KEBUTUHAN UNTUK DITERIMA ORANG LAIN

1.2K 77 9
                                    

Kebutuhan untuk diterima orang lain membuat kita sekarat.

Oh betapa lelahnya mencari orang yang mengerti kita! Betapa menyakitkannya selalu ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi! Betapa remuknya saat sahabat mencuri kebahagiaan terakhir kita! Betapa menyedihkannya saat dilupakan oleh orang yang kita cintai! Betapa beratnya proses mendapatkan teman dan memiliki kawan yang ramah! Betapa menderitanya saat tak memiliki siapa-siapa! Betapa tak menyenangkannya kesepian dan selalu sendiri! Betapa betapa betapa!

©

Kita tidak terlahir sebagai penyendiri, ujar Frans de Waal. Kita adalah makhluk sosial. Itulah sebabnya kita membutuhkan seseorang di samping kita agar mampu dan berani menjalani hidup. Seseorang yang sangat intim, seperti kekasih atau pasangan hidup. Beberapa orang teman dan mungkin sahabat untuk sekedar berkeluh kesah atau sedikit bersenang-senang di dunia yang serba datar, membosankan, dan nyaris melelahkan dalam setiap harinya.

Masalah terbesarnya, mencari kecocokan hati, pikiran, dan minat, serta kepribadian, di tengah ratusan juta dan milyaran manusia, tidaklah mudah. Kadang aku sendiri berpikir dengan jengkel dan geram, tidakkah ini bodoh dan nyaris tolol, kesepian di tengah milyaran manusia? Kesusahan mencari pasangan di saat bumi hampir penuh dengan jenis kita? Tidakkah ini hal paling lucu dalam sejarah manusia modern, kesusahan dalam mencari hubungan sosial yang tepat di saat internet tengah meledak?

Tubuh dan jiwa kita tidak dirancang untuk hidup dalam ketidakhadiran dari yang lain. Kita menjadi sangat tertekan tanpa bantuan sosial: kesehatan kita memburuk, tulis Frans de Waal dalam Primat dan Filsuf. Dan itu benar. Tanpa ikatan sosial, walau hanya satu orang saja, kita benar-benar bisa menjadi gila. Terlebih sebuah ikatan yang sangat intim, yang susah tergantikan orang-orang, yang kita cari dan buru sedemikian jelas, rakus, dan benar-benar penuh kebutaan diri.

Pencarian akan ikatan sosial dan hubungan paling intim dan memuaskan, membuat umat manusia menghancurkan tabu-tabu. Kita berupaya mati-matian mencari orang yang mau mengerti kita dengan cara yang kejam sekaligus brutal. Lembut atau memaksa. Takut maupun lelah.

Dan kita semua terdorong untuk menyingkirkan segala hal yang menghalangi kita mendapatkan ikatan itu. Satu ikatan tersulit yang membuat kita kembali hidup dan ada. Satu ikatan spesial di tengah milyaran manusia yang ada di dunia ini. Dan beberapa ikatan di bawahnya, yang terbukti tak kalah sulitnya.

Pencarian akan sebentuk ikatan (sosial) yang memuaskan menghabiskan banyak waktu, tenaga, pikiran, perasaan, dan pengalaman tak menentu, naik dan turun. Betapa lamanya, bertahun-tahun hanya untuk sekedar mencari kekasih? Dan betapa sulitnya mempertahankan ikatan yang bertahan lama, dari teman hingga pasangan hidup. Seolah-seolah waktu hidup kita diisi dengan pencarian sebentuk ikatan dan kehilangan akan keberadaannya.

Mencari dan terus mencari. Sampai lelah. Sampai ambruk dan terasa bosan. Atau menangis meraung, marah, mengutuki dunia, dan tenggelam dalam kesedihan tanpa ujung. Sebagian lainnya berubah jadi manusia pekerja, jomblo sampai tua dan sukses dalam karir tapi tidak dalam perasaan.

Dari orang pintar sampai bodoh. Dari banci sampai orang kebanyakan. Dari kaya raya sampai miskin digit seribu. Dari kelamin dua sampai tak punya kelamin. Kegagalan dalam menjalin dan menemukan ikatan sosial yang diinginkan, bisa berujung pada kesepian abadi, kesedihan tanpa ujung, hampa, sakit, dan bunuh diri. Penolakan banyak orang terhadap kita juga dapat membuat kita gila dan merasa tak hidup. Itulah sebabnya, kita biasanya mengimbangi penolakan itu dengan mencari ikatan lainnya sebagai penyeimbang. Jika seluruh ikatan sosial yang kita miliki cenderung membenci kita. Melanjutkan hidup rasanya percuma bukan?

Banyak orang, terlebih para remaja, nyaris tak kuat jika mendadak seluruh dunia seolah membenci dirinya. Dan sangat menakutkan hidup di tengah kesendirian abadi tanpa kerabat dan orang tua. Tanpa teman bermain dan sekedar bisa diajak mengobrol. Tanpa seseorang paling dekat, disukai, dicintai, dan paling intim.

Di dunia dalam kesendirian total tanpa kehadiran orang lain. Kita bagaikan tengah berperang melawan pasukan bunuh diri yang kian mendekat. Dan berjuang mati-matian untuk menghindarinya dengan mengorbankan harta, usia, kesenangan, tubuh, pikiran, agama, identitas, hingga keperawanan dan keperjakan nyaris tak lagi dipedulikan asalkan dunia tak lagi sesepi dan semengerikan yang biasanya.

Butuh perjuangan yang tak sedikit dalam upaya umat manusia untuk saling mengerti. Sangat susah mencari hubungan yang paling intim dari pada hubungan longgar bernama masyarakat dan rakyat sebuah negara. Tanpa keberadaan ikatan yang paling intim. Dunia dan yang lainnya, menjadi sekedar puing-puing yang dipaksakan untuk tetap dan terus berdiri.

Itulah sebabnya, mencari pasangan hidup dan kekasih biasanya jauh lebih penting dari apa pun yang ada di dunia ini.

Kita mencari orang yang mau menerima kita, mengerti, dan memahami kita. Memberi kita perlindungan dan perasaan dianggap ada dan penting. Kita ingin lepas dari jeratan terus mencari ikatan yang selalu putus berulang kali dan membuat kita lelah dan malas. Kita ingin mengakhiri pencarian kita untuk diterima oleh banyak orang di dunia ini hanya karena tak adanya orang spesial yang menemani kita. Kita ingin menutup lubang di dalam hati kita dan setidaknya merasa tenang, karena sudah ada orang yang menyayangi kita dan kita juga menyayanginya. Kebutuhan untuk diterima dan dianggap penting adalah hal yang membuat kita hidup. Tanpa itu semua, perasaan menjadi kosong dan asing.

Hukuman paling berat, selain hukuman mati, adalah diisolasikan dalam kesendirian, tulis Frans de Waal yang benar-benar tepat. Dalam kesendirian yang nyaris total, siapa yang bisa bertahan hidup kecuali segelintir orang?

Itulah sebabnya, pencarian ikatan sosial yang gagal terus-menerus dapat membuat manusia menjadi sangat menderita dan mengalami trauma yang tak bisa dibayangkan. Banyak orang sakit bertahun-tahun karena ingin dimengerti. Dan kebutuhan untuk diterima yang tak kunjung terwujud membuat kita begitu rentan dan hampa tak terkira. Membuat segala keinginan hidup menjadi percuma dan tak berarti.




PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang