BUNUH DIRI: AKU TAK ADA

578 40 65
                                    

Aku tak ada. Keberadaan yang benar-benar tak ada. Itulah yang bertahun-tahun aku rasakan terhadap diriku sendiri. Sudah berkali-kali aku berteriak dan memperlihatkan keinginanku untuk mengakhiri hidupku sendiri. Tapi sejelas dan selantang apa pun aku menunjukkannya, aku tetap saja sosok yang tak ada. Aku eksistensi yang tak terlihat. Bagi banyak orang, aku memang keberadaan yang tak penting. Bahkan sangat tak penting hanya untuk sekedar diselamatkan.

Banyak orang bahkan lebih suka melihatku mati dan tertawa dengan sangat senang sambil menganjurkanku jangan ikut mendorong orang lain untuk mati bersamaku. Mereka mengatakan itu tanpa rasa bersalah sama sekali. Mereka tak tahu, bahwa di hatiku yang paling dalam, masih ada titik di mana aku benar-benar ingin diselamatkan.

Aku hanya ingin tahu, apakah benar-benar ada orang yang serius ingin menyelamatkanku? Mengabaikan fakta bahwa aku adalah laki-laki muda yang begitu memuja intelektualitas, pencarian akan kebenaran dan misteri kehidupan. Seorang yang menjuluki dirinya sebagai filsuf dan berusaha membongkar banyak nilai yang dipegang oleh masyarakat sekitarku sehingga aku ini adalah pribadi yang membahayakan dan layak dicap sebagai musuh atau keberadaan yang dibenci. Sosok yang sangat mencemaskan banyak pihak, sinis, dan memiliki mulut yang sarkastik jika sudah menyangkut manusia yang tidak jujur terhadap dirinya sendiri dan setiap hari mengoceh tentang kemanusiaan, Tuhan, dan kebenaran yang padahal tidak dilakukannya.

Aku ingin ada orang, satu orang saja, yang menerimaku apa adanya. Satu orang di antara ratusan juta orang yang mau mengerti dan menerima cara berpikirku dan dengan lapang dada mengakui fakta-fakta yang aku temukan, kebenaran empiris terbatas yang telah aku pecahkan, dan kegairahanku yang begitu besarnya akan pencarian asal mula yang akhirnya membongkar banyak tabu dan apa yang dipercayai manusia.

Satu orang saja. Satu orang yang mau menerimaku, mengakuiku, tidak menolakku, dan melindungiku dengan sungguh, memelukku dengan rasa cinta dan kasih sayang. Dan dengan sabar mendengarkan, menolak dengan lembut, berani tak sependapat secara bijak, atau mendiskusikan banyak hal bersamaku dengan kesabaran yang sangat tinggi sampai akhirnya aku merasa cukup. Sampai di mana aku sudah melihat sebagian kebenaran dunia ini dan akhirnya memutuskan untuk berhenti.

Sebelum saat itu tiba. Kesembuhanku akan jauh. Sangat jauh. Aku harus menyembuhkan satu kepribadian yang paling banyak ditolak oleh orang-orang, paling banyak dibenci, paling banyak disalahpahami, dan paling banyak dijauhi dan disingkirkan. Satu sosok kepribadian yang begitu terikat kuat dengan cara berpikirnya yang unik dan berbeda. Sosok yang sangat sensitif secara pikiran dan perasaan. Yang terlalu banyak menyerap dunia sehingga tak mudah untuk ditenangkan.

Kepribadian dari diriku yang tak membuat nyaman umat manusia. Diriku sebagai seorang pemikir dan filsuf. Salah satu yang paling banyak mengalami penolakan di banyak kejadian dan waktu. Kepribadian yang tak diterima, tak diinginkan, ditolak, dan benar-benar tak diakui keberadaannya.

Saat ini, aku nyaris memiliki semacam trauma akan penolakan. Atau bisa aku bilang, kepribadianku yang ini hampir saja terjatuh pada perasaan takut akan berbagai macam penolakan yang dihadapinya selama bertahun-tahun. Dalam sejarah masa remaja-mudaku, dialah yang mengalami paling banyak rasa sakit dan penderitaan yang luar biasa hanya karena menunjukkan dirinya di depan orang baik.

Dia diusir dari semua organisasi dan komunitas yang pernah dimasukinya karena terlalu jujur terhadap dirinya dan dunia yang dimasukinya. Apa yang dia pikirkan, katakan, dan gagasan yang dimilikinya, nyaris enggan dan seringkali tak diakui oleh lingkaran orang yang ada di sekitarnya. Sebaik apa pun dia berusaha, dan sebaik apa pun dia mengusulkan pendapat, dia ditolak dan tak diakui. Hal itu berlanjut pada penolakan-penolakan dari komunitas sastra, kesenian, intelektual, dan yang lebih besar lagi, yang tak menggap dia ada. Seindah, sebaik, dan sehebat apa pun dia menulis dan melontarkan argumen. Dia tetap ditolak dan tak diakui. Dia benar-benar sosok yang sangat disingkirkan.

PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang