Tapi Bella tak menghiraukan ucapan Ammar.
"Kenapa sih mama nggak pernah mikirin perasaan Bella?"
"Kamu yang nggak pernah mikirin perasaan mama"
Ammar ke kamar menemui Bella yang tampak murung didepan cermin.
"Tolong sayang jangan tersinggung dengan ucapan mama ya" pinta Ammar sambil melingkarkan tangan ke leher Bella.
"Tapi semua ucapan mama itu benar, saya ikhlas kok kalau kamu harus menikah lagi"
"Nggak sayang itu nggak akan pernah terjadi"
"Kamu harus coba membuka hati kamu untuk Mawar" ucap Bella sambil mendekap tangannya.
"Kenapa harus Mawar?"
"Karena dia sangat mencintai kamu"
"Tapi saya tidak mencintai siapapun kecuali kamu"
"Kamu harus coba demi mama, saya mohon..."
Sudut mata Bella menunjukkan permohonan yang begitu dalam.
Ammar melepaskan tangannya dan menatap foto pernikahan mereka. Tak terasa air matanya jatuh ke bingkai foto itu. Begitu juga dengan Bella. Diam-diam ia mengusap air matanya yang hendak terjatuh. Ia tidak mungkin membiarkan Ammar tidak punya keturunan.Disisi lain, tampak Verrel membaringkan Febby diatas ranjang. Lalu meraih kotak obat didalam laci.
"Pelan-pelan" dengan manja Febby mengingatkannya.
"Belum juga diobatin"
"Iya aku cuma ngingetin, soalnya Vibi kan suka kasar"
"Ih kata siapa aku kasar, lembut begini kok" Verrel mulai mempraktekkan kelembutannya mengobati kaki Febby yang tampak memerah.
Febby hanya mendelik dengan senyuman manja.
"Oia, besok kita harus ke dokter, aku takut debaynya kenapa-napa"
"Iya..."
"Oia, nama debaynya nanti kasih nama apa? Masak iya Feverr, Relby sama Verrby?" Tanya Febby setelah bersandar di ranjang.
Dari raut wajah, sepertinya Febby kurang suka. Verrel pun bersandar di sebelahnya.
"Aku pengen nama debay yang cowok Imam Arasta dan Yusuf Arelby" jawab Verrel kemudian.
"Mmm namanya bagus, terus kalau yang cewek?"
"Mmm apa ya...?" Verrel pura-pura memikirkan nama. "Memangnya Febby belum nemu nama yang cocok?"
"Febby Bramasta" jawab Febby sekenanya seraya menahan tawa.
"Hahaha..." Verrel tertawa geli.
"Kok ketawa sih?" Sambil memukul pelan pundaknya.
"Abisnya kamu lucu sih"Andin akhirnya bertemu dengan Bima dan teman-temannya yang sedang berkendara di jalanan. Karena sudah tidak mempunyai akal lagi, Andin menghadang mereka dengan mobilnya.
"Andin..." Celetuk Bima melirik Dino dan teman-temannya.
"MANA DINO..." bentak Andin meraih kunci motor Bima.
Belum sempat Bima menjawab, Dino keburu kabur.
"DINO..." panggilnya.
Spontan Andin masuk mobil memacunya cepat mengejar kendaraan Dino.
"Gimana nih?" Tanya Erry.
"Ah itu urusan mereka biarin aja" jawab yang lain.
"BERHENTI DINO..." teriak Andin ketika kendaraannya berdampingan, tapi Dino hanya melirik sejenak.
"Andin mau apa sih dari gue?" Gerutu Dino tanpa membuka kaca helm.
"TIN TIN TIN..."
suara klakson mobil Andin yang terus berbunyi membuatnya tidak konsen.
"BERHENTI..."
Karena penasaran, Dino lalu berhenti menanggalkan helm, namun tetap berada diatas motor. Tanpa menoleh kiri dan kanan, Andin menyeberang jalan ingin menghampirinya.
Tak disangka kendaraan bermotor datang melaju dengan cepat.
"GUBRAK..." Andin tertabrak dan tergeletak tak sadarkan diri.
Darah segar mengalir dari balik roknya. Dino tercengang dengan mata terbelalak.
"WOOY..." teriaknya saat yang menabraknya kabur.
Ia ingin mengejar orang tersebut, tapi ia tidak mungkin meninggalkan Andin begitu saja. Sementara pengguna jalan mulai berkerumun.
"Gue harus bawa Andin ke ke Rumah Sakit!"
Dino menghubungi Rumah Sakit agar segera mengirim ambulance ke lokasi.Pagi-pagi Verrel disibukkan dengan kegiatannya yaitu mencuci motor kesayangannya. Tiba-tiba ada seseorang dibalik mobil pickup melemparkan sesuatu.
"AAUU..." teriak Verrel memegangi keningnya yang terkena lemparan itu.
Tapi kendaraan itu cepat-cepat meninggalkannya.
"Temui gue kalau mau Febby selalu dalam keadaan selamat"
Dengan geram Verrel meremas dan merobek surat ancaman itu.
"Itu apa?" Tanya Febby sambil membawa segelas teh hangat untuk Verrel.
"Cuma kertas biasa" jawabnya gugup.
"Ini tehnya udah aku buatin, mendingan mandi dulu sana"
"Sabar dong neng, tanggung" Verrel meneruskan mengelap motor sambil memikirkan ancaman tersebut.
Geregetan melihat Verrel malah melamun, Febby meraih selang yang airnya masih mengucur dan menyemprotkannya pada wajah Verrel.
Verrel kaget dan merebut selang itu dengan bercanda. Tapi lagi-lagi Verrel menyerah akibat serangan di pinggang yang menggelitiknya.
"Ampun ampun..." Sambil menahan geli.
"Mau mandi nggak?" Ancam Febby kembali ingin mencubitnya.
"Iya Bu bos" Verrel lari kedalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
General FictionApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...