RASA TAKUT AKAN DITINGGALKAN

507 31 1
                                    

Apakah kau memiliki perasaan akan takut ditinggalkan seseorang? Sehingga menjadikanmu begitu tidak percaya terhadap kehidupanmu sendiri bahkan memikirkan masa depan terasa begitu menakutkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah kau memiliki perasaan akan takut ditinggalkan seseorang? Sehingga menjadikanmu begitu tidak percaya terhadap kehidupanmu sendiri bahkan memikirkan masa depan terasa begitu menakutkan. Perasaan yang begitu mengganggu, membuat segala kedekatan terasa rapuh dan sebentar lagi akan pudar.

Saat kau ingin bangkit dan seketika juga seseorang yang ada di sampingmu kembali pergi. Dan itu terjadi berkali-kali. Apakah kau bisa bangkit lagi, untuk sekali lagi? Bagaimana rasanya ditinggalkan berkali-kali sehingga kamu merasa semuanya akan kembali lagi. Lalu untuk apa mencoba, walau untuk sekali lagi jika pada akhirnya akan sama saja?

Ketakutan akan ditinggalkan. Ketakutan akan masa depan yang pada akhirnya hanya ada aku sendiri di sana. Mungkin itulah yang akhir-akhir ini aku rasakan.

Perasaan gamang yang akan menyakiti siapapun pun yang dekat denganku.

Saat pada akhirnya hubungan yang cukup lama, hampir selama tiga tahun putus begitu mudahnya karena alasan sepele. Apakah akan ada masa depan akan hubungan lainnya, yang bertahan cukup lama dan membuatku cukup tenang? Jika semuanya akhirnya kembali lagi terputus dan berakhir, saat aku baru mulai menata kembali diriku. Itu akan benar-benar merusakku secara keseluruhan.

Seandainya uang bisa membuatku bahagia. Mungkin aku akan mencari uang dengan sungguh-sungguh. Seandainya keterkenalan dan pencapaian akan sesuatu bisa membuatku kembali hidup. Aku rasa aku tak akan seperti ini. Untuk apa semua itu menjadi sebuah tujuan, jika tak ada siapa pun di sampingmu?

Jika pada akhirnya, orang yang peduli padamu akhirnya pergi kembali. Tersakiti olehmu. Atau tak lagi sanggup berada di sampingmu. Apa yang tersisa dari kata bangkit dan membangun ulang hidup? Kecuali sekedar ulangan-ulangan yang sama.

Beberapa temanku berkata bahwa jika dia berada dalam situasi yang buruk, setidaknya dia masih bisa menghasilkan sesuatu, menunjukkannya kepada orang-orang dan tak menjadi pengecut. Bagi mereka memilih mati adalah tindakan pengecut. Tapi berbeda denganku, memilih hidup bagiku adalah tindakan pengecut. Karena aku masih saja tak berani melakukan sesuatu yang sudah jelas. Saat tak ada lagi tujuan dalam hidup kita. Untuk apa sebenarnya kita bertahan?

Nama. Prestasi. Kekayaan. Kesuksesan. Ketenaran. Apakah masih penting?

Kau mungkin membangun hubungan lagi. Tapi apakah hubungan itu akan bertahan untuk seterusnya, sampai kau menua? Karena kau tahu, jika hubungan itu berakhir kembali. Semuanya juga akan berakhir. Seluruh bangunan akan ambruk seketika. Semua upaya pemulihan diri menjadi percuma.

Yang terjadi adalah, kematian lebih baik dari pada kejadian yang sama terus berulang.

Dan terkadang yang terjadi, ketakutan dan perasaan semacam ini, membuat seseorang lainnya menjadi sakit. Kau akan menjadi susah diyakinkan. Kau akan menjadi kebal terhadap perhatian dan rasa cemas seseorang terhadapmu. Kau akan merasa bahwa segala rasa sayang dirinya kelak akan berakhir juga. Kembali lagi ke awal. Menjadi puing-puing. Dan akhirnya, kau akan semakin menutup diri. Tak percaya akan siapa pun yang dekat dengan dirimu.

Berharap, kematian datang lebih cepat dan menyelamatkanmu.

Perasaan takut yang tanpa akhir. Masa depan yang begitu rapuh. Diri yang selalu sendirian pada akhirnya. Orang-orang yang kau anggap penting bagimu dan membuatku cukup tenang. Satu persatu pergi lagi seperti yang dahulu kala. Maka, melanjutkan kehidupan hanyalah alibi.

Sekedar bertahan hidup dan memakai topeng. Bahwa kita bisa menjadi orang sukses. Besar. Dikagumi. Dan lainnya. Yang tak lain bukan hanyalah omong kosong.

Seandainya mati itu mudah. Segala hubungan sosial akan berakhir. Dan kita tak lagi dituntut untuk mencari seseorang yang mau menemani kita.

PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang