MARI BERKEMAS SHU

178 10 0
                                    

satu bulan, sebelum

AKU TERLALU BANYAK MENYAKITI HATI ORANG. Walau aku tak bermaksud menyakiti. Diriku yang aneh. Rumit. Membingungkan. Dan tak jelas ini. Mungkin adalah akar dari semuanya. Aku tak akan menyalahkan siapa-siapa. Mereka tak salah. Aku tak bisa menjaga kepercayaan. Aku tak bisa menjaga orang-orang. Bahkan diriku sendiri.

Aku minta maaf kepada semua orang yang tersakiti karena diriku sendiri yang tak aku mengerti. Aku minta maaf. Aku minta maaf kalian telah mengenalku. Aku minta maaf kalian pernah mencintai orang semacamku. Aku minta maaf kalian telah menolongku. Mempercayaiku. Atau bahkan ingin mendukungku.

Di sini akhirnya aku sadar, mungkin inilah batas akhirku. Sejak awal aku memang adalah kesalahan. Jadi aku ingin memperbaiki kesalahan ini dari ada menjadi tidak ada.

Aku bukan keberadaan yang baik dan bisa dipercayai oleh semua orang.

Dan ini adalah September. Seperti yang aku mau. Hanya meleset satu bulan dari apa yang aku inginkan dulu.

Hai. Maaf. Maaf aku menyakitimu. Aku menyakiti kalian. Lagi dan lagi tanpa aku tahu. Itulah ketololanku. Kesalahan terbesarku sebagai manusia. Bahwa aku bahkan tak sadar apa yang telah aku lakukan. Bahkan sering tak sadar ada seseorang yang mencintaiku.

Aku tak pernah bermaksud. Tak pernah. Dan kini, ada perasaan lega bahwa aku memang tak layak untuk siapa pun.

Hai Shu. Mari berkemas. Mari kita sedikit berkeliling. Kita sudah tak punya apa-apa untuk dipegang dan dipertahankan. Sejak kecil kita semua memang tak menginginkan hidup dan kita tak tahu untuk apa kita dilahirkan.

Hai Shu, selamat datang kembali setelah hampir dua belas tahun lamanya semenjak itu. Saat kamu melindungi kami semua. Saat kamu memberitahu kami, bahwa kita akan bersama-sama harus menyelesaikan masalah masing-masing dan akhirnya memilih Merah Naga untuk menjadi yang terakhir. Setelah segala urusan selesai. Kami semua juga selesai.

Mari kita bersama-sama membuat novel terakhir kita untuk satu bulan ke depan. Mari kita menulis dunia kita. Kegelapan kita. Ketololan kita. Ketidakmengertiaan kita akan dunia. Kegagalan kita memahami orang-orang. Dan mari, untuk yang terakhir, tulis kegilaan kita.

Biarlah orang tahu. Inilah kita dengan dunia dan kepribadiannya yang begitu rumit.

Kita sudah tak memiliki apa pun. Sudah tak ada lagi yang dipertahankan atau kita inginkan. Untuk apa lagi memperlambat waktu? Tak ada lagi guna menunda. Tak ada lagi memperpanjang semuanya. Kita hanya akan semakin sakit dan begitu juga semua orang yang kita kenal.

Kau-lah yang harus mengambil alih Shu. Walau Merah Naga belum puas. Dia hidup untuk ilmu pengetahuan. Jadi, percuma saja, dia akan terus-menulis dan melanjutkan hidup. Setidaknya, semua gagasan kasar dia sudah terselesaikan. Aku yakin dia cukup puas untuk itu.

Mari kita semua berkemas. Berkeliling. Tersenyum. Dan menyambut keputusan kita bersama.

Keputusan yang telah lama kita tunggu semenjak sekolah. Kini, akhirnya kita semua bersepakat juga. Inilah akhir itu. Begitu menenangkan.

Itulah sebabnya, saat bangun, malaikat maut mendekati kita. Jadi inilah akhirnya. Atau?

Yang jelas. Sebelum 30. Entah kita mati sebulan lagi atau setahun lagi. Jika akhirnya kita berubah pikiran lagi. Harus tak ada kehidupan setelah angka 30 itu.

Kita harus mengakhiri semuanya, setelah dua belas tahun lamanya bergulat, mempertanyakan, dan bagaimana kita pada akhirnya.

Apa kita telah bersama-sama mengambil keputusan? Apakah ini keputusan bulat?

Setidaknya. Mari kita berkemas-kemas. Setelah ini, kita akan pergi ke mana? Ke sebuah dunia, di mana tak seorang pun mengenal kita. Sebelum menuju akhir itu.

PSIKOLOGI, PSIKOTERAPI, DAN MASALAH LAINNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang