TERAPI MEMBENCI

1.3K 80 10
                                    

Kebencian bisa membuatmu bahagia. Meninggalkan dengan segera apa-apa yang tak kamu sukai. Dan menggerakkanmu untuk berpikir lebih cepat, mencari hal-hal yang lebih cocok dengan keadaan yang kamu inginkan.

Banyak agama hingga para psikolog mengajarkan bahwa kebencian adalah buruk. Kita tak boleh membenci sesama manusia atau banyak hal sepele lainnya. Itu kesalahan besar dalam mitos populer yang hanya dikonsumsi oleh orang-orang yang sekedar menjadi konsumen. Nyatanya, kebahagiaan terbesar kita, sebagian besarnya lebih banyak terdorong atas rasa kebencian, nyaris sepanjang kita hidup.

Kebencian membuat kita lebih senang dan berbahagia. Terdengar aneh memang. Tapi seperti itulah yang sesungguhnya.

Pada akhir abad ke-20, banyak rakyat Indonesia sangat membenci Soeharto. Kebencian itu menimbulkan lengsernya kekuasaan yang begitu lama, dan membuka dunia baru yang tercipta dari hasil kebencian bersama. Banyak orang membenci perang, dan bersama-sama mencoba untuk mengakhirinya. Beberapa yang lain membenci perlakuan kejam terhadap binatang dan ingin segera menghentikannya dengan mendirikan lembaga sosial, penyuluhan, dan advokasi. Banyak dari kita juga membenci berita dan televisi yang buruk. Sehingga mencari dan membuat alternatif yang lain. Sama halnya penulis yang buruk, gagasan yang buruk, buku yang buruk, dan musik yang buruk, dan seni yang buruk. Kita benci segala yang buruk itu dan mencoba melampauinya.

Kebencian membuat umat manusia bergerak maju ke depan. Mencoba memusnahkan apa yang tak disuka dan menyisakan hal-hal yang dalam hitungan sejarah, akan dianggap sebagai hal yang lebih baik. Tanpa kebenciaan terus-menerus, yang menghasilkan banyak perang dan pembunuhan besar di dunia, generasi kita hari ini mungkin akan jadi generasi paling kelaparan dalam sejarah umat manusia. Kebencian menghasilkan kematian. Dan kematian menyisakan ruang kosong untuk yang masih hidup bernapas lebih leluasa dan lega.

Banyak aktivis dan para humanis mengatakan jangan membenci. Dan kaum beragama mendongengi kita bahwa kebencian itu tak baik, membuat hati keruh dan berpenyakit. Kalau dipikir ulang, hal semacam ini terlalu dilebih-lebihkan. Kebencian bisa membuat sakit tapi tergantung orang yang melakukan kebencian itu.

Para pejuang ISIS membenci banyak hal sehingga anehnya, mereka yang malah memenangkan perang dan membunuh banyak orang lainnya yang kebenciannya kurang. Sama halnya dengan membenci mantan terus-menerus, agar tak kembali dan menghancurkan hidup kita, dan kita bisa mencari yang lainnya dan hidup dengan lebih berbahagia.

Kita juga membenci kemiskinan. Mengingatnya terus-menerus agar kita jadi orang besar atau setidaknya berkecukupan. Kita juga benci dengan kebodohan hingga akhirnya belajar nyaris sepanjang hidup dan menekuni segala sesuatu. Seandainya pemerintah menyarankan warganya untuk mencintai kebodohan. Mungkin hari ini kita tak akan seperti sekarang ini.

Membenci pekerjaan yang tak disukai mendorongmu mencari pekerjaan yang lebih layak. Membenci tubuh sendiri, kita bisa mengoperasinya, dan menjadikannya lebih baik. Membenci penyakit kita berjuang sekuat tenaga mencari obat penyembuh. Membenci ketidakadilan kita mencari dan menuntut dunia yang lebih bebas dan setara.

Tanpa kebencian, jelas manusia tak berkembang dengan cepat. Dan kita berjalan terlalu lambat dan malas berpikir akan banyak hal.

Kebencian mendorong orang untuk hidup kreatif, idealis, dan melahirkan banyak hal mengagumkan di dunia ini. Setiap hari hidup kita diisi dengan kebencian secara mencolok. Kebencian terhadap teman yang tak disuka. Kebencian terhadap guru. Kebencian terhadap orang tua. Kebencian terhadap berbagai macam kejadian, benda-benda, dan banyak hal lainnya.

Dan seringkali kita juga benci terhadap kekalahan dan perasaan terhina sehingga mendorong kita untuk sekuat tenaga tak menyerah dan membuktikan hal yang lebih baik. Tanpa kebencian yang nyaris setiap hari, seluruh perusahaan akan runtuh dan kerja pemerintah akan kacau. Kebencian mendorong perekonomian dunia terus berputar dan inovasi hadir menggantikan yang lama. Dan karena kebencianlah, umat manusia masih bertahan hidup hingga hari ini.

Sejujurnya, selama ini kita melakukan terapi kebencian di sepanjang usia kita. Kita membenci apa pun yang membuat kita tak nyaman dan tak cocok dengan diri kita. Kita mengunyahnya setiap hari di hati dan kepala kita. Toh itu benar-benar bermanfaat. Tidak seperti yang dikatakan para agamawan dan psikolog. Kebencian ternyata menghasilkan sesuatu yang berbeda. Gerak naik sebuah peradaban atau suatu kemajuan akan hal yang kita capai dalam hidup. Seandainya pun kebencian menghancurkan hidup kita. Tetap saja, telah banyak nilai positif yang kita dapat dari kebencian keseharian kita.

Presiden yang membenci rakyat dan negaranya jauh tertinggal dari negara lain akan berusaha sekuat tenaga mengejar ketertinggalan. Coba bayangkan jika banyak pejabat publik membenci uang korupsi pasti uang kas negara akan lebih banyak. Masalahnya, mencinta uanglah, yang membuat korupsi ternyata menggila dan luar biasa menjalar ke mana-mana. Kebenciaan akan kendaraan bermesin mungkin akan mendorong banyak orang berjalan kaki dan ruang jalanan menjadi lebih nyaman dari kebiasaan macet yang menyebalkan untuk dipikirkan.

Kekuatan membenci, ternyata semacam terapi agar kita menjadi lebih bersemangat menyelesaikan sekolah dan perkuliahan. Menjadi peneliti dan menemukan penemuan-penemuan. Dan menghindari orang-orang yang mungkin akan menghancurkan hidup kita sejak pandangan pertama. Dan membuat hidup kita tak terlalu diributkan oleh banyaknya hal yang tak terlalu penting dan membuat perasaan kita menjadi buruk.

Membenci itu baik. Tanda bahwa kita masih sehat dan manusiawi. Dan tidakkah perasaan membenci telah membuat kita berjalan menjauh dari kesalahan yang kemarin sehingga membuat diri kita tak mengulangi hal yang sama ?

PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang