KENAPA MEMILIH BUNUH DIRI?

579 38 15
                                    

Mayoritas besar kasus bunuh diri sukses di kalangan laki-laki dari pada perempuan. Mudahnya para laki-laki mengakhiri hidupnya karena mereka lebih ekspresif dan tak perlu banyak memikirkan lainnya. Semisal keluarga, teman, kekasih, atau apa pun itu. Banyak laki-laki lebih berhasil melakukan bunuh diri dibandingkan perempuan telah menjadi umum di kalangan dokter, psikolog, dan psikiater. Walau hal ini seringkali masih diperdebatkan. Tapi studi kasus secara kasar telah mengambil kesimpulan itu.

Hal yang paling menyebalkan dari kasus bunuh diri yang berhasil adalah kepura-puraan ekstrem orang-orang yang ditinggalkan dia yang telah membunuh dirinya sendiri. Hal yang paling menjengkelkan dan membuatku marah adalah mereka yang sok berduka padahal hanya sekedar teman atau bahkan orang jauh dan tak dikenal. Mereka yang boleh berduka dan bersedih adalah orang yang paling dekat dengan sosok yang bunuh diri itu. Dia yang paling intim, yang mati-matian berjuang mempertahankan seseorang itu sebelum kematian. Selain itu, aku secara pribadi, tak akan menerima siapa pun yang bersedih untukku jika seandainya akulah orang yang mati itu.

Alasannya sederhana. Saat aku masih hidup ke manakah semua orang itu? Setelah aku mati, untuk apa kepura-puraan brengsek itu dilakukan? Pura-pura bersedih saat seseorang sudah mati. Omong kosong! Itu hanyalah bualan mayoritas manusia yang sok bermoral dan berperasaan.

Saat ada kasus bunuh diri sampai di depan mata atau telingaku. Hal yang pertama aku pikirkan adalah, dia hebat! Dia mengejek semua manusia yang ada di sekitarnya yang katanya sebagai manusia yang peka dan peduli. Saat ada seseorang mati bunuh diri di samping rumahmu atau di sekitarmu atau malah itu kenalanamu. Pada dasarnya kamu dan semua orang yang ada di sekitar orang yang sudah bunuh diri bukan sosok yang dekat dan peduli dengan orang yang bunuh diri itu. Lalu untuk apa berpura-pura bersedih saat kematian sudah terjadi?

Jika itu, aku hanyalah akan berkata, dasar manusia bajingan! Saat aku masih ada kalian masih ada kalian tidak membantuku sama sekali tapi kini, kalian bersedih? Hell! Omong kosong macam apa itu! Berhentilah bersikap mengerikan semacam itu!

Hari ini, ada seorang yang temannya telah berhasil melakukan bunuh diri karena depresi dan lain sebagainya. Beberapa bulan yang lalu, salah seorang juga menceritakan padaku temannya yang nyaris saja berhasil melakukan bunuh diri jika seandainya tidak ketahuan. Dan aku sudah begitu sangat seringnya mendengarkan orang yang mati karena bunuh diri. Kematian yang sejujurnya mengatakan bahwa kalian tidak mengenalku. Kalian tidak simpati padaku. Kalian tidak peduli padaku. Kalian sekali tidak mengerti dan memperhatikan diriku. Itulah sedikit dari kenyataan di balik suksesnya seseorang bunuh diri. Ada retakan ikatan ekstrem di antara orang-orang. Sikap acuh tak acuh. Saling tak mempedulikan. Tak merasa berkepentingan dengan penderitaan orang lain membuat kasus bunuh diri menjadi umum. Pada dasarnya kita kebal dengan penderitaan orang lain. Hanya sedikit sosok yang sangat menderita yang benar-benar kehilangan orang yang telah bunuh diri itu. Yang lainnya, akan hidup seperti biasanya.

Bunuh diri yang paling susah dibelokkan adalah bunuh diri filosofis atau eksistensial. Biasanya mereka yang berada di kasus ini terdiri dari orang-otang pintar, jenius, berbakat, dan mereka yang memiliki daya pikir lebih dari orang sekitarnya. Tipe bunuh diri ini begitu susah untuk disembuhkan dan dibelokkan. Kecuali kamu harus mati-matian mengubah persepsi akan dunia yang ada di kepalanya. Kasus yang paling susah dicegah selain kamu harus mencarikan makna yang lain dan keberartian hidup bagi mereka.

Mereka mengakhiri hidupnya sendiri karena berpikir semuanya sudah selesai. Dunia ini tak berarti. Membosankan. Tak menarik. Hanya sekedar ulangan. Tak bermakna.

Kekayaan. Prestasi. Kejeniusan. Ikatan sosial. Tuhan. Atau apa pun itu. Tak lagi berarti dan bermakna apa pun. Tak ada lagi kepuasaan atas segala sesuatunya. Semuanya sudah berhenti dan tak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali sekedar berpura-pura menjadi dan menjalani hidup. Dari pada terus seperti itu. Bunuh diri adalah jalan terbaik untuk berkata cukup.

PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang