Tampak Feverr sedang memenuhi keinginan ketiga buah hatinya, yaitu menemani mereka ke kebun binatang. Dengan menyewa dua sepeda goes sekaligus, Verrel yang menbonceng jagoan laki-lakinya mengomandoi Febby yang membonceng Almeera untuk mengikutinya berkeliling. Mereka saling balap satu sama lain menuju pusat primata schmutzer, yang berupa koleksi hewan secara kelompok. Mulai dari reptil, unggas, karnivora, herbivora, mamalia, primata dan masih banyak lagi.
"AYO YANG TEPET YAH..." Imam menyemangati Ayahnya.
"AYAH AYAH AYAH..." Yusuf juga tak mau kalah.
"AYO BUNDA KITA NDAK BOYEH TAYAH..." Almeera juga ternyata sama, ia tampak lebih semangat lagi meminta Febby untuk mengalahkan mereka. "BUNDA PATI BICA..."
"IYA MIRA PEGANG BUNDA YANG KUAT YA..." Seru Febby, dengan erat Almeera berpegangan.
Verrel bisa saja mengalahkan mereka, tapi Verrel tidak ingin mengecewakan anak perempuannya itu. Memang tidak ada yang berbeda, tidak ada pilih kasih diantara mereka. Ia menyayangi semuanya, tapi perasaan perempuan itu lebih lembut dan perasa di bandingkan dengan laki-laki. Mangkanya ia harus menjaga perasaan kedua perempuan yang sangat di cintai ini.
"AYO BUNDA DITIT AGI..." Almeera kembali berseru, yang membangkitkan semangat Febby untuk terus memacu kayuhannya.
"Kamu tenang aja sayang, pasti kamu menang kok" Verrel membatin senang memperhatikan keceriaan dan semangat mereka, ia sengaja mengalah untuknya.
"YEAA TITA MENANG, AYAH CAMA KAKAK TAYAH..." Almeera girangnya bukan main setelah berhasil mendahului mereka.
"YAHH, KOK KITA KAYAH CIH..."
"AYAH CIH KULANG TEPET..."
Kedua anak laki-lakinya tampak kecewa atas kekalahan mereka, sementara Almeera memeluk Febby yang habis menempatkan sepedanya di pinggir.
"Tos dulu dong" Riang Febby mengangkat kedua tangan untuk melakukan tos bersama, tapi Verrel terlihat membisikkan sesuatu pada Imam dan Yusuf.
Sesaat kemudian kedua putranya manggut-manggut tanda mengerti. Sebenarnya apa yang dj bisikkan Verrel padanya? Febby jadi menatapnya penuh kecurigaan, tapi belum sempat ia mendekat, kedua jagoannya keburu menghampiri dan mengajaknya masuk, karena tidak sabar ingin melihat binatang-binatang kesukaannya.
"Tadi Ayah ngebisikin apa sama mereka?" Kali ini Febby yang bisik-bisik di telinga Verrel, tapi sayang Verrel cuma mesam mesem tanpa menjawab apapun. "Kok malah senyam senyum sih, jawab dong yah, jangan bikin bunda penasaran deh"
"Ih bunda kepo" Ejek Verrel sambil terus mengawasi mereka yang berjalan di depannya.Dari rumah kontrakan, Aish tengah bersiap-siap pergi ke acara pernikahan Mawar dan Alan, tapi itu bukanlah tujuan utamanya, karena yang paling utama adalah menemui Sultan untuk lebih mendekatkan diri. Lepas dari masalah pernikahan sirinya terhadap Mawar, Ammar terasa lebih lega. Usahanya dengan Bella yang menyatukan Mawar bersama Alan tidaklah sia-sia. Mereka sangat mengucap syukur kepada sang kuasa telah mengabulkan doanya selama ini. Karena jujur, batin Ammar selama ini tersiksa menikahi Mawar, perempuan yang tidak ia cintai. Dan kini ia bebas dari perasaan itu.
"Gimana sayang udah siap?" Tanya Ammar di sela-sela merapikan jas yang di kenakan, sementara Bella baru saja selesai memakai make-up di depan meja rias.
"Udah kok, mau berangkat sekarang mas?"
"Ya iya dong, masak mau berangkat tahun depan" Ammar tersenyum geli berhasil membuat Bella terkekeh atas candaannya.
"Coba saya mau lihat dulu penampilan mas" Bella berputar mengitari tubuh Ammar, mengamatinya dari atas sampai bawah. "Cukup tampan" Pujinya tersenyum lebar.
"Kok cukup tampan?" Ammar sedikit kecewa dan cemberut.
"Memang mas cukup tampan, tapi mas punya daya pikat yang luar biasa buat saya" Rayu Bella melingkarkan tangan di pinggangnya.
"Oia, pantas saja kamu tidak bisa jauh-jauh dari saya ya" Balas Ammar mengeratkan tubuhnya.
"Tidak jadi berangkat dong kalau begini"
"Oia ya, lupa, abisnya kamu cantik banget sih, saya jadi mau nempel terus deh kayak magnet"
"Gombaal..."
Ammar tersenyum puas dan menggandengnya keluar, memasuki mobil yang terparkir tepat didepan teras. Sesampainya di dalam gedung, Alan dan Mawar sedang melakukan ijab qobul yang di dampingi oleh papanya. Rupanya kedatangan mereka sedikit terlambat, tapi itu bukanlah suatu perkara menghambat kelancaran pernikahan itu. Memang acaranya tidak terlalu besar, karena yang hadir hanya sebatas keluarga saja, tapi suasananya cukup mewah. Tiba-tiba pandangan Bella mengarah pada sosok Sultan yang berdiri di samping Naya dekat meja prasmanan, sedangkan Ammar masih celingak celinguk mencari anaknya tersebut.
"Sultan mana ya?" Gumam Ammar, tapi Bella menyenggol bahunya. "Iya kenapa sayang?"
"Itu Sultan mas" Bisik Bella.
Wajah Ammar berubah menjadi lebih berbinar-binar. "Ayo kita kesana"
Melihat mereka, spontan saja Sultan memanggilnya, terus naik keatas punggung Ammar yang membungkuk di depannya.
"Mama mohon kamu jangan bikin masalah" Naya memperingatkan mereka.
"Ma, kita kesini bukan mau bikin masalah, tapi kita mau ngucapin selamat sama mereka" Sahut Bella.
"Mama tau itu bukan tujuan utama kalian kan?"
Meskipun mereka tidak menjawab, tapi Naya bisa memaklumi kerinduan Ammar terhadap cucunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
Fiction généraleApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...