Saat pagi hari, Malioboro terlihat cukup sepi dan tak seberisik saat hari menjelang siang dan malam. Suasana masih cukup lembut dan aku masih menyukai kota di saat-saat seperti itu. Aku membawa sebuah buku, The Romance of Leonardo da Vinci karya Dmitri Merezkhovsky, sangat langka dan sangat jarang orang yang mengetahui buku ini. Membaca dengan perasaan agak aneh. Seolah, diriku yang dulu aku pertanyakan kembali.Untuk apa aku masih membaca, seperti ini, di tempat publik? Entahlah.
Jarak Malioboro tak ada dua kilometer dari tempatku. Bisa ditempuh selama 15-20 menit berjalan kaki atau hanya lima menit memakai motor asal jalanan lancar. Dan Tugu Jogja, terlampau dekat seolah berjalan melewatinya sudah menjadi hal yang biasa. Aku seringkali melewatinya. Nyaris setiap hari ke Malioboro. Dan kota ini, menjadi begitu asing kembali untukku.
Aku membaca Leonardo dengan perasaan agak gamang. Orang-orang sepertiku sebentar lagi akan punah. Saat generasiku sendiri yang aku anggap gagal tak mampu dilampaui oleh generasi yang ada di bawahku. Negara ini sebentar lagi akan jatuh dalam kekacauan.
Sedikit anak muda yang mengerti benar agamanya sendiri dan perbedaan agama orang lain secara dalam. Sedikit dari generasiku sendiri yang tertarik filsafat dan generasi setelahku kemungkinan besar akan lebih buruk. Orang-orang tak lagi ingin tahu asal mula nilai-nilai, hukum, dan sumber ekonomi berasal. Saat orang-orang ingin menjadi ilmuwan dan orang sukses tapi melupakan identitas, budaya, kesukuan, dan sejarah masa lalu secara dalam. Aku tak tahu lagi apa yang akan terjadi kelak.
Ketenangan yang aku rasakan, sebentar lagi akan berakhir. Masa keemasan Indonesia akan segera lenyap.
Di masaku sendiri, para menteri gagal memahami masyarakat kesukuaan dan salah mengambil kebijakan untuk melindungi mereka. Pemerintah dan anggota dewan yang berkuliah keluar negeri pun masih berdebat panjang dan tak memiliki titik temu jika menyangkut etika, lingkungan hidup, agama, keadilan, dan hak warga negara. Para antropolog bahkan seringkali salah menilai dan sosiolog masih saja gagal memahani kondisi masyarakat sekitar. Sedangkan para politikus, seperti biasa, hanya hidup untuk kepentingan golongannya saja dan jarang pernah jujur mengenai diri mereka sendiri.
Saat generasiku dan generasi tua gagal saling memahami satu dan lainnya. Apa yang akan terjadi dengan Generasi Milenial yang guru dan orang tuanya adalah Youtube, Facebook, dan Google tanpa pernah mau menelusuri secara dalam segala sesuatu?
Semakin sedikit orang yang mau menelusuri hingga ke akar masalah. Generasi Google adalah generasi dengan informasi sepotong-potong dengan sumber data yang sangat membingungkan. Kau memiliki banyak informasi di dalam kepalamu. Tapi mana yang lebih benar? Tak banyak orang bisa mengklaim lagi benar dan salah. Dan keilmuan yang ada di dalam kepala orang-orang saling bertentangan antar beragam nilai yang dianut dan dunia keseharian yang dijalani.
Bagaimana Generasi Milenial bakal bisa menangani kasus Papua di masa depan saat krisis ekonomi hebat bergejolak di saat generasi tua dan generasiku sendiri yang memiliki para profesor dan cendikiawan cukup hebat gagal dalam menentukan pendekatan dan arah kebijakan? Bagaimana orang bisa menghargai agama orang lain saat dia nyaris gagal paham dengan agamanya sendiri? Terlebih saat para pendeta dan kiai yang pernah belajar selama puluhan tahun di Eropa dan Timur Tengah tapi masih tak mampu menangani kerusuhan antar umat beragama? Bagaimana orang tak mudah menjadi teroris beragama saat dia tak punya keilmuan yang cukup karena lingkungan mengajarkan asalkan kaya, nilai kuliah baik, dan akhirnya, di masa hidupnya yang tengah mengalami krisis spiritual, dia bertemu dengan penganjur agama yang dia kira benar tapi malah membuat dia membenci semua orang di sekitarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYA
Non-FictionEsai-esai yang aku tulis ini, lebih berkaitan dengan dunia psikologi dan bagaimana kita keluar dari jeratan hidup yang menekan. Di sini kau akan menemukan bagaimana memilih psikiater atau psikolog sebelum memutuskan pergi ke klinik mereka. Bagaimana...