Pernah kau merasa tak memiliki teman sama sekali dalam hidupmu? Dalam artian kau memiliki berbagai macam orang di sekitarmu yang seringkali disebut sebagai 'teman' tapi kau sendiri tak pernah menganggapnya 'teman'. Kata 'teman' dalam hidupmu, adalah orang yang sangat dekat, cocok, mau mengerti, saling berbagi, dan menghiburmu karena sesuai dengan kepribadianmu sehingga kau mau memberikan perhatian khusus terhadapnya. Tapi rasa-rasanya teman semacam itu semakin sulit ditemui. Hingga pada akhirnya, kau merasa tak memiliki teman sama sekali di tengah kerumunan manusia setiap harinya. Seolah-olah semua orang hanya sekedar lewat atau mengenal kita dan cukup bertukar sapa tanpa ada kedekatan yang dalam dan bertahan lama.
Sebuah dunia tanpa teman. Di mana orang-orang berlalu lalang. Datang dan pergi. Sedikit mengesankan dan tak membuat kita merasa ada.
Banyak orang mengatakan, bahwa berbagai manusia yang ada di kelas kita, dalam satu ruangan, atau sekedar bermain sebentar dengan kita, adalah teman. Dan saat ada seseorang yang ikut ke rumah kita, orang tua kita menganggapnya sebagai teman yang kita miliki. Hal ini terus berlanjut ke setiap orang yang cukup dekat dan ramah terhadap kita atau malah, istilah teman sekelas dan teman kerja menjadi hal yang aneh, kalau kata 'teman' muncul hanya karena kita seruangan dengan mereka, bertemu setiap hari, dan kadang mengerjakan kegiatan, tugas, dan kerjaan bersama. Ini sama halnya dengan media sosial Facebook, di mana saat kita dalam satu ruangan, kita seolah-olah dianggap berteman. Hanya sekedar saling menerima permintaan pertemanan dalam artian media itu, kata 'teman' dalam Facebook mewakili dunia kita sehari-hari. Pada akhirnya ribuan orang di dalam dunia keseharian kita, hanyalah sekedar teman dalam diam, tak saling bicara, acuh tak acuh, saling mengabaikan, dan tak berkepentingan untuk saling berbagi dan bersimpati. Jika teman menjadi semacam itu, kadar keintimannya berkurang jauh sekali, kita mungkin hanya bisa menggelengkan kepala. Kita tak terlalu butuh teman semacam itu kecuali sebagai target jualan, popularitas, atau sekedar memiliki ikatan samar di mana sewaktu-waktu kita bertanya dan sedikit meminta tolong.
Itulah sebabnya, di hati kita yang paling dalam, kata 'teman' sebenarnya tak mudah didapat. Sebagian dari kita masih memberi makna pada kata 'teman' sebagai hubungan yang cukup intim, yang dekat dengan kata 'sahabat'. Dahulu kala, kita memiliki dua hal untuk menyebut ikatan sosial yang setara. Teman yang bisa diajak bermain, bersenang-senang, saling bertukar makanan, cerita, saling membantu dan lain sebagainya. Perbedaannya dengan 'sahabat' tak terlampau jauh. Sahabat hanya kadar yang lebih tinggi dari pertemanan di mana kita saling menjaga dan mendukung dalam banyak hal yang kadang tak bisa dilakukan oleh seorang teman. Jadi banyak orang terdahulu tanpa memiliki sahabat pun, mereka seringkali sudah merasa senang dan memiliki orang-orang yang cocok dan bisa melakukan banyak hal bersama-sama. Melakukan kegilaan bersama, berkumpul bersama, saling bertukar banyak hal dan terkadang juga menyukai dan tak menyukai hal yang nyaris sama. Di dunia internet hari ini, kata 'teman' semakin kehilangan kadar keintiman, kedekatan, dan kecocokannya. Semua orang yang kita kenal, tiba-tiba menjadi teman tanpa kita pernah bertemu, bermain, dan melakukan banyak hal bersama. Mungkin itulah sebabnya, kita hari ini sering menganggap bahwa kita tak memiliki teman sama sekali. Karena apa yang kita dapatkan adalah teman-teman semacam itu. Sosok-sosok yang datang dan pergi dengan mudahnya.
Di sebuah dunia tanpa teman, rasanya seringkali benar-benar tak menyenangkan. Terlebih bagi mereka yang susah bergaul, pendiam, memiliki kepribadian tertutup, mengharapkan datangnya seorang teman yang cocok bagaikan mengharapkan keajaiban. Di dunia tanpa teman, segala sesuatunya seringkali terbatas. Melakukan semua hal nyaris sendirian. Saat sakit tak ada yang peduli. Bahkan seandainya mati pun, mungkin tak ada yang menengok, bersedih, kehilangan, atau menangis untuk kita. Ya, dalam sebuah dunia tanpa teman, kita harus mengerjakan tugas kita sendiri. Membayar kebutuhan-kebutuhan kita sendiri. Dan saat kita bersedih, kita juga yang harus menghibur diri kita sendiri. Dan saat semua orang merasa tak memiliki teman sama sekali. Merasa melakukan segalanya sendiri. Di situlah awal yang nyata, segala jenis ketidakpedulian dan mulai bangkrutnya segala jenis ikatan manusia.
Di sebuah dunia tanpa seorang teman yang ada di samping kita. Kita tak merasa perlu dan bersimpati terhadap orang lain. Inilah yang mendorong sebuah era yang aku sebut Anti-Empati. Sebuah era di mana ikatan-ikatan sosial manusia kian tercerabut dan tak lagi menenangkan. Sehingga segala jenis kepedulian pun menguap. Tak lagi terlalu berarti.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYA
Não FicçãoEsai-esai yang aku tulis ini, lebih berkaitan dengan dunia psikologi dan bagaimana kita keluar dari jeratan hidup yang menekan. Di sini kau akan menemukan bagaimana memilih psikiater atau psikolog sebelum memutuskan pergi ke klinik mereka. Bagaimana...