Tanpa melihat kiri dan kanan, Andin melarikan diri. Security itu mengejarnya, tapi Andin tiba-tiba menghilang entah kemana. Rupanya Andin bersembunyi di balik kendaraan lain. Dan ketika Feverr kembali, batinnya terbahak-bahak menyaksikan kekesalan mereka yang mengamati ban mobilnya kempes.
"Terus gimana dong?" Febby mulai cemas, karena cuaca sore itu tampak mendung.
"Bunda tunggu sebentar ya, Ayah ganti dulu bannya" Verrel kemudian mengeluarkan dongkrak dan juga ban serep.
Untuk memberi semangat dan menghibur suaminya, Febby melantunkan lagu Cinta Kita Muda sambil mengepalkan tangan sebagai mic speaker. Bak penyanyi papan atas, ia menggerak-gerakkan tubuhnya dengan lincah. Tentu itu bikin Verrel senyum-senyum sendiri menatapnya sambil tangan memasang ban. Tak terasa bannya sudah terpasang, tapi Verrel tak ingin mengakhirinya, ia ingin lebih lama lagi menatap rona keceriaan tersebut.
"Lama-lama bunda sama kayak Febby Blink ya" ucap Verrel setelah Febby berhenti.
"Hahaha..." Febby malah tertawa ngakak mendapat pujian seperti itu, ia lalu cepat-cepat masuk untuk menghindari rayuan Verrel lebih jauh lagi.
Tak sampai disitu, ternyata didalam mobil, Verrel masih menatapnya sambil tersenyum manis.
"Ayah jangan ngeliatin bunda kayak gitu dong..." Dengan memohon Febby menutupi sebagian wajah pakai ujung jilbabnya.
"Kenapa?"
"Malu..."
"Kenapa harus malu, bagus kok gerakannya"
Tak ingin membuatnya terus salah tingkah, Verrel lalu menyalakan mesin mobil.
"Oia besok bunda mau puasa lagi lho" ucap Febby lagi untuk menutupi rasa malu yang terselubung.
"Ya udah Ayah temenin deh" sambil menyetir.
"Serius?"
"Ya serius dong, memangnya kapan Ayah pernah bohong?"
"Jumat besoknya, bunda pengen Ayah jadi imam di masjid kampus"
"Maksud bunda Ayah yang jadi imam pas shalat Jum'at?"
"Mmm..." Verrel tampak masih ragu.
"Ayah itu adalah seorang pemimpin dalam keluarga, jadi Ayah juga harus mencontohkan hal yang positif untuk orang lain, jadi bukan untuk anak-anaknya aja"
"Iya iya..."Ammar ke kampus memasuki ruangannya sambil membawa berkas hasil ujian, namun telinganya tak sengaja mendengar dosen-dosen itu sedang membicarakan permasalahan rumah tangganya dengan Bella. Mereka seperti tak peduli dengan kedatangannya.
"BRUK..." Ammar sengaja menghempaskan berkas-berkas itu diatas mejanya.
Spontan mereka kaget, namun kembali berbisik-bisik.
"Apa betul pak Ammar mau menceraikan Bu Bella?" Bu Fira memberanikan diri bertanya.
"Di kampus ini kita ditugaskan untuk bekerja, bukan tempat ajang bergosip hal-hal yang tidak penting, kalau Ibu penasaran dengan rumah tangga saya, silahkan Ibu temui saya di rumah"
Mereka akhirnya terdiam dan kembali mengerjakan tugasnya masing-masing, sedangkan Ammar memeriksa hasil quiz kelas Verrel kemarin. Namun yang cukup mencengangkan, lembar jawaban Febby sangatlah buruk. Hanya mendapatkan angka 50. Kepalanya menggeleng-geleng sambil menggosok dagunya dengan telunjuk. Secara keseluruhan Febby adalah mahasiswi yang pintar. Tingkat kecerdasannya juga tinggi, jadi ia masih ragu dengan hasil tersebut.
"Kenapa bisa seperti ini? Apa Febby tidak belajar?" Pikirnya.
Ia lalu membandingkannya dengan hasil ujian Verrel yang mendapatkan nilai 100. Ia benar-benar bingung. Justru Andin yang rasanya tak mungkin bisa mendapatkan nilai 90. Sesekali matanya melirik ke mereka yang pura-pura sibuk sendiri di mejanya. Ia tau kalau dosen-dosen itu terus memperhatikannya. Apalagi yang namanya Bu Fira. Doyannya memang paling suka bergosip, apalagi kalau menyangkut rumah tangga.Baru saja Feverr sampai didepan rumahnya, Reno dan Astra datang memakai motor. Belum sempat Verrel bertemu dengan anak-anaknya, mereka mengajaknya latihan basket, karena waktu mereka hanya seminggu. Kompetisi basket itu tidak hanya untuk mengharumkan nama kampus, tapi juga menjanjikan hadiah yang cukup fantastis, jadi mereka sangat berantusias. Sebelum pergi, Febby meminta Verrel menemui si kembar dulu.
"Anak Ayah lagi ngapain cih? Lagi main sama mama ya..." Dilihatnya mereka lagi bermain bersama Bella diruang keluarga, dengan gemas ia menciumi mereka.
"Oia, gimana dengan kompetisi basket itu? Apa team kamu sudah siap? Karena menurut informasi, ada team lain dari anak semester atas yang ikut, jadi kalian harus punya skill dan strategi untuk mengalahkannya" ucap Bella.
"Iya kak, ini Verrel mau latihan sama temen-temen"
Febby lalu mengantar Verrel ke depan dan mencium punggung tangannya.
"Awas nggak usah ngebut-ngebut"
"Iya bawel..., Assalamualaikum"
"Wallaikumsalam"
Verrel meluncur menggunakan motor bersama Reno dan Astra menuju lapangan basket. Disana mereka mendapati Wira dan Aldo tengah bertengkar mulut. Sedangkan di tengah lapangan, sekelompok team basket lain lagi memperebutkan bola untuk mencetak gol. Mereka tak lain adalah anak semester atas seperti yang dikatakan Bella.
"Mau sampai kapan lo berdua kayak gini?" Tanya Verrel sembari melerai Wira dan Aldo.
"tau nih, kita kesini mau serius latihan bukan mau berantem" timbal Reno.
"UDAH DONG GANTIAN..." Astra meneriaki kakak kelas yang masih asyik latihan.
Sontak saja mereka berhenti dan menunjukkan kesangarannya masing-masing. Ketua team itu memanggil Verrel dengan kode gerakan tangan.
"Kenapa kak?" Tanya Verrel mendekat.
"Jadi lo sama temen-temen lo ini mau ikut kompetisi juga?"
"Iya"
"JANGAN HARAP KALIAN BISA MENANG..." Makinya agak keras.
Sikap mereka yang terlihat sombong, membuat Verrel menghela nafas.
"Kompetisi ini belum dimulai kak, jadi belum tau siapa yang akan menjadi pemenangnya"
"Udah kalian latihan tempat lain aja"
Tapi salah satunya berbisik dan mengatakan kalau Verrel itu merupakan adiknya Bu Bella, pemilik kampus tersebut. Mereka terkejut. Akhirnya team mereka mengalah dan membiarkannya latihan. Setelah dilihat ternyata bakat Verrel di bidang basket, tak bisa di pungkiri. Beberapa kali tembakannya ke dalam ring tidak ada yang meleset, walaupun dari jarak jauh.
"Ternyata dari dulu permainan lo nggak berubah, keren..." Puji Wira bertepuk tangan.
"Lo juga nggak kalah kok" balas Verrel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
General FictionApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...