Di kediamannya, Ammar sudah siap didepan penghulu bersama Mawar yang mengenakan kebaya putih dan kain batik. Sejenak Ammar menatap dirinya yang tampil sederhana, dengan memakai kemeja putih dibalut dengan jas hitam, serta celana dasar hitam. Naya lalu memakaikan peci ke kepala Ammar dan selendang akad mereka. Pernikahan mereka sepertinya hanya dihadiri beberapa orang saksi saja, yaitu Naya, Vani, Bella dan tiga orang tetangga. Vani yang duduknya bersebelahan dengan Bella berusaha menguatkan hatinya. Ia tahu pasti saat ini hati Bella sedang meratapi kesedihan. Hanya saja Bella ingin terlihat tegar dan tersenyum.
"Apa bisa kita mulai?" Tanya penghulu.
"Iya pak" jawab Mawar penuh semangat, sedangkan Ammar terlihat lesu dan sedih.
"Kok nggak semangat gitu sih? Senyum dong" bisik Mawar tertahan ditelinga Ammar.
"Hmmm..." Ammar memberikan senyum kakunya.
Sementara itu, Verrel memacu mobilnya dengan cepat.
"Vibi pelan-pelan dong..." Tegur Febby sambil berpegangan erat pada selt bel.
"Nggak bisa kita harus buru-buru"
"Kamu mau bikin aku sama anak kamu celaka?" Tanya Febby agak keras sembari menahan takut.
"Iya iya" sontak Verrel memperlambat laju kendaraannya.
Sedangkan Ammar mulai menjabat tangan pak penghulu sebagai wali nikahnya. Bella tampak tegang dan pilu menyaksikan mata Ammar yang berkaca-kaca meliriknya. Saat ijab qobul dimulai, Verrel dan Febby datang.
"BERHENTI..." Verrel berteriak sambil menahan amarah.
Ijab qobul itu langsung terhenti dan mereka menoleh kearahnya.
"Siapa sih dia? Gangguin aja?" Gerutu Mawar tertahan.
"TOLONG HENTIKAN PERNIKAHAN INI..." lanjut Verrel.
Febby juga dilanda kebingungan.
"Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba kak Ammar nikah lagi, oh my God, apa yang sebenarnya terjadi?"
Pak penghulu meminta mereka menyelesaikan permasalahannya sebelum acara dilanjutkan.
"APA MAKSUD KAK AMMAR MENDUAKAN KAK BELLA...?" emosi Verrel semakin tinggi karena mereka diam saja.
Lantas Bella mendekati dan mengajaknya keluar.
"Tolong kamu hargai keputusan kakak" ucapnya.
"Apa? Keputusan kakak" nggak mungkin kakak mengizinkan kak Ammar untuk menikah lagi?" Verrel tetap tak percaya.
"Kamu tau kan kakak udah nggak bisa punya anak lagi"
"Terus apa hubungannya?"
"Setiap orang pasti menginginkan keturunan, kalau Febby nggak bisa mempunyai anak, pasti Febby juga akan melakukan hal yang sama seperti kakak"
Mendengar penjelasan itu, mata Verrel berkaca-kaca. Ia tau itu pasti keputusan yang sangat berat bagi seorang perempuan. Apalagi harus melihat suami menikah lagi. Lalu Verrel memeluknya untuk menguatkan hati kakaknya itu.
"Kak Bella yang kuat ya, Febby yakin kok, cinta kak Ammar buat kak Bella itu nggak akan berkurang sedikitpun" Febby juga menguatkan hati Bella.
"Kalian tenang aja, kak Bella kuat kok, sekarang kita masuk ya"Diam-diam Wira mengintip rumah Livia dari seberang jalan, tepat disaat Livia sedang membuka jendela kamarnya. Berhubung kamarnya menghadap jalan, Wira kepergok olehnya. Dengan menahan jengkel, Livia menutup jendela itu. Ia langsung menghubungi Aldo.
"Iya hallo..., Kenapa? Kangen ya sama gue?"
"Udah nggak usah becanda gue lagi kesel"
"Kesel kenapa sih?"
"Pokoknya lo harus ke rumah gue sekarang"
"Sekarang?"
"Iya sekarang, soalnya ada penyusup mau masuk rumah gue"
Tanpa berpikir panjang, Aldo menutup teleponnya dan bergegas memakai helm menuju rumah Livia. Hampir saja motornya mental menerabas lubang dan polisi tidur dijalanan. Dari jauh Aldo melihat seseorang tengah mengintip dari balik pagar rumah Livia. Ia mendekatinya secara diam-diam dari belakang.
"Mau ngerampok calon pacar gue ya" celetuk Aldo sambil memukul lehernya.
"AAAA..." Wira memekik memegangi leher. "Aldo..." Ia terkejut setelah menoleh kearahnya.
"Ooo jadi elo penyusupnya"
"Apa maksud lo bilang gue penyusup?"
"Livia sendiri yang bilang, itu artinya dia nggak suka sama lo"
"Alah itu cuma akal-akalan lo doang kan biar bisa ngedeketin Via?"
"Kata siapa itu cuma akal-akalan Aldo doang" Livia menyambar pertanyaan tersebut.Kita lanjut pada kediaman Ammar yang sedang melakukan ijab qobul. Itu adalah pemandangan yang membuat Verrel menelan ludah. Walaupun Bella sudah ikhlas, tapi tetap saja Verrel sangat tidak menginginkan hal itu. Febby yang ada disebelahnya langsung meremas tangan Verrel dan memberi tanda agar ikhlas dan tenang.
"Kuatkanlah hati saya ya Allah..." Lirih Bella dalam hati saat harus melihat Mawar mencium tangan Ammar.
Mawar sangat berharap sekali kalau Ammar akan mencium keningnya, namun dugaannya salah. Ammar justru diam saja sambil menunduk. Setelah pak penghulu memberi selamat dan meninggalkan mereka, Ammar lekas berdiri ingin ke kamar.
"Mau kemana Ammar?" Tanya Naya ingin menahannya.
"Mau ganti baju, gerah..." Jawabnya dengan ketus.
"Sayang mau kemana?" Giliran Febby yang ingin menahan Verrel.
"Kita harus cepat pergi dari sini" ajak Verrel menarik tangannya dengan menahan jengkel.
"Iya tapi lepasin dulu tangannya sakit..." Sahut Febby meringis.
Verrel melepaskan tangannya sembari meminta maaf. Raut wajah Febby jadi masam menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
General FictionApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...