SURAKARTA: MELEPAS LELAH

163 7 0
                                    

Di mana ada kesederhanaan,di situ ada kebajikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di mana ada kesederhanaan,
di situ ada kebajikan.
PEPATAH SWEDIA
(dalam buku Lagom karya Lola A. Akerstrom)

Aku sekarang sedang berada di Jalan Mayor Kusmanto yang membelah Benteng Vastenburg dan Telkom Indonesia. Di sisi seberang bagian Timur, terdapat Museum Bank Indonesia Surakarta, Balaikota, Gereja Katolik St. Antonius, dan tak jauh dari situ, beberapa puluh atau ratus langkah kaki. Terdapat Tugu Pemandangan yang beberapa puluh meter ke arah barat, terdapat Tugu Jam Pasar Gede dan Pasar Gede itu sendiri.

Beberapa ratus meter dari tempatku sekarang melepas lelah. Terdapat Alun-Alun Lor. Kemudian Keraton Surakarta. Tak jauh dari dua lokasi itu, Masjid Agung Surakarta terlihat kuno dan biasanya selalu ramai.

Udara cukup lembut di tempat ini. Pohon-pohon asam yang besar, angsana yang terlihat seperti raksasa, dan pohon-pohon palem di sepanjang jalan. Membuat udara tak terlalu panas dan terbilang sejuk. Walau, jalanan yang aku rasakan tadi, yang tidak tertutupi bayangan pepohonan, terasa begitu menyengat.

Aku menyempatkan diri ke toko buku setelah sedikit mengabaikan kenyataan bahwa aku tak melewati Hutan Kota Manahan. Aku memutuskan melihat-lihat buku tentang alam dan menemukan banyak buku yang melimpah dan begitu menggiurkan.

Mendapatkan Walden dari Henry Dan David Thoreau. Moby Dick milik Herman Melville. Call of the Wild, karya yang dicetak indah dari Jack London. Genom, buku baru milik Matt Ridley yang membuat mengembuskan napas lelah karena bersebelahan dengan buku-buku Jared Diamond dan Yuval Noah Harari.

Ada juga buku Life: Origin & Nature yang ditulis Hereward Carrington yang sejujurnya biasa saja. Buku milik Thomas L. Friedman, Thank You for Bring Late. Anne Frank dengan sampul Indah. Lalu Dante, The Inferno bersama dengan Ulysses milik James Joyce dan Fyodor Dostoevsky.

Sampai akhirnya, menemukan buku yang kemarin aku cari, yaitu Lagom. Buku kepunyaan Lola A. Akerstrom tentang gaya hidup orang-orang Swedia.

Aku membuka buku itu. Membacanya sekilas. Dan pada akhirnya lebih tertarik dengan kutipan-kutipan dari pepatah Swedia.

"Orang yang berhemat, akan berpunya."

"Pujian berlebihan merupakan beban."

"Perut lebih cepat kenyang dari pada mata."

"Tak ada cuaca buruk, yang ada hanya pakaian buruk."

Dan yang paling aku sukai dan sebenarnya inginkan adalah pepatah Swedia yang seperti ini, "Keseriusan dan kesenangan harus berjalan beriring."

"Sumur yang paling dalam juga bisa kering."

"Setiap orang menentukan kebahagiaannya sendiri." Sebuah kutipan yang layak dan sangat cocok saat aku masih menjadi mahasiswa Psikologi.

"Lebih baik seekor burung di tangan daripada sepuluh burung di hutan."

"Jangan menghakimi segala hal yang Anda lihat, jangan percayai semua yang Anda dengar, jangan melakukan semua yang bisa Anda lakukan, jangan mengatakan semua yang Anda ketahui, jangan makan semua yang Anda miliki, jangan biarkan siapa pun tahu apa isi hati Anda atau isi dompet Anda." Pepatah panjang ini, menjadi pepatah yang cukup aku suka.

LAGOM, hidup pas atau cukup. Sepertinya halnya minimalimsme. Mungkin kelak, akan sangat cocok untukku. Walau kini, setelah membaca buku itu dan bergerak buku-buku sastra yang bagai menggunung dan buku-buku yang tak kalah banyaknya. Aku berpikir, kenapa buku sebanyak ini? Dan berapa banyak orang bisa selesai membaca semuanya?

Ada kata-kata bijak dari entah siapa, yang aku lupa mengingatkan dalam buku Leo Tolstoy, yang menganjurkan untuk hanya membaca buku yang benar-benar bagus saja. Hal itu juga mengingatkanku pada memoar Carl Gustav Jung yang juga menyarankan hal yang serupa. Entah berapa judul buku yang terus dicetak. Ribuan atau jutaan pertahun?

Aku sendiri telah mengeluarkan ribuan judul buku berbahasa Inggris yang aku anggap cukup penting dibaca. Harganya antara 200-3 juta perbuku. Jika dikalikan, entah berapa ratus juta atau miliar hanya untuk buku, pikirku. Itu pun aku masih tertinggal banyak hal.

Kemarin saja, saat memegang buku atsrofisikawan Michio Kaku, aku merasa ingin dan hanya bisa menahan napas. Sama halnya buku milik Neil deGrasse Tyson atau Carl Sagan dan banyak astronom lainnya.

Berapa banyak buku yang bisa aku baca jika aku ingin serius menjadi penulis yang sungguh-sungguh? Setidaknya dua puluh ribu dalam waktu sepuluh tahun. Itu berarti seribu buku dalam waktu setahun. Seribu buku? Aku bisa melakukannya asal kehidupanku memang hanya fokus membaca dan menuliskan catatan mengenai inti dari tiap buku yang telah aku baca. Dan setelah membaca selama sepuluh tahun, aku baru bisa menulis. Itu pun, seperti halnya yang aku ingat dari Eric Weiner dalam The Biography of Genius, mungkin tak menghasilkan gagasan penting apa pun. Berbeda dengan ilmuwan yang hanya fokus pada satu bidang dan spesialisasi. Seorang pemikir dan filsuf dituntut untuk mencerna apa pun hingga mencapai satu kesimpulan dasar tentang dunia.

Dan itulah dunia yang aku ingin dan tengah cari. Itu pun tak membuatku bisa menjadi lebih bijak. Lalu, saat aku mengeluh terhadap diriku sendiri dan menjuluki diriku sebagai pembaca buku yang gagal. Akankah ada seseorang dari generasi setelahku yang mau membaca sepuluh sampai lima puluh ribu buku penting dalam waktu sepuluh sampai dua puluh tahun hidupnya? Untuk mempelajari banyak hal, menemukan celah kecil, dan menjadi lebih bijaksana?

Aku agak ragu. Itu adalah tugas yang sangat berat. Tak banyak orang yang mau melakukannya.

Aku sudah merasa lapar kembali. Udara begitu membelai. Mobil-mobil berjalan pelan di bawah sana. Aku terserang kantuk. Dan sepertinya, aku harus melanjutkan perjalanan.

Burung layang-layang atau walet terbang begitu hebatnya di atas pucuk-pucuk pohon. Mending mulai menggelayut dan membuat awan tinggi tampak hitam. Udara menjadi lebih keras dan membuat dedaunan bergoyang agak kasar. Dingin udara juga sudah membuatku harus mengambil langkah.

Ya, aku mengemasi barang-barangku. Mulai menuruni tangga. Kembali ke jalanan.

PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang