Terlihat dari kejauhan, Verrel berlari mengejar kendaraan Febby, tapi ia berhenti saat mengetahui ponselnya berbunyi.
"Iya assalamu'alaikum pa" Verrel menjawab telepon dari Rifki.
"Saya minta kamu ke kantor sekarang"
"Mmm iya pa" Sebenarnya Verrel ingin menolak, tapi sepertinya sangat penting sekali.
Lantas ia ke pinggir jalan raya menyetop angkutan umum. Beberapa menit kemudian, ia berdampingan dengan kendaraan Febby.
"FEBBY..." Panggilnya, tapi Febby sengaja mempercepat laju kendaraannya. "Pak tolong kejar mobil itu pak" Perintahnya kepada supir.
Sang supir sudah berusaha semampunya, tapi tak terkejar. Maklum sajalah, yang nyupir sudah tua.
"Biar saya aja pak yang nyetir" Pinta Verrel.
Herannya si supir juga menurut, ia menepikan mobil itu dan beralih ke samping, sedangkan Verrel beralih ke kemudi. Kini Verrel yang memegang kendali mengendarai angkutan umum tersebut.
"Pegangan pak" Ucap Verrel sambil menginjak gas.
Sementara Rifki tampak gelisah menunggu kedatangannya di ruang meeting. Ia meminta Rivan untuk kembali menghubunginya karena rekan bisnisnya sebentar lagi akan sampai. Ini memang sangat penting, karena beliau merupakan supplier dari Surabaya.
"Gimana? Udah bisa dihubungi?" Tanya Rifki kepada Rivan yang terus menghubungi Verrel.
"Tidak diangkat pak, mungkin lagi dijalan"
Di jalan raya, Verrel terus mengejar kendaraan Febby. Tapi sayang tiba-tiba angkutan umum tersebut pecah ban.
"AAAGH..." Verrel tampak kesal sendiri sambil memukul stir.
"Memangnya yang dikejar itu siapa mas?"
"Istri saya pak"
"Biasanya perempuan itu kalau lagi marah, jangan dikejar-kejar"
"Kalau nggak dikejar nanti dia tambah marah pak"
"Caranya kasih surprise mas, biar marahnya reda"
"Gitu ya pak"
"Iya, dulu waktu masih muda saya juga suka begitu"
Verrel kemudian turun dan memberikan ongkos lebih untuk membantu si bapak menambal ban mobilnya yang pecah.
"Tapi ini kebanyakan mas" Tolak si bapak.
"Udah nggak apa-apa pak, itu rezeki buat anak dan istri bapak"
"Makasih ya mas"
Verrel buru-buru menyetop tukang ojeg yang melintas.
Sedangkan Rifki dan rekan bisnisnya lagi membicarakan mobil sport yang akan di impor dari USA. Rifki kemudian mengamati brosur-brosur mobil sport yang di perlihatkannya.
"Ya udah kalau gitu saya permisi dulu, soalnya saya tidak bisa lama-lama, karena saya harus kembali ke Surabaya sore ini juga"
"Oke terimakasih, nanti akan saya kabarin kelanjutannya"
Usai bersalaman, Rifki mengantarnya sampai ke mobilnya yang terparkir di depan showroom. Sementara Verrel tiba dipinggir jalan naik ojeg.
"Makasih ya pak" Ucapnya sambil memberikan ongkos.
"Pak Verrel sudah ditunggu pak Rifki dari tadi di ruangannya" Jelas Rivan menghampirinya.
Tanpa bicara sedikitpun Verrel berlari menuju ruangan Rifki. Nafasnya kini terengah-engah dan gugup, karena ia sadar kalau kedatangannya sudah telat satu jam. Dilihatnya pintu itu sudah terbuka lebar, dan Rifki berdiri membelakangi meja sambil menekan-nekan meja itu pakai jari telunjuk. Dari bahasa tubuh tersebut, menunjukkan kalau Rifki kini sedang menahan marah.
"Tok tok tok...assalamu'alaikum..." Pelan-pelan Verrel mengetuk pintu sambil mengucap salam.
"Masuk" Perintah Rifki tanpa membalikkan tubuh.
"Maaf kalau saya telat"
"Maaf kalau saya telat" Rifki menirukan kata-kata Verrel. "Kamu tau, kenapa saya minta kamu datang ke kantor?" Sembari membalikkan tubuh menatap wajah Verrel yang agak menunduk.
"Tidak pak"
"Untung saja ini hanya pertemuan biasa antara rekan bisnis, kalau bukan, mungkin saya harus menanggung malu karena perbuatan kamu"
"Saya minta maaf Pak, tadi saya lagi ada masalah..."
"Saya tidak butuh alasan kamu" Potong Rifki dengan cepat. "Kalau kamu mau serius kerja itu harus disiplin waktu, ini udah jarang masuk, terlambat pula"
"Sekali lagi saya minta maaf Pak"
"Sebaiknya sekarang kamu keluar"
Verrel akhirnya keluar. Tanpa terasa langkah kakinya sudah menelusuri trotoar.
"Banyak banget sih cobaan puasa hari ini" Keluhnya menyandarkan punggungnya di pagar bangunan seseorang.
Berkali-kali ia mencoba menghubungi Febby, tapi tidak diangkat-angkat juga.
"Angkat dong Febby, ck..."
Ia terus mengusap kening dan kepala, berharap mendapatkan ide untuk meredam kemarahan istrinya, tapi sayang otaknya ngeblank tidak bisa berpikir.Naya membahas permasalahannya dengan Aish didepan kantor. Terpaksa Bella mengajak mereka ke ruangan pribadinya. Didalam Bella mempersilahkannya duduk, tapi Naya menolak.
"Saya datang kesini hanya ingin menyampaikan berita penting" Tegas Naya.
"Berita apa?" Tanya Ammar yang berdiri memeluk kedua tangan.
"Mawar lagi mengandung anak kamu"
Aish tercengang.
"Jadi kamu tidak bisa menceraikan Mawar" Sambungnya.
"Jadi ini yang di maksud Ammar, yang katanya ingin memberikan kejutan kepada Mawar, jadi dia ingin menceraikannya" Pikir Bella mengingat kata-kata Ammar.
"Seharusnya yang kamu ceraikan itu Bella bukan Mawar"
"Tidak ma, sampai kapanpun saya akan mempertahankan rumah tangga saya dengan Bella"
"Terus bagaimana dengan Mawar?"
"Saya akan mempertahankannya sampai anak itu lahir"
Naya ingin sekali memberikan tamparan keras, tapi mengingat kala Febby mengatakan kalau Ammar menceraikan Bella, maka Verrel juga akan menceraikannya. Naya memaksa dirinya untuk tetap bersabar.
"Kalau begitu mama tunggu kamu di rumah" Ucap Naya ingin melangkah keluar.
"Untuk saat ini Ammar belum bisa pulang ke rumah mama"
"Terus mau sampai kapan kamu bersikap tidak adil begini?"
"Sampai mama tidak mengatur kehidupan Ammar lagi"
Ruangan yang tertutup itu seakan mengundang rasa penasaran bu Fira, sehingga bu Fira menguping didepan pintu. Mengetahui itu dari cctv layar handphone, Bella lekas membuka pintu.
"Ada yang bisa saya bantu bu" Tegurnya.
"Mmm...saya..." Bu Fira kebingungan mencari alasan, namun setelah Ammar menatapnya. "Saya ada kepentingan sama pak Ammar" Lanjutnya.
Berhubung sudah ada pengganggu, Naya berpamitan pulang dengan sinis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
Ficção GeralApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...