Mario tinggal di pulau seorang diri. Saat menuju pangkalan, Perahu untuk menyeberang pun sudah tidak ada lagi. Ia benar-benar kebingungan. Sial sial sial...!" Makinya kesal.
Auu sakit...!" Rintihnya ketika kakinya menendang kayu yang ada didepannya. Mendengar ada suara angin berbisik, bulu kuduknya tiba-tiba merinding. Dan dari kejauhan ada sesuatu yang bergerak menuju kearahnya. Apaan tuh?" Sambil mengucek mata agar terlihat lebih jelas. Ternyata itu adalah seekor ular kobra. Mario lari sekencang-kencangnya menyelamatkan diri sampai nafasnya terengah-engah. Kakinya pun tersandung batu, sehingga ia terjatuh. Ingin kembali bangkit, tapi ular itu sudah berada tepat didekat kakinya. Akhirnya apa yang ditakutkannya terjadi juga. Ular itu mematuk kakinya. "AAAA...!" teriakannya memecah kesunyian malam. Setelah mengigit, ular itu pergi meninggalkannya. Mario tak berdaya, kecuali memegangi kaki sambil meringis menahan sakit. Ia memaksakan diri untuk pergi ke pondok, tapi apa daya, tubuhnya terasa lemas. Untuk menyeret kakinya saja rasanya tidak mampu.Ammar mengantar Febby pulang sampai ke rumah, namun didalam Naya menyambutnya dengan perasaan kecewa.
"Maafin Febby ya kalau udah buat mama khawatir..." Ucap Febby memohon.
"Kalau kamu pulang telat seharusnya telpon mama kasih tau mama, biar mama nggak khawatir" Naya menegurnya.
"Tadi Febby kehujanan, makanya Febby nunggu hujan reda" jelas Febby dengan memelas.
"Ya udah ma, Ammar balik ke Rumah Sakit dulu ya" ucap Ammar.
"Iya" Naya mengangguk pelan.
Naya masuk ke kamar, begitu juga dengan Febby. Setelah berganti pakaian, Febby berbaring ditempat tidur sambil membayangkan kebersamaannya hari ini. Kadang menyebalkan...tapi kadang gemes dan lucu...!" Ia geregetan mengingat wajah Verrel kalau lagi gagu atau menahan malu.Sementara itu, Verrel kaget ketika mendapati tas dan kopernya sudah ada didepan pintu kost-an. Kok barang-barang gue diluar sih? Siapa yang ngeluarin...?" Gerutunya sambil mengamati barang-barang itu. Lho kok pintunya ke kunci? Perasaan nggak gue kunci deh...!" Ia tampak pusing dan berpikir keras.
"Kenapa? Kaget?" Tanya ibu kost tiba-tiba muncul.
"Kok barang-barang Verrel ada diluar sih Bu? Pintunya juga ke kunci" dengan berlagak bodoh Verrel menggaruk-garuk kepala.
"Mulai saat ini, kamu tidak boleh tinggal disini lagi"
"Kok gitu?" Verrel semakin heran.
"Memangnya bayarannya kemarin kurang? Verrel nggak ngerti deh"
"Ibu nggak mau anak durhaka seperti kamu tinggal disini"
"Anak durhaka...?" Verrel melongok seperti orang bego.
"Iya, kamu kabur dari rumah kan? Saya sudah tau semuanya dari papa kamu" jelas si Ibu.
"Jadi tadi papa kesini, berarti ini semua kerjaan papa, biar Ibu kost ngusir Verrel?" Verrel membatin.
Dengan berat hati, Verrel terpaksa membawa tas dan kopernya pergi meninggalkan kediaman yang selama ini ditempati.
"Motornya kok nggak dibawa?" Tanya Ibu kost.
"Nanti motornya nyusul" jawabnya pelan.
Sampai diujung jalan dekat masjid, langkah Verrel terhenti. Apa sementara gue numpang tidur disini dulu ya...?" Suasana disekitarnya memang sepi, karena waktu sudah menunjukkan pukul satu malam. Verrel masuk kedalam masjid dengan mengucap salam. Biasanya Verrel tidur di atas kasur yang empuk. Kali ini ia harus tidur beralaskan sejadah. Ia juga berbaring seperti orang kedinginan.
"Paakk..." Lima jari menepuk wajahnya akibat gigitan nyamuk.
Ia duduk sambil menatap foto-fotonya bersama Vani dan Bella di ponselnya. Disitu terlihat jelas wajah-wajah yang begitu bahagia. Verrel tersenyum bahagia. Tapi hatinya juga menangis. Verrel kangen sama mama...kapan kita bisa seperti dulu lagi...!" Rintihnya. Tak terasa air matanya jatuh membasahi ponselnya. Lalu Verrel mendekap ponsel tersebut kedalam pelukannya sambil berbaring. Ia berharap bisa memimpikan mereka walaupun cuma sesaat.
Sedangkan di kamarnya, Febby justru tidak bisa tidur. Berkali-kali ia mengubah posisi tidur, tapi tetap saja matanya tak bisa terpejam. Kenapa gue nggak bisa tidur ya?" Ia kemudian beranjak bangun dan menghubungi Verrel.
"Iya..." Jawab Verrel masih sedih.
"Kamu kenapa? Flu ya...?" Tanya Febby khawatir.
"Nggak kok, aku cuma ngantuk aja" jawab Verrel pura-pura, ia tak ingin Febby tau permasalahannya.
"Kalau gitu aku ganggu dong..." ucap Febby setengah bercanda.
"Iya, kamu memang pengganggu" sahut Verrel serius.
"Kok kamu gitu sih?" Febby nampak geram.
"Maksudnya kamu itu adalah pengganggu jiwaku yang sepi, kalau nggak ada kamu hidupku akan terasa hampa"
"Oia..." Tentu saja membuat hati Febby meleleh seketika.
"Udah mendingan sekarang kamu tidur, aku ngantuk tau" Verrel pura-pura menguap.
"Ya udah deh, daah...love you" ucap Febby dengan genitnya.
Mata Verrel langsung terbelalak, karena sebelumnya ia tidak pernah mendengar suara genit seperti itu dari siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
General FictionApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...