"Hahahaha... "
Dia tertawa lantang di depan laut yang bergemuruh. Dipandanginya ombak yang begitu kerasnya memukul-mukul dinding tebing. Sedangkan seekor camar kepala hitam melintas barang sebentar. Membuat langit terlihat begitu tinggi sekaligus buram.
Dipandanginya kedua tangannya. Jari-jemari yang agak kecil memanjang dan lekukan telapak tangan yang terlihat begitu aneh dan membuat matanya bertahan agak sedikit lama.
Dia memejamkan mata saat angin lembut menerpa pipinya bersama dengan alunan musik Chopin yang masuk ke kedua telinganya. Di bawah kakinya terdapat Zarathustra yang terbuka. Dan di bawah kedua kaki yang nyaris mendekati tepian itu. Jurang setinggi dua ratus meter terlihat begitu mengundang.
Dia bergumam. Gumam yang agak panjang seperti mantra yang ia tunjukkan untuk diri sendiri.
Lalu membuka mata. Tersenyum puas akan suatu hal. Memandangi langit yang terasa tak terjangkau serta ujung laut yang terlihat samar putih abu-abu.
Ditepuk-tepuk pipinya dengan tak terlalu keras. Berjalan ke depan mendekati tepian.
Rumput yang dipijakinya terasa agak basah.
Mengembuskan napas beberapa kali. Tertawa. Tersenyum. Diam. Diam. Memandang lurus ke depan.
Tanpa suara.
Langkah kaki diangkat ke depan.
... .... ....
Byaaaarr... Suara benturan dari air dan tubuh yang perlahan-lahan tenggelam kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYA
Non-FictionEsai-esai yang aku tulis ini, lebih berkaitan dengan dunia psikologi dan bagaimana kita keluar dari jeratan hidup yang menekan. Di sini kau akan menemukan bagaimana memilih psikiater atau psikolog sebelum memutuskan pergi ke klinik mereka. Bagaimana...