Aku mendadak bangun dari tidurku. Jam tiga pagi. Aku lalu mendudukkan diriku. Seperti orang yang telah kehilangan semuanya. Seseorang yang sudah tak punya apa pun untuk hidup. Seorang laki-laki yang mendadak muncul bayangan malaikat kematian di dalam kepalanya. Hmm, apakah itu kematianku, pada akhirnya? Aku tak pernah terlintas sama sekali sesosok malaikat maut selama ini. Tiba-tiba saja. Aku tersenyum aneh. Ah, jika itu benar, mungkin usiaku tinggal sebentar lagi.Lalu, tiba-tiba saja air mata tumpah dengan begitu cepatnya tanpa aku sadari. Membuat mataku begitu merah saat aku melihatnya di pantulan kaca. Aku teringat dia. Membayangkan wajahnya membuatku semakin menangis. Kenapa? Kenapa begitu mudahnya meninggalkan seseorang hanya karena alasan yang bisa dicairkan bersama? Kenapa begitu mudahnya menganggap aku tak ada, hanya karena kesalahpahaman dan perbedaan perspekfit dalam sudut pandang tertentu? Kenapa begitu mudahnya dia berbicara seperti itu? Seolah-olah dalam sekali waktu, aku hanyalah keberadaan yang tak pernah ada, tak pernah penting, dan bahkan mungkin aku hanyalah tokoh fiksi khayalan untuknya.
Kenapa orang-orang selalu meninggalkanku dengan alasan yang seperti ini? Sial, aku tak bisa menghentikan tangisanku. Sudah setengah jam aku menangis. Apakah aku keberadaan yang begitu mudahnya dihapus? Begitu mudahnyakah seseorang sepertiku menjadi sekedar kenangan? Apakah hanya aku saja menganggap konsep cinta itu penting? Lalu untuk apa dia mencintaiku, dan bertahan dengan aneh sejauh ini, dan pada akhirnya, hanya karena alasan yang mungkin membuat malaikat maut tertawa geli, begitu saja ingin meninggalkanku. Bahkan tak lagi ingin, tapi benar-benar menganggap aku tak ada. Dalam sekali waktu, di matanya aku bukan siapa-siapa lagi.
Atau akulah keberadaan yang salah dan seharusnya tak dicintai siapa pun? Aku sangat senang jika aku mati sekarang ini. Seandainya ada seseorang yang membunuhku tiba-tiba. Aku akan sangat senang. Mati hari ini atau pun besok, nyaris tak mengubah apa pun. Pada dasarnya, aku hanyalah sosok yang tak penting bagi siapa pun. Semua orang selalu berbicara mencintaiku, mencintaiku, dan mencintaiku. Lalu dengan alasan konyol, mereka meninggalkanku begitu saja. Apakah hanya sebatas itukah arti cinta? Begitu mudahnya kah kita melepas orang yang kita cintai?
Apakah hanya segitukah ke dalaman cintanya padaku? Sesuatu yang sekilas lalu habis begitu saja. Entah hari ini atau esok. Entah kapan. Karena alasan aneh, yang seharusnya bisa dengan mudah dibicarakan, kata arti "meninggalkan" dan "menghapus" bisa dengan begitu mudahnya terucap. Mungkin, hanya sebatas itu cinta. "Cinta adalah bahaya yang lekas pudar," kata Chairil Anwar. Bagi seseorang, cinta untukku hanyalah sebatas itu. Tahukah dia arti mencintai seseorang? Tahukah dia arti dari kata mencintai?
Cinta. Ego. Harga diri. Baiklah. Mana yang akan dia pilih. Karena cinta, ya, cinta dan kasih, apa pun itu seperti pertengkaran, percecokan, dan perbedaan apa pun. Tak membuat seseorang saling pergi dan meninggalkan. Dan cinta, bukan hal yang begitu mudahnya menghapus keberadaan yang lainnya dalam sekali waktu.
Apakah dia sungguh-sungguh mencintaiku? Ataukah mungkin, aku hanyalah keberadaan yang terlalu salah telah dilahirkan dalam keadaan semacam ini. Aku ingin sekali bertanya padanya, tapi entah kenapa, saat ini aku tak mampu. Apakah aku baginya, adalah keberadaan yang begitu mudahnya terhapus? Apakah seperti itu, cintanya padaku? Cinta yang bersemi aneh lalu dalam sekali terpaan sepoi angin ringan, gugur dan mati untuk selamanya.
Sekarang sudah jam empat pagi. Aku masih saja menangis. Aku mengambil salah satu buku yang tertumpuk di atas meja. Lalu kembali ke kasur. Dan pikiran aneh muncul, untuk apa aku membaca lagi? Untuk alasan apa? Apakah masih ada alasan bagiku untuk berada di dunia ini?
Udara cukup dingin. Suara kendaraan datang dan pergi di luar sana. Aku berpikir jika begitu mudahnya seseorang meninggalkan orang lainnya. Maka, kesetiaan dan janji hanyalah keberadaan yang kosong dan hampa.
Mana yang lebih berat, melihat orang yang kamu cintai berhubungan badan dan bersama seseorang selama bertahun-tahun dalam pernikahan dan kau masih tetap menunggunya karena sebuah janji. Atau seseorang yang begitu saja melepas dirimu, hanya karena cemburu, sedikit kecewa dan marah. Lalu menghapus keberadaanku begitu saja. Kalau begini, untuk apa dia menyuruhku menunggu dan berusaha sementara dia sendiri begitu mudahnya menghapus dan melepas diriku, tidak hanya begitu mudah, tapi yang membuatku terhenyak, begitu mudahnya dia menganggap aku layaknya bukan lagi manusia. Begitu mudahnyakah cinta itu baginya, yang datang dan pergi begitu saja?
Mungkin, aku memang tak pernah penting untuknya. Keberadaanku tak lain bukan seperti halnya benda sekali buang. Itulah cintanya untukku. Aku hanyalah keberadaan yang begitu mudahnya dibuang dan dihapus pada akhirnya. Sekarang atau nanti. Jika aku sedikit saja salah di matanya. Dalam sekali waktu, aku hanyalah sekedar tokoh fiksi. Sementara aku? Mungkin hanya kematianlah yang bisa menghapus sosok dirinya di dalam hati dan kepalaku.
Napasku begitu berat. Menangis terlalu lama membuat hidungku tersumbat. Apakah dia tak sadar, bahwa aku benar-benar mencintainya dan dan begitu gilanya sepakat dengan gagasan miliknya yang begitu aneh itu? Laki-laki mana yang mau melakukan, selain aku? Laki-laki mana, yang mana mau menunggunya, tanpa waktu yang pasti, menunggunya, melihat dia menjadi milik orang entah sampai kapan?
Di kamar ini aku bertanya-tanya, bahkan sejak aku masih berada di bangku sekolah. Untuk alasan apa sebenarnya mereka mencintaiku jika pada akhirnya mereka semua akan meninggalkanku begitu mudahnya? Untuk alasan apa mereka jatuh cinta padaku? Sampai sekarang ini, aku tak pernah menemukan jawabannya.
Aku masih begitu sedih. Mataku masih berkaca-kaca. Sembab. Dan agak bengkak. Menghela napas terasa begitu susah dan menyedihkan.
Aku pandangi lampu kamar yang redup. Aku pandangi sekeliling kamar ini. Aku tahu, aku seharusnya tak ada di dunia ini. Dan seharusnya tak coba dicintai siapa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYA
No FicciónEsai-esai yang aku tulis ini, lebih berkaitan dengan dunia psikologi dan bagaimana kita keluar dari jeratan hidup yang menekan. Di sini kau akan menemukan bagaimana memilih psikiater atau psikolog sebelum memutuskan pergi ke klinik mereka. Bagaimana...