part 97

165 13 2
                                    

Namun Alan tiba-tiba menantang kedua pasangan itu, yaitu challenge cooking. Itu artinya mereka harus memasak masakan ala-ala restoran.
"Bagi siapa yang berhasil mendapat nilai terbanyak dari pelanggan, maka masakan itu akan kami promosikan direstoran kami" seru Alan.
Verrel meremas tangan Febby dengan berantusias. Alan lalu mengantar mereka ke dapur. Verrel dan Ammar memakai celemek untuk dirinya dan untuk pasangan. Sangking semangatnya, ujung celemek Febby hampir mengenai mata Verrel. Verrel berpura-pura meringis sambil memicingkan mata.
"Maafin Bunda yah..." Ucap Febby dengan sungguh-sungguh. "Sini Bunda tiup"
Pelan-pelan Febby meniup matanya, sedangkan Verrel ingin menahan senyum karena sudah menjahili istrinya.
"Gimana udah siap?" Tanya Alan yang sudah menyiapkan bahan-bahan yang harus mereka gunakan.
Dari bahan tersebut mereka dituntut untuk menciptakan menu dan bentuk olahan yang menarik. Masing-masing pasangan mulai menyiapkan bahan-bahan untuk masakannya. Tampak Febby berbisik-bisik kepada Verrel. Mereka sepertinya menemukan ide masakan. Begitu juga dengan Ammar dan Bella. Verrel tampak memotong daging sapi setebal satu jari sebanyak dua potong, sedangkan Febby mengiris bahan pelengkap, yaitu kentang dan wortel yang di iris panjang, kemudian mencincang bawang bombai. Sementara terlihat Bella lagi mengupas udang, sedangkan Ammar mengiris wortel, jagung muda dan brokoli.
"Auu..." Jerit Febby tertahan, karena jarinya teriris pisau.
Dengan sigap Verrel meraih jari itu dan mengulumnya. Febby tertegun. Yang ia tau Verrel paling tidak bisa melihat darah, tapi Verrel justru mengulumnya dengan lembut tanpa mengeluh sedikitpun.
"Kita harus cepat yah, jangan mau kalah sama kak Aish" seru Febby.
"Tapi ini..." Verrel agak ragu setelah melepaskan tangan Febby, tapi Febby hanya membalutnya pakai tissu sembari memberi kode agar lebih semangat lagi.
Disaat Febby serius menggoreng kentang dan wortel sebentar, Ammar justru mengelap keringat didahi Bella sambil tersenyum memuji kecantikannya.

2. Akhirnya Naya dan Prima mencari keberadaan Rudy dikediamannya yang cukup menyedihkan. Rumah kecil, reot dan dipenuhi dengan kardus-kardus yang bertumpuk didepannya.
"RUDY...KELUAR KAMU..." Teriak Prima ingin menendang kardus-kardus itu.
"Jangan prim" tahan Naya.
Tapi Prima tidak peduli. Ia terlanjur emosi karena Rudy sudah melakukan penggelapan bahan baku tanpa sepengetahuannya. Kardus-kardus itu hancur berantakan ditendang Prima.
"Prima sudah"
Lalu datanglah seorang pemulung yang ingin memungut kardus-kardus itu.
"Apa kamu tau kemana pemilik rumah ini?" Tanya Naya.
"Maksudnya bang Rudy?"
"Iya Rudy" sambar Prima.
"Bang Rudy lagi pulang kampung, soalnya Ibunya meninggal karena kanker"
"Oh my God" Prima mengusap wajahnya sendiri. "Gimana kita mau menyeretnya ke kantor polisi kalau seperti ini mba?"
"Mba juga nggak tau lagi prim"
Naya kembali ke mobil di ikuti oleh Prima, tapi tak disangka Wahyu sudah duduk manis didalamnya.
"Wahyu..." Naya sangat terkejut saat melihatnya dari kaca spion.
"Kamu mau keluar sendiri atau saya yang mengeluarkan?" Dengan penuh amarah Prima memberi pilihan.
"Tapi Nay, saya sangat mencintai kamu sejak dulu"
"TOLONG KAMU KELUAR SEBELUM SAYA PANGGIL POLISI..." Ancam Naya.
"Oke baik baik" Wahyu beranjak keluar ketika Prima ingin memaksanya.

Kembali lagi ke dapur restoran. Disana Alan mengamati Verrel yang lagi mempleting steak daging spesialnya kedalam piring yang disediakan Febby. Dengan sangat hati-hati tapi cepat Verrel meletakkan steak itu diatas piring yang beralaskan daun seledri. Disampingnya diberi irisan kentang, wortel dan buncis yang digoreng Febby tadi. Dari penampilannya saja terlihat sangat menarik sekali. Apalagi ditambah dengan saus yang dibuatnya sendiri.
"YEAA KITA UDAH SIAP..." Riang Febby spontan memeluk Verrel.
Diwaktu yang sama, Ammar dan Bella juga mempleting capcay seafoodnya. Dari warnanya yang berwarna-warni juga tak kalah menarik.
"Wah ternyata istri saya memang pinter masak ya..." puji Ammar.
"Hmmm bisa aja ngerayunya"
"Ini bukan ngerayu tapi fakta"
"Kita lihat ya, masakan siapa yang paling banyak diminati pelanggan, dialah pemenangnya" seru Alan.
Alan kemudian membawa kedua masakan itu ke depan. Ia menawarkannya ke beberapa pelanggan yang baru datang, sedangkan Feverr dan Aish memperhatikan dari jarak beberapa meter. Feverr girangnya bukan main saat beberapa pelanggan memuji steaknya. Begitu juga dengan Aish, mereka sangat senang ada yang mengacungkan jempol setelah mencicipi capcay seafood itu. Tapi dari hasil penilaian. Steak daginglah yang banyak diminati para pelanggan. Alan mengumumkan kalau pemenangnya adalah pasangan Feverr.
"PROK PROK PROK..." Mereka dan para pelanggan bertepuk tangan menyerukan suasana.
"Ngomong-ngomong, Ayah belajar dari mana sih bikin steak?" Bisik Febby.
"Itu salah satu keahlian Ayah dari lahir" Verrel tampak pede membanggakan dirinya.
"Padahal Bunda pengen banget nyicipin steaknya, tapi sayang sudah habis sama mereka"
"Nanti kapan-kapan Ayah masakin deh"
"Selamat ya, kalian memang the best" ucap Alan memberikan selamat kepada kedua pasangan.
Dan mereka diberi voucher liburan ke Bali.
"Haah...ke Bali?" Febby dan Bella tercengang. "MAUU..." Serunya memeluk pasangan masing-masing.
"Ssst ini tempat umum Bunda..." Verrel mengingatkannya.

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang