part 28

211 13 0
                                    

"Saya kasih kamu kesempatan untuk bicara" ucap Bella.
"Tolong katakan yang sebenarnya tentang kejadian kamu pingsan waktu itu" pinta Ammar setelah berdiri kembali.
"Sejak kapan aku pingsan? Kan kamu sendiri yang bawa aku ke hotel, masak kamu lupa sih?" Sahut Mawar malah memanas-manasi Bella, tapi Bella tak ingin cepat percaya.
"KAMU JANGAN BOHONG..." bentak Ammar menunjuknya.
"Aku...aku nggak bohong kok" Mawar agak terbata-bata.
"Kamu jangan percaya sama dia, saya yakin ini pasti perbuatan papa yang ingin menghancurkan rumah tangga kita" ucap Ammar dengan sungguh-sungguh kepada Bella.
"Benar apa kata Ammar, mama juga nggak yakin sama perempuan ini" tambah Naya berusaha meyakinkan Bella.
"Kalau kamu nggak percaya nggak apa-apa, tapi suatu saat aku akan membuat kamu percaya" gaya bicara Mawar sok meyakinkan sekali, ia kemudian pergi tanpa permisi.

Terlihat dijalanan, Verrel memakai motor beriring-iringan dengan Febby yang memakai mobil.
"Gimana kalau kita balapan?" Tantang Verrel setelah membuka kaca helm.
"Oke siapa takut" Febby nampaknya begitu semangat.
"Apa taruhannya?" Tanya Verrel.
"Yang kalah harus bikin sesuatu yang berbeda tapi romantis, gimana?"
"Hehehe...ini sih udah pasti gue yang menang!" Verrel membatin sambil tersenyum tipis.
"Gimana berani nggak?" Febby mengulangi tantangannya.
"Oke siap ya"
Mereka sama-sama fokus memacu kendaraannya. Lalu dengan santai Verrel mendahului Febby sambil mengedipkan mata kearahnya. Febby agak keheranan melihat kedipan yang tidak biasanya tersebut, tapi ia tidak mau kalah. Febby terus menambah kecepatan mobilnya menghalangi laju Verrel. Nampak dari kejauhan mereka saling salip menyalip satu sama lain. Tapi setelah beberapa saat, motor Verrel tiba-tiba tergelincir.
"Haah..." Febby langsung menghentikan mobil dan menghampirinya. "Vibi..." tegurnya setelah membantu menyingkirkan motor, namun ternyata Verrel pura-pura kesakitan. "Sebentar, Febby ambil obat dulu" ia ke mobil mengambil kotak obat. Begitu kakinya diobatin eh si Verrel malah pura-pura pingsan.
"Udah deh nggak usah pura-pura" sindir Febby yang mengetahui hal itu.
Verrel menutupi wajahnya sebagian karena menahan malu, tapi itu justru terlihat menggemaskan.
"Yah ketahuan deh" gumam Verrel.
"Ya iyalah ketahuan, gelagat kamu itu udah kebaca" Febby ingin menjitak kepalanya menahan gereget.
"Aduduh tapi ini sakit beneran" rengek Verrel sambil memegangi kakinya yang sedikit memar.
"Iya iya"
"Tapi, berarti yang menang aku dong" riang Verrel dengan penuh percaya diri.
"Enak aja, kamu nggak ingat motornya tadi nyungsep" ledek Febby.
"Iya juga sih" keluh Verrel menatap motornya. "Ya udah yuk" Sambil beranjak berdiri.
"Yakin udah bisa bawa motor sendiri?" Tanya Febby masih khawatir.
"Bisa kok" jawabnya sambil mengangguk.

Malamnya, Bella tidur dengan membelakangi Ammar. Ammar yang juga membelakangi Bella sebenarnya ingin membalikkan tubuhnya, tapi ia takut kalau Bella bertambah marah. Mereka kemudian sama-sama gelisah tak bisa tidur, sedangkan malam semakin larut.
“saya tidak pernah mengkhianati kamu” gumam Ammar tetap membelakanginya.
“saya akan berusaha mempercayai suami saya” sahut Bella. “tapi entah kenapa, hati ini terasa berat kalau melihat video itu” lirih Bella.
“saya mengerti, sebagai seorang istri, tentu tidak akan suka kalau melihat suaminya dengan perempuan lain, tapi satu hal yang harus kamu tau,  hati ini tidak akan pernah saya berikan kepada perempuan lain kecuali untuk istri saya seorang, yaitu kamu” Ammar lalu menoleh kearahnya, ia sangat berharap Bella membalikkan badan, tapi ternyata Bella tetap dengan posisi semula.
Selain menahan sedih, mereka juga sebenarnya menahan kerinduan. Tapi semua itu cuma bisa dipendam didalam hati.

Wahyu dan Vani kembali bertengkar setelah sampai dirumahnya. Pertengkaran itu bahkan sampai terdengar oleh si bibik di dapur. Pak Wahyu kenapa ya...? bawaannya mau marah-marah terus!” keluh bibik mendengarnya.
“sampai kapan kamu akan berubah mas?” tanya Vani.
“sampai Bella berpisah dari Ammar”
“kenapa? apa yang membuat kamu begitu membenci Ammar? Padahal Ammar sudah menerima segala kekurangan Bella, apalagi Bella tidak bisa mempunyai keturunan, tapi Ammar tetap mencintai anak kita dengan segala kekurangannya” jelas Vani dengan panjang lebar.
“itu semua karena Ammar, coba kalau Bella tidak menikah dengan dia, aku yakin kejadiannya tidak akan seperti ini”
“ini namanya takdir yang kuasa mas, bukan karena Ammar”
“alaaah takdir takdir, takdir itu kita sendiri yang ciptakan”
“astaghfirullahaladzim...Allah itu bisa melakukan apa saja kalau ia mau, jadi mas nggak boleh berkata seperti itu” Vani menasehatinya.
"Udahlah aku nggak butuh ceramah kamu"

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang