KETIKA AGAMA MENYAKITIMU

1.5K 64 71
                                    

Agama menyakitimu. Membuatmu frustasi dan nyaris gila.

Hal semacam itu benar bagi mereka yang bermasalah dengan agama. Bagi sebagian besar orang yang dididik dalam ranah keagamaan tak terlalu ketat/tradisional dan tak siap dengan dunia modern atau segala nilai yang terlalu banyak. Agama bisa benar-benar membuat derita yang berkepanjangan. Ini tidak banyak berlaku bagi orang yang sekedar beragama, menjalankan agama warisan orang tua, dan nyaris tak mempertanyakan apa pun. Bagi orang beragama yang sekedar hidup tanpa mau berpikir dalam, agama tak banyak direnungkan, dipertanyakan, dan diperdebatkan dengan banyak hal sehingga tak banyak memberikan guncangan-guncangan. Ini berbeda bagi sebagian orang yang sejak kecil punya pengalaman buruk dengan agama, percintaan atau pernikahan antar agama yang ditentang kedua keluarga, atau memiliki pengalaman hidup di mana dirinya terlalu menyukai buku-buku, idealis, merasa bingung dalam beragama karena semuanya mungkin, atau memiliki ketakutan akan dosa dan murka Tuhan di akhirat sehingga selalu terbayang-bayang padahal segala kesehariannya nyaris bertentangan dengan aturan agama. Dan mereka yang kecewa terhadap agama yang tak membantunya hidup, malah tertekan, dan merasa tak ada orang seiman yang membantu. Terlebih hal yang paling menyakitkan adalah tidak beraninya mengambil keputusan: keluar dari agama tapi mungkin kelak harus berani bertanggung jawab atau terus di dalam agama tapi kesakitan dan dikejar bayang-bayang dosa dan rasa bersalah.

Di dunia semacam ini beragama terlampau sulit. Lebih sulit dari pada semua hal yang bisa kita bayangkan. Beragama tak bisa membuat orang tenang kecuali menutup seluruh diri dengan egoisme mutlak. Agama menyuruh manusia untuk bijak, menolong sesama yang tengah bermasalah, mengajarkan dan menganjurkan kebaikan, dan menghindari dosa dan larangan Tuhan. Tentu, di abad semacam ini, sangat susah rasanya. Apakah kita tak akan pacaran padahal kita kesepian? Apakah kita akan membantu teman, atau orang jauh yang membutuhkan padahal kita butuh kuota, hape baru, ke salon, membeli kacamata, baju, makanan dan lainnya? Apakah kita akan menutupi tubuh kita padahal kita butuh gaya, eksistensi diri, ingin terkenal dan banyak pengikut? Apakah kita harus sopan, lugu, atau sok genit dan menggoda agar dikagumi banyak orang padahal agama melarang hal demikian? Ataukah, dan ataukah lainnya yang bisa membuat orang pusing dan nyaris depresi. Jika dipikirkan secara dalam dan nyaris sehari-hari, terlebih bagi para perempuan, agama malah lebih mirip teror kehidupan.

Orang yang mau serius memikirkan agama dan segala aturan dan anjurannya secara sungguh-sungguh, pasti akan depresi saat dia dewasa nanti. Orang yang masih hidup nyaman dan beragama biasanya dalam praktek kehidupannya, nyaris tak begitu peduli pada aturan-aturan pada agamanya sama sekali. Itulah sebabnya banyak orang masih sedikit waras dan berbahagia. Kalau tidak begitu, agama hanya membuat orang bersedih.

Kenapa bisa? Aku tak setuju dengan itu. Mungkin kamu akan berkata seperti itu. Tapi cobalah renungi dirimu sendiri, bahwa setiap harinya, perasaan tenang, damai, senang, bahagiamu lebih banyak tak terkait dengan agama atau malah bertentangan dengan agama. Bersayang-sayangan dengan lawan jenis. Damai karena keluarga dari pada karena Tuhan. Membohongi orang tua, teman, sahabat dan lainnya untuk alasan ini dan itu. Lebih mementingan prestasi dari pada Tuhan dan anjuran-anjurannya. Sangat menghargai handphone dan suara dering chat dari pada sembahyang di gereja, vihara, atau masjid. Lebih khawatir pengikut berkurang di instagram, facebook, dan lainnya dari pada memikirkan kemanusiaan yang dianjurkan agama. Dan banyak yang bisa ditambahkan sendiri.

Agama biasanya bisa menjadi sangat menyakitkan dan begitu traumatis saat kita merasa gagal menjalankan agama dengan benar, tak juga mampu keluar dari agama, dan juga tak bisa melepaskan ketertarikan dan pemujaan kita terhadap dunia. Contohnya, uang dan status sosial lebih menyenangkan dari pada harus hidup miskin karena menuruti agama. Tapi kita takut melepas agama kita karena alasan neraka. Kita bersembunyi dari agama kita, mencoba menenangkan diri bahwa kita akan ke surga, padahal setiap hari kita tahu, kita lebih sering tak peduli dengan Tuhan dan agama yang kita yakini.

Dan yang lebih menyakitkan, saat kita mulai mempertanyakan banyak hal. Kenapa Tuhan menciptakan hidup kita dan neraka? Kenapa Tuhan membutuhkan pujian? Kenapa Tuhan pemarah dan pencemburu? Kenapa ratusan dan milayaran umat beragama tak bisa menyelesaikan masalah perang, kemiskinan, kehancuran lingkungan dan tertinggal nyata dalam hal teknologi dan wacana? Saat memikirkan semua itu, seseorang benar-benar bisa depresi. Itu sebabnya, banyak orang tak menyukai berpikir semacam itu.

Apalagi orang yang hidup di keluarga miskin, kalau dia berkata, "Tuhan jahat, kenapa aku dilahirkan di keluarga miskin, pedesaan, dan memiliki orang tua yang hidupnya sebagai pengemis?" Coba bayangkan, bagaimana perasaan anak remaja yang dilahirkan semacam itu di dunia semacam ini. Saat anak sebayanya hidup di rumah bagus, bisa sekolah, uang jajan berlimpah, punya mobil, hanphone, tak kelaparan, hidupnya berbelanja dan jalan-jalan. Bagaimana dengan dia? Jika dia berpikir terlalu jauh, iri, dan tak terima dengan nasibnya. Dia bisa bunuh diri. Terlebih jika dia malu dengan kedua orang tuanya dan merasa tak terima dengan kehidupannya.

Beragama semakin sulit jika kita kelaparan. Mendadak miskin karena orang tua diphk, sakit, atau mati. Terlibat dalam perang keagamaan dan menjadi korban. Dibenci karena agama kita di sekolah dan lingkungan. Dianggap hina karena kita beragama lain dari sekitar. Atau kita didiskriminasi di mana pun kita berada karena agama kita atau hanya karena kita memiliki agama orang tua kita, kita diolok-olok dan dijauhi.

Banyak orang merasa bingung dengan agama yang dijalaninya, merasa membutuhkan pembimbing spiritual untuk melakukan ini dan itu. Tapi siapa yang mau membimbing? Akhirnya, agama juga lebih sering membuat bingung dan frustasi berat. Apakah ini diperbolehkan? Apakah itu diperbolehkan? Dan itu dilarang, itu dilarang, itu dilarang, dan banyak larangan lainnya. Sehingga agama, bagi orang yang tak siap menjalaninya, akan mengalami konflik batin yang mengerikan.

Agama menyakitimu. Jika iya, kau harus mulai memilih. Masih terus berusaha berada di dalamnya. Atau memilih untuk meninggalkannya. Keduanya adalah pilihan secara sadar. Atau yang ketiga, berlaku sesuka hati dan tak peduli itu semua. Yang penting hidup hari ini dan mencari kesenangan.


PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang