part 133

153 17 2
                                    

Eh ternyata Bella mengintip dari balik pintu kamar mandi. Tersenyum tipis menatap sang suami yang lagi membereskan tempat tidur. Tiba-tiba ada panggilan dari Febby di layar ponselnya.
"Kak Ammar sama kak Bella datang ke pertandingan Verrel kan? Pokoknya kak Ammar harus jemput Febby, soalnya si kembar juga mau ikut, mau nonton mau nyemangatin Ayahnya, Febby tunggu sekarang jangan sampai telat sampai disana" Cerocos Febby panjang lebar.
"Panjang banget sih udah kayak kereta api aja" Gerutu Ammar, namun ternyata Febby sudah memutus teleponnya.
"Telepon dari siapa?" Tanya Bella yang keluar dari kamar mandi mengenakan kimono.
"Bundanya si kembar, minta jemput katanya mau nonton pertandingan Verrel"
"Ya udah buruan mandi kita tidak boleh telat"

Tepat dikediaman Mawar, Tama Damitry sebagai papanya kini sedang memakinya habis habisan di meja makan, sedangkan si bibik mencuci piring sambil melirik menoleh kearah mereka. Tama benar-benar marah dengan status Mawar sekarang, yang hanya sebagai istri siri, bahkan istri kedua.
"Kalau laki-laki itu tidak mau menikahi kamu secara resmi dan menceraikan istri pertamanya, lebih baik kamu minta talak saja" Paksa Tama.
"Nggak pa, Mawar nggak akan minta talak"
"Kalau kamu tidak bisa biar papa yang akan paksa dia"
"Mawar sekarang lagi mengandung anaknya Ammar pa"
"APA...?" Tama terkejut dan reflek menghentakkan gelas yang ada didepannya, sehingga sebagian air didalam gelas itu keluar mengenai tangannya sendiri.
Mawar dan bibik terkesiap ketakutan. Tama lalu berdiri sambil melepaskan nafas kasar bergegas keluar.
"Mau kemana pa?" Mawar mengejarnya.
"Papa harus ke rumahnya sekarang"
"Jangan pa, Mawar mohon" Mawar menghalangi laju jalannya, tapi Tama menyingkirkan Mawar. "Kamu tidak perlu menghalangi papa"
Tama tetap berlalu masuk ke mobil, meskipun Mawar berupaya menghalanginya. Kini Mawar berdiri didepan mobil yang siap berjalan itu.
"MAWAR..." Teriak Tama menoleh dari pintu. "PAPA BILANG MINGGIR..."
"MAWAR NGGAK AKAN MINGGIR SEDIKITPUN PA..."
Tama menginjak pedal gas, menerobos celah sempit disisi kanan Mawar. Kencangnya laju mobil itu berhasil membuat Mawar menyingkir kesisi kiri. Ketika ingin menyusul, Mawar baru sadar kalau Tama memakai mobilnya.
"Pasti papa ke rumah mama, aku harus kesana sekarang"

Di gelanggang olahraga basket (GOR), masing-masing team tengah bersiap-siap di ruang ganti. Salah satu dari team Ninja, yakni anak kampus Tridarma diam-diam menempelkan telinga di dinding. Ia bermaksud ingin mendengarkan persiapan dari team Tiger yang sedang membentuk lingkaran. Disana nampak Verrel sedang membisikkan strategi yang akan mereka mainkan. Semua mengangguk tanda mengerti. Sementara di podium sudah dipadati oleh para supporter. Tak mau ketinggalan, Livia dan Nasya duduk paling depan agar lebih dekat dengan lapangan. Melihat Febby yang menggendong Almeera celingukan seperti mencari sesuatu, Livia berdiri melambaikan tangan.
"FEBBY..." Livia meneriakinya.
"Itu Livia" Tunjuk Bella yang menggendong Yusuf, sedangkan Ammar masih menatap lapangan bersama Imam.
"SINI..." Livia kembali berteriak.
Mereka segera ke podium mendekati rombongan Livia. Di tengah lapangan wasit memanggil para peserta dengan pengeras suara, agar segera ke lapangan untuk bersiap-siap. Team ninja keluar lebih dulu dari ruang ganti menuju lapangan, disusul oleh team Tiger. Pak Hidayat menghampiri team ninja.
"Apa yang kamu dapatkan?" Tanyanya pada salah satu mahasiswa yang tadi sempat mengintip.
"Bapak tenang aja, team kita pasti menang, karena mereka tidak punya persiapan apa-apa" Bisiknya.
"Bagus, saya mau kalian menang, bukan kekalahan, mengerti?"
"Iya pak" Jawab mereka serempak.
Disaat teamnya berhamburan ke lapangan, Verrel menggerakkan bola matanya mencari istri dan anaknya diantara penonton.
"VERREL..." Dari tempat duduk Febby memanggilnya.
Senyuman lebar menghiasi bibir Verrel yang kemudian berlari kearahnya.
"Hallo sayang...doain Ayah ya, biar Ayah menang" Serunya pada si kembar.
"Mudah-mudahan menang insyallah" Febby menimpali disela Verrel  mencium si kembar satu persatu.
"Kalian pokoknya harus kompak, jangan egois" Pinta Ammar.
Verrel mengangguk. Dengan semangat ia kembali ke lapangan karena kedua team sudah bersiap-siap.
"Bantu team suami hamba menuju kemenangan ya Allah..." Febby mendoakannya dalam hati, namun sesaat kemudian ia baru sadar kalau disamping Livia ada Nasya.
           Disisi lain, Iwang dan Bima bersekutu membocorkan ban motor team Tiger yang berjejer di parkiran.
"Mampus lo gue kerjain" Sinis Iwang tersenyum riang.
Di lapangan, kedua team saling mengejar point. Riuh suara supporter silih berganti memberi semangat. Team Tiger kini sedang meliuk kesana kemari saling mengoper bola. Mereka mempraktekkan strategi yang di mainkan legendaris pebasket dunia, sehingga team ninja cukup kesulitan mengimbangi permainan yang belum pernah di lihat sebelumnya.
"TIGER TIGER TIGER..."
Seruan itu seakan vitamin bagi Tiger. Mereka makin gencar menambah point dalam setiap menit. Akhirnya wasit meniupkan pluit untuk istirahat sejenak, dan Tiger mampu memenangkan babak awal.
"Minumannya tadi mana kak?" Tanya Febby kepada Ammar. "Vi titip Almeera sebentar ya" Sembari menyodorkan si cantik.
"Sini sayang, sama tante cantik dulu ya" Riang Livia menyambutnya.
Mata Nasya menyusuri gerakan tubuh Febby yang berjalan ke pinggir lapangan membawa bungkusan plastik. Febby menghampiri team Tiger yang hendak minum air mineral dengan senyum simpul.
"Eeit kalian nggak boleh minum itu" Larangnya. Mereka bengong karena sudah kehausan. "Kalian minum ini aja" Sembari menyerahkan beberapa botol aqua yang sudah digantinya dengan air kelapa muda.
"Bukannya ini sama aja" Celetuk Verrel.
"Beda dong, cobain aja" Sahutnya.
"Wah air kelapa muda asli nih" Seru Zian usai menenggaknya, yang lainnya juga tak mau ketinggalan.
"Seger juga ya"
"PRIIT..." Pluit kembali ditiup wasit.
Mereka kembali ke lapangan, namun Verrel tak sengaja mendengar pak Hidayat mengancam team Ninja untuk memenangkan pertandingan bagaimanapun caranya.

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang