PEMUJA TUHAN YANG MANDUL

393 16 2
                                    

Melihat seorang pemulung sampah di mall Malioboro

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat seorang pemulung sampah di mall Malioboro. Para pengemudi Go-Jek yang mirip budak. Para gelandangan di pinggir jalan. Ibu-ibu yang tidur di emperan toko selama bertahun-tahun. Penggusuran rumah untuk pabrik, bandara, dan pembangkit listrik. Melihat pembunuhan di Timur Tengah. Gempa di Lombok. Toh, orang beragama yang aku lihat pada sibuk sekolah, beli kuota internet, makan dengan lahap, tidur nyenyak, dan berinternet ria. Gempa Lombok? Peduli amat! Tidakkah begitu?

Jadi mau percaya Tuhan atau tidak. Aku sudah tak peduli. Lagian yang percaya Tuhan perilakunya juga sama sadis dan abainya dengan Tuhan sendiri. Donasi handphone untuk gempa Lombok? Sesama beriman? Oh tidak. Handphone lebih penting. Kuota internet lebih penting. Sekolah dan kuliah lebih penting.

Jadi hanya pemuja Tuhan tak tahu malu yang bisa dengan seenaknya mengaguminya. Biarlah. Berdebat juga kata-kata cuma melintas saja. Lagian mayoritas besarnya cuma tidur, sekolah, beli ini itu, makan, kerja: sudah. Biarlah para ateis yang buat ini itu. Biarlah para pengusaha jahat yang buat ini itu.

Orang beragama toh doyan listrik. Bensin. Cemilan murah. Beras murah. Dan segala murah.

Jadi aku ingin tidur. Malas dengerin Tuhan dari sosok manusia yang masih santai saat gempa Lombok terjadi. Sumbanglah sepeda motor. Mobil. Isi rekening. Atau rumah? Toh itu tak perlu penting. Tidakkah Tuhan mencintai orang yang hidup sederhana dan memberikan bantuan nyaris total kepada kaum miskin dan korban bencana?

Aku sudah bosan melihat orang ngaji di masjid. Pergi ke gereja. Dan mau ngapain ke vihara? Setelah aku bangun dari tidurku nanti. Para pengemis, gelandangan, anak jalanan, orang buta, kaum papa yang cacat, dan oh ya, gempa Lombok yang terus-menerus terjadi, tak membuat mereka yang percaya Tuhan tergerak.

Aku melihat ini sejak kecil. Dan aku sudah bosan. Apa gunanya Tuhan kecuali sekedar pajangan atau yah, sekedar pemuja Tuhan yang mandul.

Hanya orang tolol yang memilih Anies Baswedan kemarin.  Dan, aku ingin tidur.

Jika Tuhan itu ada. Indonesia toh tak jadi semacam ini. Sayang Tuhan lebih suka para ateis dari pada umatnya yang beragama. Dan Tuhan lebih suka Amerika dan Israel yang kejam dari pada Iraq, Palestina, Suriah, dan lainnya.

Dan para pemuja Tuhan pun, membuat sungai Jakarta bersih saja tak mampu. Memalukan. Lebih baik tidur. Makan saja Tuhanmu. Toh kamu hanya konsumen. Konsumen. Konsumen. Ya. Lalu bangga jadi pemuja Tuhan saat hp milik Komunis. Aplikasi milik para ateis. Dan ilmu pengetahuan yang didapat di sekolah, dari ekonomi sampai biologi, itu semua nyaris dari orang yang tak peduli dengan Tuhan.

Pujalah Tuhan. Tetap jadi konsumen sampai mati. Cueklah. Abaikan orang sekarat dan mati di sekitarmu. Dan selamat, kamu pemuja Tuhan yang sejati!

Sesekali berjalan kakilah selama 1-6 kilometer. Lalu lihat kota dan daerahmu. Itulah dirimu. Dan pemuja Tuhan yang ada di sekitarmu. Sampah. Sampah. Sungai kotor. Korupsi. Jalan buruk. Kota panas. Banyak satwa liar mati. Dan lainnya Dan lainnya.

Percayailah Tuhan. Aku juga bisa percaya jika ada sperma seekor anjing mesum yang kini bergentayangan di planet Jupiter. Oh Jupiter apa benar ada? Barrack Obama ada? Hahahaha

Kita ini konsumen sejati. Ilmu pengetahuan kita diambil bukan dari pengalaman kita. Apa benar bulan itu ada? Buktinya? Apa benar penguin itu ada? Buktinya? Siapa tahu itu hoax dari para jurnalis, penulis, dan novelis imajinatif. Emang Israel itu ada? Siapa tahu juga itu hanya film dan tontotan sehari-hari.

Ada! Ada! Ada? Pernah liat sendiri? Pernah liat Mars, Neptunus, dan Hawai atau Kutub Utara?

Tuhan ada! Terserahlah. Aku hanya mau tidur. Lagian pemuja Tuhan sayangnya, pada tak menyumbang secara total ke gempa Lombok. Jadi, seandainya Tuhan itu ada. Berarti itu sudah diwakili oleh para pemujanya.

Huaam...

Berdebat dengan para pemuja Tuhan yang mandul. Ya, lebih baik tidur. Kesindir marah. Tak terima. Lanjutannya, tetap mandul. Ya buat apa coba.

Huam...

Waktunya tidur.

PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang