Dikediaman Mawar, si bibik kaget mendapati Ammar tidur di sofa luar ketika ingin bersih-bersih. Tangannya seakan terhipnotis ingin menyentuh eksotisnya wajah Ammar yang lagi menggeliat. Siapa nih...? Apa ini suaminya non Mawar? Tapi kok gentong parah begindang sih? Ih nggak cocok banget kalau sama die, cocokan juga sama..."
"Siapa kamu?" Belum selesai si Bibik menggerutu dengan gaya genitnya, Ammar memotongnya dengan cepat.
"Waduh..." Bibik meloncat kaget, sedangkan Ammar celingukan kesana kemari seperti orang linglung.
"Yang seharusnya nanya itu saya, saya pembantu disini, kenapa tiba-tiba ada sosok pangeran seperti kamu ada di rumah majikan saya?"
Tapi Ammar malah pergi menuruni anak tangga, meninggalkan bibik yang bengong diterpa rasa penasaran.
"Kalau itu suaminya si non kenapa tidurnya diluar? Hayo..." Ia menerka-nerka sendiri.
Ia mendekatkan telinga di pintu kamar Mawar, namun suaranya senyap.
"Tok tok tok..." Ketuknya tak berani masuk.
Mawar perlahan-lahan bangun dan meraba ke sampingnya, namun ia kaget setelah melihat Ammar tidak ada disampingnya.
"Ammar kemana kok nggak ada?" Lantas ia menyibakkan selimut dan ke kamar mandi, tapi di kamar mandi juga tidak ada.
Karena tidak ada sahutan, akhirnya Bibik turun lagi ke bawah sambil mengingat wajah Ammar.Tampak didalam kelas, Bu Fira memegang kertas undian yang diacak didalam toples. Ia juga menjelaskan bahwa sebentar lagi sekolah SMA 46 akan mengadakan pentas seni sebagai acara perpisahan, jadi mereka diundang sebagai pengisi drama musikal di sekolah tersebut.
"Waah seru tuh kayaknya" bisik Aldo pada Livia.
"Temanya Bu?" Tanya Verrel.
"Terserah kalian mau pakai tema apa, yang jelas mengandung makna yang baik"
Keluarlah kertas yang dikocok-kocok olehnya. Nama tokoh pertama sebagai Maya yang keluar adalah Febby. Nama tokoh kedua sebagai Malik adalah Verrel. Berikutnya tokoh Dian diperoleh Livia. Wira sebagai Arif. Aldo sebagai Asep juragan kaya. Andin sebagai Bu Wulan, ibunya Prita dan Dian. Reno sebagai Firman, Ayahnya Malik. Astra sebagai Jaka. Sinta sebagai Prita.
"Tokoh pasangan utamanya siapa Bu?" Tanya Andin penasaran.
"Malik dan Maya"
Usai pembagian tokoh itu Andin protes.
"Febby kan lagi hamil Bu, mana cocok jadi tokoh utama, yang lebih cocok itu saya"
"Iya juga ya" pikir Bu Fira menatap Febby.
"Ya udah ganti sama Andin saja Bu" pinta Febby.
"Kalau Febby diganti, saya juga diganti" tambah Verrel.
"Lho kok gitu sih?" Andin tak terima.
"Kalau gitu, yang akan jadi Malik dan Maya, Wira dan Livia, sementara Verrel dan Febby jadi Arif dan Dian" ucap Bu Fira.
Mulut Livia dan Wira menganga lebar, saling melirik satu sama lain.
"Tapi Bu..." Livia kurang setuju dengan keputusan itu.
"Semua sudah jelas, jadi tidak ada yang di rubah lagi" Bu Fira kemudian meninggalkan kelas.
"YESS..." Girang Wira dalam hati, sementara mata Livia melotot kearahnya.
Andin mengejar Bu Fira.
"Bu, seharusnya tokoh utamanya itu saya sama Verrel, bukan Livia sama Wira" jelasnya.
"Keputusannya sudah final, oke"
Andin sangat jengkel, tapi itu hanya bisa ditahan karena ada pak Rektor yang melintas.Sementara didepan kantor rektorat, Mawar bersandar didinding sambil memeluk kedua tangan. Ia sengaja datang pagi-pagi agar bisa berpapasan langsung dengan Ammar dan Bella. Tepat saja, orang yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul. Dengan tersenyum nakal, ia menyapa Ammar.
"Ikut saya sebentar" Ammar menariknya agak menjauh.
"Kamu kenapa sih kasar banget sama istri sendiri?"
"Bisa diam nggak?" Ancam Ammar menutup mulutnya yang terus ingin bicara.
"Kamu kenapa sih? Semalam kamu kemana? Kenapa tadi pagi kamu tiba-tiba nggak ada?" Tanya Mawar nyerocos meskipun tangan Ammar membekapnya.
"Saya tidak mau kamu ada disini, paham?"
"Kalau kamu masih saja bersikeras tidak mau menuruti keinginan aku, maka aku akan kasih pengumuman kepada semua orang, kalau kamu sekarang sudah mempunyai dua istri"
Ammar terdiam memikirkan cara, tapi pikirannya benar-benar buntu. Mau tidak mau ia harus menuruti keinginan Mawar, kalau tidak mau nama baiknya di kampus itu tercoreng.
"Gimana? Permintaan aku simple aja kok, kamu cukup memperlakukan aku sebagai istri"
Bella memberi tanda agar Ammar menurutinya.
"Kalau bukan karena permintaan Bella, saya tidak akan mau menuruti kamu"
"Itu sih terserah kamu" Mawar celingukan ke arah kantor. "PAK IBU..."
"Oke oke saya akan turuti semua permintaan kamu, puas?"
"Nah gitu dong" dengan genitnya Mawar menyentuh tangan Ammar.
Bella pergi meninggalkan mereka dengan perasaan cemburu.
"Sekarang saya minta kamu pergi" pinta Ammar.
"Oke bye, jangan lupa aku tunggu di rumah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
General FictionApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...