Sementara itu, Febby sibuk mencarinya. Namun Livia melihat kalau Verrel sedang bersama Bella di kolam ikan. Febby pun segera kesana.
"Ada apa sih? kok gue dicuekin?" Keluh Livia melongo.
"Kakak tau kok anak kalian itu kembar, dan kakak sangat bersyukur ternyata doa kakak di ijabah sama Allah" ucap Bella dengan mata berbinar binar.
"Jadi kakak menginginkan anak dari Verrel sama Febby?"
Bella tampak mengangguk dan memohon.
"Kamu mau kan ngasih satu anak kalian buat kakak?"
Keputusan itu sangatlah berat bagi Verrel. Febby yang mendengarnya langsung menutup mulut ingin menjerit, tapi ditahan. Apa maksud kak Bella?"
Dari jauh Livia ingin menghampiri, tapi Febby cepat-cepat pergi sebelum Livia berteriak memanggilnya.
Tatapan Febby berkaca-kaca sambil menelusuri jalan rerumputan menuju bangku di taman kampus. Kata-kata yang dilontarkan Bella tadi terus terngiang di telinganya. Nggak aku nggak mau nyerahin anak aku sama siapapun...!" Lirihnya tertahan.
"Tadi lo bilang apa feb?"
Febby terkejut dengan kemunculan Livia di sampingnya.
"Tadi kalau nggak salah lo bilang nggak mau nyerahin anak lo sama siapapun, maksudnya?" Livia tak sabar menantikan jawabannya.
"Ah itu cuma perasaan lo aja kali, gue bukan ngomong itu kok barusan" terpaksa Febby harus berbohong, ia tidak mau permasalahannya sampai diketahui Livia. Apalagi ini menyangkut keluarganya.
"Yakin lo?"
"Ya yakinlah, memang nggak ngomongin apa-apa, tadi gue cuma kesel soalnya Verrel nggak tau pergi kemana"
"Ooo..."
Sesaat kemudian, Livia memuji kehamilan Febby yang sebentar lagi akan menjadi seorang mama muda.
"Apaan sih Via gue jadi malu deh..." Febby tersipu-sipu.
"Sebentar lagi gue bakal punya ponakan dong" lanjut Livia menggodanya.
Dari kejauhan Wira sudah memperhatikannya. Wira tidak mau menyia-nyiakan kesempatan.
"Kali ini gue harus bisa nganterin Livia!"
Namun disaat yang bersamaan, Aldo juga tengah memperhatikan mereka.
"Pokoknya gue nggak boleh kalah dari Wira, lagian tampang gue juga nggak kalah kok dari dia, malahan kalau menurut nyokap gue, ya gue yang paling keren, dibanding sama Wira mah kalah jauh" dengan pedenya Aldo memuji dirinya sendiri.Didalam ruangan khusus, Bima di interogasi oleh Lisa dan Ammar. Sehingga Bima dihadapkan dengan kebingungan.
"Saya tidak mau tahu, pokoknya kamu harus bertanggung jawab" tekan Lisa.
"Sabar Bu jangan pakai kekerasan" pinta Ammar melepaskan tangan Lisa.
"Tapi bukan saya pelakunya pak" Bima masih saja membantah dan berkelit.
"Kalau bukan kamu terus siapa?" Tanya Ammar.
"Mmm..." Bima tampak ragu.
"KATAKAN SIAPA...?" bentak Lisa tak sabar.
"Mmm Dino" jawabnya cepat meskipun terbata-bata.
"Dino? Siapa Dino? Teman sekelas kamu?" Tanya Lisa lagi.
"Bukan, dia bukan anak kampus sini"
"Kalau gitu kamu tuliskan alamatnya" Ammar memberikan pena dan kertas.
Tanpa ragu, Bima menuliskan alamat Dino.
"Oke selesai kan, karena saya harus pergi"
Lisa juga pergi dengan terburu-buru tanpa berpamitan.
"Untung pelakunya bukan mahasiswa kampus ini, kalau nggak bisa bahaya" gerutu Ammar.Berhubung Verrel yang mengajak ke bengkel, terpaksa Wira dan Aldo ikut, padahal mereka ingin sekali bisa mengantar Livia. Tapi ya udahlah demi persahabatan masalah PDKT masih ada lain waktu. Sampai di sana, mereka melihat kondisi mobilnya. Mereka terkejut setelah bang Rizal menjelaskan ada yang sengaja memutus kabel remnya.
"Tapi siapa ya?" Aldo menerawang jauh.
"Siapa lagi yang nggak suka sama Verrel kalau bukan si Bima"
"Tapi kayaknya nggak mungkin deh"
"Kenapa nggak mungkin?" Tanya Wira.
"Soalnya kemarin gue ketemu Bima sama gengnya, dan mereka ngeroyok gue"
Tiba-tiba Verrel mendapat telepon dari Vani.
"Iya assalamualaikum ma"
"Walaikumsallam, Oia, apa Verrel tau dimana papa kamu tinggal?"
"Memangnya kenapa ma?"
"Papa kamu menyandera anak dari teman mama, sampai sekarang belum ada yang tau dimana keberadaannya"
"Verrel heran deh sama papa, maunya itu apa sih sebenarnya" Verrel mulai emosi. "Udah pokoknya mama tenang aja ya, biar Verrel sama temen-temen Verrel yang nyari"
"Tapi kamu harus hati-hati ya"
"Iya ma, assalamualaikum"
"Wallaikumsalam"
Verrel lalu menceritakan masalahnya kepada mereka dengan berbisik-bisik.
"Kita harus ajak Reno, Astra sama Zian" ucap Wira. "Soalnya gue nggak bisa berantem"
"Ya udah, ntar gue kasih tau tempatnya dimana" sahut Verrel.
Akhirnya Aldo dan Wira pulang menggunakan motor masing-masing, sedangkan Verrel menggunakan mobil tersebut usai mengucapkan terimakasih pada bang Rizal yang sudah membetulkan mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
General FictionApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...