Setelah sampai di pertigaan jalan raya Bawen, harusnya aku berbelok ke kiri, menuju Salatiga. Tapi waktu mengejarku begitu cepat. Terlampau sore untuk memasuki Salatiga. Dalam keadaan tubuh yang agak demam dan flu yang tengah menyerangku. Aku bisa benar-benar jatuh sakit. Pada akhirnya, aku mengambil arah kanan, bergegas menuju Magelang.
Rute yang seharusnya Bawen-Salatiga-Magelang pun terputus sudah.
Aku menepi sebentar di Indomart untuk membeli vitamin c hisap dan obat pereda flu. Berharap, keadaanku tak terlampau buruk.
Aku sedikit mempercepat laju sepeda motorku. Berharap sampai di sana tak terlalu malam dan bisa menikmati sedikit pemandangan kota Magelang, yang selalu aku anggap rapi dan menyenangkan.
Di sepanjang jalan aku memikirkan seseorang. Memikirkannya terlalu sering bahkan semenjak di Kudus. Memikirkan dia akan dijodohkan dengan orang lain. Pikiran semacam itu cukup mengganggu perjalananku dan ingin aku hapus dengan lanskap yang ada di sisi kiri kanan diriku.
Aku sampai di Magelang saat matahari hampir berakhir di sisi barat. Jam lima sore lebih. Memarkir diri sebentar di alun-alun yang begitu ramai dengan berbagai macam. Memandang patung Diponegoro yang terlihat gagah. Menyaksikan para anak kecil yang tengah asyik mewarnai sebuah gambar di permukaan stereofoam.
Aku membutuhkan kehangatan untuk meredam tubuh rapuhku. Ya, aku butuh jahe panas dan sedikit remah makanan. Sambil membaca sebentar, menatap sebuah gunung yang mencuat di sisi barat sebelum akhirnya akan hilang ditelan malam.
Magelang adalah kota sedang yang cukup indah. Dan aku senang berada di dalamnya. Senang sebagai sekedar turis tapi bukan penghuni tetap. Ada Museum Widayat dan OHD di sini.Aku harusnya ke situ dan setelah itu ke Borobidur. Tapi waktu dan tubuhku tak cukup.
Aku hanya sekedar menikmati dunia yang sebentar lagi menyambut malam dan bulan yang mengambil alih segala sesuatunya dari sisi timur. Mendongak sebentar ke atas. Merasa takjub dengan beringin besar yang ada di tengah-tengah alun-alun. Lalu merenungkan diriku sendiri.
Aku butuh banyak perjalanan. Sebelum akhirnya semua perjalanan akan menghentikan diriku. Di antara perjalanan-perjalanan yang ingin aku lalui. Aku tak bisa banyak lagi membayangkannya. Aku harus bergegas dan bangkit dari tikar tempatku duduk. Memburu waktu saat adzan Maghrib bergema di sisi barat oleh masjid besar yang nyaris bersebelahan, dalam beberapa puluh atau ratus meter, dengan sebuah gereja.
Aku memacu kendaraanku. Melewati Muntilan yang tak ubahnya seperti Magelang. Mengandaikan makan dengan seseorang di salah satu tempat makannya. Lalu, dan lalu, terus melaju. Melewati berbagai tempat. Menuju Jogjakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYA
SachbücherEsai-esai yang aku tulis ini, lebih berkaitan dengan dunia psikologi dan bagaimana kita keluar dari jeratan hidup yang menekan. Di sini kau akan menemukan bagaimana memilih psikiater atau psikolog sebelum memutuskan pergi ke klinik mereka. Bagaimana...