Selingkuh seolah menjadi kata yang paling populer dan seakan menjadi trend di abad 21 ini. Aku sendiri bahkan sampai bosan sendiri melihat dan mendengarkannya. Fakta akan membludaknya perselingkuhan bisa membuat para sosiolog, terlebih psikolog harusnya tercengang, kecewa dan mulai bertanya-tanya: dunia macam apa ini?
Akan dibawa ke mana anak-anak yang baru lahir, para remaja yang baru memulai kehidupan sosialnya, seorang pasangan yang coba percaya dan mempertaruhkan kata 'setia' untuk dijadikan pegangan hidup, dan akan dibawa ke mana kejiwaan kita, keadaan damai dan ketenangan dalam diri seseorang, kebahagiaan, dan kehidupan panjang kita ke depan, jika perselingkungan telah menjadi normal, suatu bentuk kewajaran dari masyarakat kita selama ini? Bagiku sendiri, ini abad yang sangat gila. Sebuah abad, yang aku sebut sebagai abad perselingkuhan.
Melihat para orang tua bangka selingkuh dengan remaja sekolah di saat dia punya anak dan istri, bagiku sendiri itu memalukan. Aku berusaha untuk tak menyebutnya bajingan karena setiap manusia memiliki alasan masing-masing, terlebih dalam psikologi.
Memakai kacamata psikologi, otomatis aku tidak bisa menuduh dan menghakimi seseorang dengan serta merta tanpa tahu sejarah hidup masing-masing. Tapi melihat seorang ibu yang memiliki suami yang baik dan anak-anak kecil yang baru tumbuh, ternyata juga selingkuh, rasanya seperti melihat ke dunia empati yang lain, apa jadinya jika aku salah satu dari anak itu? Bagaimana perasaanku, seberapa besar kehancurannya saat melihat suami atau istri yang aku sangat cinta, selingkuh? Ini jauh lebih menghancurkan dari pada pacaran anak remaja atau hubungan kekasih yang masih bisa dibangun ulang atau mencari pengganti tanpa harus melibatkan anak-anak. Atau harapan yang terlampau tinggi atas dasar status pernikahan yang tak lain bukan adalah keinginan untuk menjalani kehidupan bersama sampai tua dan mati.
Sialnya, anak-anak remaja-muda, yang nantinya menjadi calon ibu dan ayah, juga begitu sangat mudahnya melakukan perselingkuhan, saat kondisi hubungan asmara dalam keadaan tegang sudah tak lagi tertahankan atau seringkali saat kebosanan melanda. Anggap saja, berselingkuh sekarang jauh lebih mudah dari pada dahulu kala. Perselingkuhan yang akhirnya diiringi kata putus dan perceraian.
Abad internet dan multimedialah yang membuat fakta-fakta ini terungkap semakin banyak dan tampak menyedihkan. Akan sangat lebih menyedihkan, jika anak-anak yang kini tengah bersenang-senang atau sedang mencoba hidup normal di sekolah dan rumah (karena menjadi manusia sekarang pun sudah sangat berat bahkan semenjak masih usia sekolah dasar), yang menganggap hubungan kedua orang tuanya baik-baik saja, tiba-tiba diterpa badai mengerikan bernama perselingkuhan dan perceraian.
Aku yakin, tak seorang pun dari kita yang menginginkan hal semacam itu terjadi. Tapi jika sudah terlanjur terjadi, kita sudah mengalaminya, maka seharusnya kita yang mulai belajar dari kerapuhan hubungan sosial dan asmara di abad kita ini.
Hal yang sangat penting dan harus diperhatikan di abad kita dan untuk diri kita sendiri, adalah mencoba berusaha untuk benar-benar terbuka dengan pasangan dan menganggap prinsip kesetian itu penting. Masalah-masalah, pertengkaran, dan ketegangan dalam hubungan tidak serta merta membuat kita lari dalam pelukan perselingkuhan atau memutus sebuah hubungan. Tapi kita harus mulai belajar menanganinya dan dengan sabar untuk bisa mendamaikannya sampai batas yang mampu kita lakukan. Jika kita masih sering terburu-buru dan mudah marah dalam menghadapi ketegangan hubungan asmara kita tanpa mampu berdiskusi dan bersepakat dengan pasangan kita, yang terjadi adalah pemikiran pendek; perselingkuhan dan perceraian-putus hubungan.
Atau jangan-jangan kita ini generasi yang tidak biasa berpikiran terbuka, tidak bisa berdialog dengan pasangan kita, dan tidak biasa berpikir bijak dan dewasa sehingga perselingkuhan seringkali menjadi jalan keluar dari masalah asmara yang banyak orang alami? Jadi pada dasarnya, ini tak ada ubahnya dengan dunia politik, hukum, dan pendidikan kita yang jarang terdapat keterbukaan, kejujuran, dan kebijaksanaan di dalamnya sehingga semua itu akhirnya masuk ke dalam dunia keseharian kita, yang diajarkan lewat budaya umum, nilai-nilai sosial yang diterima, pendidikan sekolah kita, dan masyarakat kita sendiri.
Aku sendiri sudah terlampau muak dengan banyaknya perselingkuhan yang tidak hanya dipelopori para artis tapi juga orang-orang awam, orang-orang perkotaan yang sudah seolah jadi normal hingga orang-orang desa dan perkampungan. Ini bagaikan sebuah dunia di mana orang-orang semakin gagal menjalin hubungan yang ideal dan bertahan lama. Jika sudah seperti itu, abad ini akan merupakan guncangan besar bagi mereka yang ingin menikah dan memiliki anak. Apakah kita yakin tidak akan kembali berselingkuh setelah kita berumah tangga? Siapa pun yang tidak yakin, aku harap untuk tidak terburu-buru menikah dan membuat anak sesukanya.
Semakin banyak orang tua yang berselingkuh dan bercerai di saat anaknya belum menyelesaikan sekolah dan pendidikannya, ini akan semakin memperparah kejiwaan, perasaan, dan pikiran generasi baru yang nantinya jadi generasi pengganti.
Siapa pun dari kita tidak ingin diselingkuhi. Kita semua pasti sangat tahu akan hal ini. Kita ingin kekasih kita hanya untuk kita dan memberikan semua kasih sayang dan perhatiaannya untuk diri kita saja.
Perselingkuhan berarti akan ada waktu yang hilang dari kasih sayang dan perhatian itu. Kita tidak lagi bisa bermanja seperti biasanya. Kita tidak lagi bisa menuntut diperhatikan seperti biasanya. Kita pun tak lagi bisa menjadi yang lebih dulu didengarkan dan ditenangkan. Itu berarti, kita menjadi tersisihkan dan saat kita ingin dihibur, seorang yang kita harapkan ternyata tak ada untuk kita dan malah menghibur orang lain.
Kita jelas tak ingin hal semacam itu terjadi. Terlebih membayangkan pasangan kita bermesraan dengan orang lain, bergandengan tangan, berciuman, atau malah berhubungan badan dengan selain kita, jelas-jelas itu sangat mengerikan dan menghancurkan.
Itulah sebabnya keterbukaan itu penting. Saling percaya dan terus berdialog dengan pasangan kita, menjadi cara terbaik untuk menghindarinya. Itu juga berarti, kita harus menuntut diri kita sendiri untuk baik terhadap pasangan dan setia kepadanya, jika kita ingin meminta pasangan melakukan hal yang sama. Saat kita sudah mencoba dan berpegang teguh terhadap prinsip itu secara terbuka dengan pasangan kita. Jika pasangan kita terbukti selingkuh, kita memiliki alasan yang kuat untuk beragumen dan memutuskan akan dibawa ke mana hubungan itu nanti. Tapi bagaimana jika kita sendiri yang selingkuh? Inilah masalah yang jauh lebih sulit karena menyangkut diri sendiri.
Kalau itu adalah aku, aku akan lebih suka memutuskan hubungan lebih dulu sebelum perselingkuhan itu terjadi. Berselingkuh lebih dulu setelah itu memutuskan hubungan, sebenarnya hal yang jauh lebih buruk dan tak tepat. Itu sama dengan mempertahankan rumah tangga yang sudah buruk, setelah itu berselingkuh, lalu kemudian bercerai, itu akan bersifat jauh lebih merusak.
Melakukan kerusakan dua kali, hubungan yang sudah buruk ditambah perselingkuhan, entah mengapa, telah menjadi hal yang umum dilakukan.
Bagi orang yang cukup bijak, saat hubungan sudah tak lagi bisa dipertahankan, lebih baik harusnya segera diakhiri tanpa harus dimasuki perselingkuhan lebih dulu. Jika dia mengerti dan cukup bijak dalam berumah tangga atau sedang menjalin hubungan asmara. Masalahnya, banyak manusia itu egois dan parasit. Inilah yang menjadikan hubungan yang harusnya cerai-putus karena perbedaan pendapat, masalah ekonomi, atau agama dan ras. Ujung-ujungnya tercemar dengan perselingkuhan karena ketidakberanian atau seeingkali ketidakmauan untuk mengakhirinya.
Demi nama baik. Demi kenyamanan semu. Demi anak-anak. Demi terhindar dari gunjingan. Demi memanfaatkan satu pihak untuk pelampiasaan nafsu berahi tapi bukan cinta. Hubungan yang buruk dan tak lagi sejalan terus dipertahankan dan akhirnya yang terjadi adalah kerusakan dua kali. Lebih baik kita menghindari hal semacam itu.
Kenapa perselingkuhan akhir-akhir ini semakin populer dan terjadi di kalangan remaja hingga orang tua yang bahkan sebentar lagi mau mati? Kenapa orang-orang semakin tak sabar, tak lagi bisa mempertahankan hubungan yang bertahan lama dan dengan mudahnya berpindah hati?
Ya, inilah abad perselingkuhan yang ditopang dengan gadget dan internet murah. Tidak seperti dulu, bertemu dan menjalin hubungan dengan seseorang terkendala teknologi dan ongkos. Kini, awal perselingkuhan telah menjadi sangat murah dikarenakan siapa pun bisa membeli handphone dan internet. Hanya dengan niat ingin berselingkuh, siapa pun, otomatis dengan sangat mudah melakukannya. Itulah kenapa perselingkuhan semakin marak dan menjamur.
Lalu, apakah di antara kita ingin menambahi jumlah para peselingkuh yang sudah ada? Aku harap tidak. Aku sendiri lebih menyukai monogami. Dan perselingkuhan adalah sesuatu yang sangat aku benci. Karena tidak hanya menggangu kesehatan jiwa tapi juga pekerjaan, masa depan, kedamaian hati dan pikiran hingga kestabilan negara.
Ini adalah abad perselingkuhan. Baik menggunakan cara wajar maupun paranormal. Dan saat kita sudah tahu, sudah saatnya kita berprinsip setia dan mulai belajar terbuka dengan pasangan kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYA
Non-FictionEsai-esai yang aku tulis ini, lebih berkaitan dengan dunia psikologi dan bagaimana kita keluar dari jeratan hidup yang menekan. Di sini kau akan menemukan bagaimana memilih psikiater atau psikolog sebelum memutuskan pergi ke klinik mereka. Bagaimana...