VB FB jadi bengong keheranan. Untungnya Bella cepat bersembunyi. "Kenapa wajah itu mirip sekali dengan Bella?" Dengan nafas terengah-engah Ammar celingukan kesana kemari.
Ammar kembali melakukan sesi foto prewedding Verrel dan Febby dibawah pepohonan rindang. Kali ini posenya Verrel memeluk Febby dengan mesra dari belakang serta wajahnya menatap wajah Febby. Sedangkan tangan Febby mendekap kedua tangan Verrel, Namun sepertinya Verrel terlihat tegang.
"Santai aja jangan terlalu tegang" ucap Ammar mengarahkannya.
"Anggap aja Febby ini udah jadi istrinya Verrel, oke" rayu Febby.
Verrel kemudian menarik nafas dalam-dalam dan berusaha lebih rileks.
"Oke tahan ya" Ammar mengambil gambar mereka bak fotografer profesional.
Setelah selesai, Ammar mengamati foto-foto tersebut.
"Coba nanti kalian cek lagi, siapa tau ada yang kurang natural" pinta Ammar memberikan kamera itu kepada Verrel.
"Kak Ammar mau kemana?" Tanya Febby.
"Kakak lagi ada urusan"
Ammar meninggalkan mereka. Sementara Febby menggandeng Verrel mengajaknya duduk diatas rerumputan.
"Mana fotonya coba liat" Febby mengamati semua sesi foto mereka tadi sambil tersenyum.
"Bagus-bagus semua kok" pujinya sambil menatap wajah Verrel, namun
Verrel memalingkan wajah.
"Liat mata Febby"
Febby memalingkan wajah Verrel menghadapnya, tapi Verrel malah memejamkan mata. Verrel sungguh tak kuasa kalau harus menatap dari jarak yang sangat dekat.
"Aku belum sanggup" ucap Verrel dengan gugup.
"Kenapa belum sanggup?"
"Karena, ya karena kita belum resmi jadi pasutri" jawab Verrel sambil menunduk.
"Hmmm ya udah deh nggak apa-apa"Lisa menghadang mobil Mawar yang hendak keluar dari pagar rumahnya.
"Ni Ibu-ibu mau ngapain lagi sih?" Cerca Mawar, lalu ia keluar menghampirinya. "Cepetan mau apa? Waktu saya nggak banyak" lanjut Mawar.
"Kamu lupa ya dengan kejadian kemarin?"
"Iya terus maunya apa?"
"Ya saya minta ganti rugi 100 juta"
"What...? 100 juta...? Yang bener aja"
"Ya udah, kalau kamu nggak mau ganti rugi, kita ketemu di pengadilan" Lisa kemudian masuk kedalam mobilnya, sedangkan Mawar hanya bisa menatapnya dengan tatapan penuh amarah.
"Gimana kalau ancamannya itu nggak main-main? Duuh kenapa jadi ribet begini sih...?" Gerutunya kesal. "Apa aku minta bantuan om Wahyu aja? Mendingan aku minta bantuan sama Calon suami aja deh, bener juga!"
Mawar buru-buru masuk ke mobil meluncur menuju rumah Ammar.Diruangannya, pak Roland geram begitu melihat perolehan rating dan share sinetron yang dibintangi Verrel dan Febby turun drastis akibat permasalahan yang sedang terjadi. Otaknya langsung mumet tidak bisa berpikir. Ia menghubungi Rian untuk datang ke ruangannya.
"Tok tok tok..." Dari luar Rian mengetuk pintu.
"Masuk"
Rian masuk dan langsung duduk.
"Gimana? Apa sudah kamu selidiki?" Tanya Pak Roland.
"Sepertinya pak Wahyu memang sengaja memfitnah Verrel pak, karena pak Wahyu ingin Verrel keluar dari projek ini" jawab Rian sambil mengingat pada saat ia mengikuti Wahyu.
"Kalau begitu, kita bisa menuntut pak Wahyu atas semua kerugian akibat perbuatannya"
"Jadi?"
"Kamu harus cari pengaca handal untuk membantu kita"
"Saya rasa pak Jaka bisa membantu kita"
"Pak Jaka...?" Pak Roland berusaha mengingat. "Pak Jaka yang baru memenangkan kasus saham itu?"
"Iya betul pak"
"Oke, kamu hubungi beliau secepatnya ya"Di lobby kampus, saat Livia menunjukkan berita viralnya Verrel, disaat itu juga para wartawan datang mengerumuni mereka.
"Tolong mas Verrel jelaskan sedetail-detailnya mengenai berita yang beredar?"
"Kenapa anda bisa melakukan hal senekat itu? Itu menyangkut masa depan anak, kenapa anda malah merusaknya?"
"Saya heran kenapa mas Verrel tidak di laporkan ke penjara?"
Verrel dicerca beberapa wartawan dengan beberapa pertanyaan. Itu membuat kepala Verrel pusing. Ditambah lagi tiba-tiba Febby meninggalkannya begitu saja tanpa mengetahui kebenarannya. Verrel ingin menghindar, tapi apalah daya, wartawan-wartawan itu mengepungnya. Untung ada sahabat-sahabatnya yang masih peduli, sehingga Wira, Aldi dan Livia tetap berada diantara kerumunan para wartawan.
"Dari mana kalian mendapatkan berita seperti ini? Ini jelas-jelas fitnah, saya tidak pernah melakukan hal itu" sangkal Verrel dengan tegas.
"Tapi ini sumbernya sangat akurat mas"
"Sangat akurat dari mana? Memangnya kalian punya bukti?" Verrel melemparkan pertanyaan.
"Iya betul, memangnya kalian punya bukti? Kalau nuduh orang jangan sembarangan" Livia membela.
"Kami mendapatkan informasinya dari pak Wahyu, papa mas Verrel sendiri" jawab salah satu wartawan itu.
"Mana buktinya? Saya bisa saja menuntut kalian dengan tuduhan pencemaran nama baik" ancam Verrel, tapi ia berusaha bersikap tenang.
wartawan itu saling melirik satu sama lain. Setelah itu mereka pergi. Tak pelak seluruh mahasiswa jadi tau dan memperolok Verrel. Bahkan ada yang jahil sampai menempelkan kertas di papan pengumuman. Terlebih lagi dengan Bima. Bima tidak bisa menahan rasa girangnya. Melihat kertas itu, Verrel jadi kalap.
"INI KERJAAN SIAPA...?" bentaknya sambil merobek-robek kertas itu. "Ini pasti kerjaan lo kan?" Ketika ia melihat Bima melenggang dengan santainya. Dengan penuh emosi Verrel mencengkeram lehernya, sampai-sampai nafas Bima terasa sesak.
"Jangan rel, ini kampus"
Wira memisahkan mereka.
"Kalau lo masih macem-macem, gue tuntut lo" Verrel kembali mengancam.
Bima hanya tersenyum sinis, tapi ia juga takut dengan ancaman tersebut. Dengan gaya selengean, Bima lalu mengajak Astra dan Reno pergi.
"Lo harus bersikap tenang" ucap Livia.
"Gimana gue bisa tenang kalau kayak gini" sahut Verrel menahan emosi
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
General FictionApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...