Di acara resepsi pernikahan Verrel dan Febby, Aldo tampak pede menyumbangkan lagu dangdut. Wira dan Livia menggeleng-geleng ingin tertawa mendengar suaranya yang cempreng nggak karuan. Sepertinya Ammar melihat Bella yang sedang membetulkan rambut palsunya.
"Hai..." Sapa Ammar tersenyum manis.
"Maaf anda siapa?" Bella berpura-pura tidak kenal.
"Perkenalkan saya Ammar, suami anda sendiri" Ammar menyodorkan tangan, tapi Bella tidak menyambutnya. "Sudah tidak perlu ditutup-tutupi, saya tau ini sayang kan?"
"Kok tau sih?" Bella memicingkan kacamatanya.
"Ya iyalah tau, saya kan sangat mengenal istri saya"
Namun disaat itu juga, Andin tak sengaja menyenggol kepala Bella, sehingga rambut palsunya terlepas. Bella panik sambil menunduk. Untung dengan sigap Ammar mengenakan rambut itu kembali.
"I'm sorry..." Ammar buru-buru minta maaf dan agak menutupi wajah Bella dengan tubuhnya.
"Kok pak Ammar aneh banget sih? seharusnya kan gue yang minta maaf" meskipun agak mencurigakan, tapi Andin tak mau ambil pusing.
"Ya udah sekarang kamu pulang ke rumah Ibunya Ratu, nanti malam saya jemput" bisik Ammar.
Para tamu undangan nampaknya mulai meninggalkan tempat.
Sedangkan Naya mengantarkan kedua mempelai menuju mobil pengantin yang sudah menunggu. Sang supir membukakan pintu. Sementara Verrel memegangi ekor gaun Febby yang tampak menjuntai sampai masuk kedalam mobil.Juan dan Bocil mengendap-endap didepan kontrakan Verrel. Saat mereka ingin mencongkel pintunya, bodyguard Ammar yang bernama Beno memukulnya dari belakang.
"Kalian mau apa?"
"Saya nggak perlu memperkenalkan diri saya dengan orang seperti kamu"
"Oke, kalau begitu mari kita selesaikan sekarang juga"
"Saya nggak ada urusan sama kamu, jadi nggak usah ikut campur"
"Siapapun yang berurusan dengan mereka, jelas ini menjadi urusan saya"
Mereka saling pukul memukul satu sama lain, namun beberapa saat kemudian, Beno berhasil melumpuhkan kakinya dengan dua tendangan sekaligus.
"Jangan coba-coba kamu mengganggu Verrel ataupun Febby, kalau nggak mau berurusan sama saya, ngerti" ancam Beno sambil membawanya jauh-jauh.
"Ampun ampun, saya nggak akan mengganggu mereka lagi"
"Kalau sekali lagi saya masih melihat batang hidung kamu mengganggu mereka, saya tidak akan segan-segan mematahkan kaki kamu" Beno mendorongnya kuat-kuat sampai terhuyung-huyung ke selokan.Dalam perjalanan menjemput Bella, Ammar terjebak macet dijalan. Apalagi ditambah hujan deras mengguyur bumi. Seakan-akan aktivitas terhenti sesaat. Haduh macet lagi...!"
"TIN TIN TIN..." ia memencet klakson, tapi kendaraan didepannya tetap tak bergerak sedikitpun.
Ingin putar balik mencari jalan lain, tapi kendaraan dibelakangnya juga padat merayap. Terpaksa Ammar hanya berdiam diri menunggu. Ia berusaha menghubungi Bella tapi tidak diangkat angkat. Ternyata Bella sedang kedatangan tamu yang tak diundang. Tamu tersebut adalah Mawar.
"Bener kan dugaan saya, ternyata kamu masih hidup"
Mawar melenggang mengitari Bella sambil mengamatinya.
"Kamu sudah berhasil membodohi semua orang"
"Maaf saya tidak punya urusan sama kamu" Bella ingin masuk, tapi Mawar menahan tangannya.
"Lepasin"
"Hmmm kalau aku nggak mau memangnya kenapa?"
Ibu Ratu melepaskan tangan Mawar. Tak terima diperlakukan dengan kasar, Mawar mengangkat tangan ingin menampar Bella, tapi dengan cepat Ammar menangkapnya.
"Ammar, dia sudah membohongi kamu, kenapa kamu masih saja membelanya?" Tanya Mawar dengan mencerca.
"Dia istri saya, jadi kamu tidak berhak memakinya"
"Tapi aku ini calon istri kamu"
"Calon istri...?" Ibu Ratu dan Bella melongok keheranan.
"Heh jadi orang jangan kegeeran ya"
"Ooo aku tau, tunggu sebentar ya" Mawar mengeluarkan ponsel dan mengirim foto-fotonya bersama Ammar yang sedang tidur disampingnya.
Mata Ammar mencuat hampir keluar saat melihat foto-foto itu di ponselnya yang baru saja dikirim Mawar. Ammar menarik Mawar dan menekannya ke tembok.
"Kamu jangan coba-coba mengancam saya, karena saya bisa saja membunuh kamu sekarang"
Mawar kesulitan bernafas karena Ammar menekan lehernya.
"Tolong kamu lepasin Ammar, kasian" pinta Bella mengkhawatirkannya.
"Kamu mau mati sekarang atau nanti?" Ancam Ammar dengan membisikkannya ditelinga Mawar.
"Aku mohon lepasin aku" pinta Mawar dengan nafas tersengal-sengal.
Ammar mengambil ponsel Mawar dan menghapus semua foto-foto itu. Setelah itu baru ia melepaskannya.
"Aku nggak akan tinggal diam diperlakukan seperti ini" Mawar mengancamnya didalam hati.
Begitu Mawar pergi, mereka masuk kedalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
General FictionApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...