebaskan rasa amarah yang mengendap di dalam adalah semacam pembebasan dari tekanan dan hal-hal yang tak mungkin lagi bisa ditangani. Tapi tidakkah masyarakat dan banyak orang menilai, marah terlebih lagi marah-marah adalah semacam hal yang negatif, dipandang tak baik, dan dinilai buruk? Atau bahkan seringkali sosok yang meluapkan dan sangat sering meluapkan amarahnya dicap berkepribadian buruk atau harus dihindari, bukan tipe yang dinginkan atau didekati, terlebih dinikahi.

Kemarahan sebagai ekspresi dari sifat dasar manusia seringkali dianggap tak layak, tak berbudaya, dan direndahkan di belakang topeng-topeng modern yang dibentuk oleh segenap nilai-nilai masyarakat dan lingkungan sekitar. Tapi banyak orang lupa, bahwa marah-marah atau meluapkan amarah yang sangat sering atau terlampau terlihat dan malah terkesan keras, adalah sejenis terapi yang paling efektif untuk melepas tingkatan tekanan yang begitu berat dalam diri seseorang.

Ada tiga hal yang aku amati yang berkaitan dengan luapan kemarahan; Pertama, kemarahan atau marah-marah adalah bentuk dari pelampiasan kekesalan, rasa frustasi, depresi, atau atau pelepasan-pelepasan dari tekanan yang ada di dalam diri yang biasanya mengatup atau coba ditahan karena berbagai macam nilai yan diterapkan dan dipaksakan masyarakat terhadap seseorang agar bisa menjaga diri dan dinilai beradab dan bertuhan. Kedua, kemarahan yang terlampu sering atau terlalu jelas, biasanya adalah sebentuk dari kegagalan masyarakat dalam memberi arti dari keberadaan seseorang. Atau mulai retak dan hilangnya komunikasi sosial, salah pengertian, bertambahnya sikap anti-sosial dan anti-empati, sehingga dua jalu komunikasi antara seseorang dan masyarakat atau masyarakat dan seseorang mulai mengambil jalur berbeda dan saling tidak memahami. Dampak dari hal semacam itu adalah merasa tak dimengerti, diacuhkan, atau disalahpahmi dengan demikian parah, atau gagal mengerti maksud dan arti penting yang lainnya. Dan mulai berkembang luasnya ketidakpeduliaan ekstrem. Kemarahan adalah ekspresi nyata dari hal-hal semacam itu yang pada akhirnya menjadi masalah sosial, kejiwaan atau mental. Ketiga, kemarahan, terlebih marah-marah yang terlalu sering, dan sangat luar biasa tampak dan begitu jelasnya, biasanya adalah teriakan minta tolong seseorang karena jalur untuk bisa meredam tekanan-tekanan di dalam diri sudah tak ada lagi. Jadi luapan amarah yang luar biasa adalah bentuk dari kegagalan diri, masyarakat, arus ikatan sosial kecil maupun besar, dan mulai mengendurnya belas kasih. Kemarahan adalah sisa dan jalan terakhir yang bisa dilakukan karena ulur tangan dengan cara halus sudah tak lagi mungkin di tengah masyarakat yang sudah kebal dengan perasaan simpati atau empati. Siapa tahu, dengan melepaskan amarah setiap hari dengan intensitas yang begitu besar, akan ada satu orang saja yang mengerti dari jutaan atau ratusan manusia dan milyaran yang hidup di dunia.

Banyak orang mengejek kegiatan atau tindakan marah-marah, tanpa mereka tahu cara ini begitu sangat efektifnya meredam tindakan bunuh diri, menyakiti diri sendiri, atau membunuh orang lain. Marah-marah yang masih bisa ditoleransi oleh masyarakat, seperti marah-marah dalam tulisan, lewat mulut, video, atau mengekspresikan kemarahan dengan membakar buku, melempar sepeda, meremukkan barang-barang atau benda-benda yang dirusak sebagai bentuk lain dari pelampiasan, jauh lebih efektif dari pada berbicara dengan seseorang, ratusan orang, atau para psikolog dan psikiter profesional sekalipun.

Marah-marah yang diarahkan dengan baik, masih dalam koridor yang dinilai tak bertentangan dengan hukum, memiliki tingkat pencegahan yang begitu besar agar tidak melakukan tindak-tindakan yang berbahaya bagi diri sendiri dan manusia lain. Kita sering melihat para ibu yang marah-marah, mengomel terlalu sering, dan mulutnya nyaris tak bisa diam. Karena keluarga, suami, anak-anaknya, mungkin tak bisa mengerti dirinya dan menjadi beban atau tanggungan kehidupannya. Karena tak ada siapa pun yang bisa dijadikan jalan keluar dan membantu. Marah-marah dengan cara mengomel menjadi begitu efektif dari pada memukuli anak atau menggantung suami di pintu jendela. Dan marah-marah bisa dijadikan pelampiasan dari kekesalan para pemimpin kepada anak buahnya agar cepat membereskan pekerjaan-pekerjaan mereka yang terlambat, sembrono, atau tak mematuhi aturan, dari pada memecat mereka seketika dan memasukkan mereka ke daftar hitam pejabat atau karyawan yang harus dihindari siapa saja. Marah-marah juga bisa menjadi terapi paling efektif bagi segala jenis pengidap gangguan jiwa atau mental, di tengah masyarakat yang tak memedulikan keberadaan mereka sama sekali. Mati sekarang atau besok semua orang tak peduli. Toh, karena hanya diri sendiri yang bisa mengerti diri sendiri dari pada orang lain. Marah-marah untuk menghilangkan atau meredam tekanan kejiwaan dan depresi, jauh lebih berharga dari pada ratusan jutaan sosok-sosok yang menganggap dirinya mulia, berhati manusia, dan setiap hari membicarkan keadilan dan segala kemewahan kata-kata di depan umum.

Marah-marah juga lebih hemat biaya dari pada pergi ke psikolog dan psikiater yang belum tentu mau mendengar dan mengerti kita dengan jujur dan terbuka. Dan marah-marah adalah terapi paling menyegarkan dari pada obat-obatan yang diberikan kita agar berperilaku sesuai nilai-nilai masyarakat. Ya, marah-marah yang dianggap sebagai sisi lain dari keburukan memiliki sisi-sisi yang benar-benar membebaskan tekanan yang merusak di dalam diri kita selama ini. Dan marah-marah kepada teman yang tak peka dan menjengkelkan, jauh lebih baik dari pada bersikap baik hati tapi kita semakin bingung dan rusak sendiri pada akhirnya atau berpura-pura kita adalah makhluk rendah hati yang tak merasakan apa pun demi keutuhan ikatan yang pada dasarnya, salah satu di antaranya menganggapnya tak penting.

Kenapa para guru mudah marah? Ya, mungkin karena mereka bergaji kecil, memiliki beban keluarga yang menumpuk, atau sedang dalam masa-masa terburuk dalam kehidupannya. Kenapa orang tua marah kepada kita? Mungkin kita tak pernah menganggap mereka ada, selalu membantah, tak sesuai keinginan mereka. Lebih baik marah dari pada mengusir dari rumah dan menghentikan pembiayaan kita bukan? Dan kenapa kita juga marah terhadap kedua orang tua kita? Karena mereka mungkin juga tak mengerti diri kita, atau kita sejak dulu dididik terlalu manja sehingga marah adalah jalan keluar tercepat dari pada membakar rumah atau membunuh kedua orang tua kita sendiri.

Semua yang aku contohkan adalah kemarahan dalam skala agak kecil, jika dinilai dari kerusakan secara fisik dan penghilangan nyawa kehidupan lainnya. Karena kemarahan yang tak bisa dikontrol dengan baik oleh pemiliknya bisa menuju pada pembunuhan berencana, pemusnahan massal, dan teror terhadap orang yang tak disuka atau dibenci. Sebagai respon yang lebih besar terhadap masyarakat, negara, dan dunia internasional. Mungkin kemarahan itu sebagai tanda ingin dimengerti seperti kemarahan individual dalam skala kecilnya. Contohnya terorisme, adalah kemarahan yang tidak hanya bersumber dari diri individual tapi perasaan akan diasingkan, tak dianggap, tak dimengerti, suara tak didengarkan, dari komunitas yang cukup besar yang tak diberi rasa simpati dan pengertian oleh sebuah negara atau lingkungan di mana mereka hidup.

Tapi, coba bayangkan, jika semua orang di dunia ini marah-marah nyaris secara bersamaan? Untungnya, para psikolog dan psikiter sedikit tergantikan dengan wadah semacam facebook dan banyak media sosial lainnya. Sehingga kemarahan semua penduduk sedunia mampu ditampung dan diminimalisir tanpa harus terdengar oleh tetangga atau penghuni kamar sebelah. Tapi bayangkan saja jika seluruh kemarahan ini tak ditampung dengan benar, mengendap, dan jika seluruh media gagal mengambil alih peran tradisional sebagai sang pendengar dan yang bisa mengayomi?

Kemarahan atau luapan rasa marah yang begitu besar dan terus-menerus harus mulai dipertimbangkan sebagai sebentuk hal atau sesuatu yang harus ditangani, dimengerti, dan coba didekati dengan cara yang begitu lembut sehingga kemarahan terlepas menjadi sesuatu yang menenangkan. Bahwa kita tahu, ternayata, masih ada sosok yang peduli dengan diri kita di dunia ini.

Marahlah. Luapan kemarahan adalah obat terbaik bagi kehidupan di dunia milenial semacam hari ini.




PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang