part 1

1.8K 43 3
                                    

Febby nampak masih tertidur pulas meskipun jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Ia terbangun ketika tiba-tiba handphonenya berbunyi. Siapa sih pagi-pagi udah sibuk nelepon...?” gerutunya sambil mengucek-ngucek mata. Setelah melihat bahwa panggilan tersebut adalah dari pak Wahyu Febby sangat terkejut. Pak Wahyu adalah seorang produser stasiun televisi yang terkenal. Cepat-cepat ia menerima telepon itu dengan bergaya ramah dan lembut.
"jadwal casting kamu jam 08.00 pagi ini, jangan sampai telat, telat sedikit maka kamu bisa di diskualifikasi, paham?" Dengan tegas Wahyu berkata.
"Siap pak" sahut Febby tercekat.
Setelah pak Wahyu menutup teleponnya, Febby melihat jam sudah menunjukkan pukul 07.30. Ia bingung harus melakukan apa. Duh udah jam segini lagi, kalau nggak gosok gigi nggak mandi ntar emage gue jelek dong...” gerutunya sambil bergegas ke kamar mandi.
Sementara di luar, Verrel sebagai supir pribadi Febby sibuk membersihkan mobil. Sesekali Verrel membetulkan kumis palsunya agar tidak ketahuan kalau ia menyamar. Ia tidak ingin kalau Febby mengetahui kalau dirinya juga kuliah di kampus yang sama. Sambil menyemprotkan air kebagian body mobil, ia menyanyikan lagu kesukaannya dengan penuh semangat. Setelah itu ia mengelapnya sampai benar-benar kinclong. Tiba-tiba dari dalam, Febby berteriak memanggilnya sembari keluar.
"ada apa sih teriak-teriak?" Tanya Verrel berlagak bodoh.
"udah pokoknya lo harus anterin gue sekarang" perintah Febby seraya membuka pintu mobil tersebut, Verrel jadi bengong.
"kok bengong sih? ayo buruan ntar telat lagi” ajak Febby, kemudian ia masuk ke dalam mobil.
"oke"

Dikediamannya, Wahyu sedang sarapan pagi bersama Vani istrinya dan juga Bella anak pertamanya. Vani melamun memikirkan Verrel yang keberadaannya ntah dimana. Vani terbayang ketika Verrel pergi meninggalkan mereka, karena tak ingin menuruti keinginan papanya  untuk menjadi seorang aktor.
"kenapa?" Tanya Wahyu seraya  menatap Vani. "mikirin Verrel? Kamu nggak usah khawatir, palingan juga bentar lagi dia pulang"
"gimana kalau misalnya Verrel nggak pulang-pulang, kan kasian mas, kita nggak tau kehidupannya diluar sana seperti apa” Vani sedih.
"itu kan sudah menjadi keputusannya sendiri" Wahyu lalu terdiam sejenak. "Aku jadi nggak nafsu makan kalau begini" gerutunya pergi meninggalkan mereka.
"Ma..., Mama yang sabar ya, kita doain aja mudah-mudahan Verrel baik-baik aja" Bella menenangkannya.
"Tapi tetap aja mama nggak tenang kalau begini" lirih Vani.
"Mama tenang aja, Bella pasti bisa ngebujuk Verrel pulang"
"Dia nggak akan pulang sebelum papa kamu sendiri yang memintanya pulang, kamu kayak nggak tau aja sifat Verrel seperti apa"
"Iya sih, tapi nggak ada salahnya kan kalau kita coba, Bella bakal temuin Verrel di kampus"

Setelah sampai di production house, Verrel terkejut karena PH tersebut milik papanya.
"jadi lo daftar casting disini?” Verrel lalu menutupi wajah agar tidak ketahuan oleh satpam yang tengah berjaga jaga didepan pintu masuk.
"iya, udah pokoknya lo harus temenin gue masuk" pinta Febby.
"kan yang daftar casting lo bukan gue" tolak Verrel.
Febby menarik tangan Verrel berusaha mengajaknya masuk, tapi tiba-tiba ia mencium sesuatu yang berbau busuk.
"Lo kentut ya?" Tuduh Febby sembari menutup hidung.
"sakit perut” Verrel nyengir memegangi perut.
"iih bau banget sih" cerca Febby buru-buru keluar.
Setelah Febby masuk ke dalam, tiba-tiba satpam itu memperhatikan dan menghampiri mobilnya.
"Aduh pak Farhan liat gue nggak ya...” Verrel membatin sambil menunduk. Setelah berada di dalam, Febby melihat ada beberapa orang yang duduk seperti menunggu giliran. Ia pun duduk diantara mereka, namun Winda salah satu teman sekelasnya tengah memperhatikannya dengan perasaan dendam. Jelas saja Winda sangat dendam, karena dari zaman SMA Febby selalu menjadi saingannya dalam kompetisi apapun, termasuk mendapatkan cowok yang diinginkan. Tidak berapa lama Febby di panggil untuk masuk, sehingga orang-orang yang sedang menunggu menjadi kesal termasuk Winda.
"Kenapa dia yang di panggil duluan sih? kita kan udah lama nunggu” cerca Winda menahan kesal.
"Mungkin dia kenal sama produsernya kali” sahut salah satu dari mereka.
Di dalam ruangan casting, nampak Febby sedang ber acting menangis. Para penyeleksi casting kagum melihat acting Febby yang benar-benar real meneteskan air mata.
"selamat ya, kamu di terima menjadi peran utama di salah satu sinetron kami" ucap Rian si juri penyeleksi.
"haah... jadi peran utama pak” Febby masih tak percaya.
"iya betul" sahut Rian.
Setelah mengucapkan terimakasih, Febby keluar meninggalkan ruangan dengan perasaan yang campur aduk, antara senang sekaligus terharu, pokoknya tak bisa diungkapkan.
Membuat Winda semakin bertanya-tanya saat melihat raut wajah Febby yang begitu bahagia setelah keluar dari ruangan.

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang