Pulang ke rumah hari sudah malam, Ammar mencari Bella dikamar, tapi Ammar mendapati lemarinya terbuka. Pakaian Bella juga sudah tidak ada lagi. Apa mungkin Bella pulang ke rumah mama Vani?" Tanpa berpikir panjang Ammar kembali keluar.
"Mau kemana lagi?" Tanya Naya ketika melihat Ammar terburu-buru.
"Mau jemput Bella" jawab Ammar sambil terus berjalan menuju mobil.
"Mau jemput Bella...? Memangnya Bella kemana?" Pikir Naya.Sementara dijalanan, Verrel dan Febby masih saling kejar kejaran dengan wartawan menembus malam. Saat ada keramaian dipinggir jalan, Verrel dan Febby memanfaatkan waktu untuk menyembunyikan motor dibalik pepohonan, sementara mereka masuk kedalam mobil seseorang yang terparkir. Para wartawan itu berhenti didepan mobil tersebut.
"Kemana perginya mereka?" Sambil celingukan ke kanan dan ke kiri.
"Cepet banget sih ngilangnya"
"Padahal sedikit lagi kita dapat beritanya"
Mereka mengeluh sambil menenteng kamera.
"Jadi mereka itu wartawan" gumam Verrel sambil mengintip.
"Kok bisa wartawan ngejar-ngejar kita?" Tanya Febby berbisik, namun salah satu dari mereka menatap mobil tersebut.
Secara tak sadar, Verrel menekan tubuh Febby ke jok, sehingga Verrel menindih tubuhnya. Hampir saja Febby tak bisa bernafas karena wajahnya terjebak menghadap bagian ketiak Verrel.
"Untung aja wangi, kalau nggak, pasti gue keburu pingsan" gerutunya, namun setelah itu ia malah senyum-senyum nggak jelas.
"Akhirnya mereka pergi juga" riang Verrel pelan, ia merasa lebih lega.
Verrel sungguh tidak mengetahui kalau Febby berada dibawahnya. Ia lalu menjatuhkan tubuhnya.
"Aduh..." Febby mengaduh menahan sakit.
"Lho, Febby..." Verrel kaget menatapnya.
Kali ini justru jantung Febby yang berdebar-debar saat wajah Verrel begitu dekat dengan wajahnya.
"Maaf, aku nggak sengaja, sumpah" dengan terbata-bata Verrel meminta maaf sambil mengangkat dua jari.
"Kok nggak berdiri juga sih" keluh Febby sambil menutupi wajah.
Sontak Verrel segera keluar.
"Huuh...untung aja nggak dilihat orang, kalau sampai ada yang liat, wah bisa-bisa dikira abis..."
Pikiran Febby mulai parno membayangkan tuduhan orang terhadapnya yang tidak-tidak. "TIDAAK..." ia tidak sengaja berteriak.
"Sssst..." Verrel membekap mulut Febby dengan satu jari.
Verrel kemudian mengajak Febby pulang.Begitu sampai di rumah Vani, Ammar langsung nyelonong tanpa permisi. Sehingga si bibik terkejut.
"Eh pak Ammar" ucap bibik sambil mengelus dada.
"Mmm Bellanya ada kan bik?" Tanya Ammar menoleh kearah kamar Bella yang berada diatas.
"Non Bella...? Bukannya sama pak Ammar ya?" Si bibik nampak kebingungan.
"Jadi Bella nggak pulang kesini?"
"Nggak pak"
Kecemasan diwajah Ammar semakin terlihat jelas. Ia buru-buru pergi meninggalkan bibik yang masih bengong. Sambil menyetir Ammar kembali menghubungi Bella, tapi terdengar nada nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan area.
"Aaagh..." Ammar kesal sambil membanting setir. "Ya Allah lindungilah istri hamba...!"
Ammar melaju kencang kembali ke rumah. Kebetulan Febby baru saja pulang diantar oleh Verrel.
"Rel..." Panggil Ammar seperti ingin menangis.
"Kenapa kak?" Tanya Verrel keheranan.
"Bella menghilang" dengan berat hati terpaksa Ammar mengatakannya.
"Menghilang?"
Mereka sangat terkejut. Tanpa basa-basi Ammar bergegas masuk ke kamar, sementara Verrel dan Febby mengikutinya.
"Coba kamu lihat" Ammar menunjuk isi lemari Bella yang sudah kosong.
"Mama juga bingung kenapa Bella pergi begitu aja" celetuk Naya mencemaskannya.
Verrel memeriksa kamar mandi, tapi tidak ada yang mencurigakan. Sementara Febby mendapati sebuah surat peninggalan dari Bella didalam laci.
"Ini surat dari kak Bella" celetuk Febby memberikannya kepada Ammar. Mereka membacanya bersama-sama.
"Assalamualaikum wr. wb.
Sebelumnya aku minta maaf, kalau aku pergi tanpa sepengetahuan kalian semua. Aku melakukan ini bukan semata-mata aku tidak sayang, tapi aku ingin keluarga kita kembali utuh, tanpa ada yang saling membenci. Setelah kepergianku, aku berharap papa akan sadar. Teruntuk Ammar suamiku, aku sangat menginginkan kalau Febby dan Verrel menikah, untuk meneruskan garis keturunan keluarga kita, untuk kali ini tolong penuhi keinginanku ya...aku mohon, i love u, assalamualaikum wr wb, tertanda Irish Bella"
Air mata Ammar menetes pelan membasahi surat tersebut.
Verrel juga ikut sedih dan pusing. Kenapa kak Bella bisa melakukan ini?"
Naya menenangkan perasaan Ammar, sementara Febby kebingungan harus menenangkan siapa? Ammar atau Verrel?"
"Mama yakin kepergian Bella hanya sementara, jadi kamu harus tenang" ucap Naya menasehati Ammar yang tampak terpukul.
"Aku akan cari kak Bella" gumam Verrel meninggalkan mereka.
"Kamu mau nyari kak Bella kemana? Ini udah malam" Febby mencegahnya.
"Aku nggak peduli" Verrel tetap pergi.
"Kalau gitu aku ikut"
Langkah Verrel terhenti seketika dan menoleh kearah Febby dibelakangnya.
"Aku ikut" Febby bersikeras.
"Pliss, kamu nggak boleh kemana mana, kamu tetap disini" Verrel melarangnya.
"Tapi..."
"Kalau aku bilang nggak usah ya nggak usah" secara tidak sadar Verrel membentaknya.
Febby nampak cemberut dan takut.
"Udah dong nggak usah cemberut, aku cuma nggak mau kamu kenapa-kenapa, itu aja" bujuk Verrel tidak tega melihatnya.
"Iya aku tau" sahut Febby tiba-tiba memberikan senyuman close up.
Verrel jadi tertegun menatap senyumannya.
"Assalamualaikum" ucap Verrel.
"Walaikumsallam" balas Febby.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
General FictionApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...