Febby sangat berantusias membuka kotak itu. Tanpa menghiraukan Verrel yang terus menatap jari-jari lentiknya. Febby terkesiap, didalam kotak itu ada kotak perhiasan.
"Haah...bukannya ini kotak perhiasan yah" ia mendongak ke wajah Verrel yang tampak biasa-biasa saja.
Ia makin heran dengan reaksi Verrel tersebut. Tidak ada antusiasnya sama sekali kecuali menahan diri untuk tidak tersenyum. Febby terbelalak melihat sebuah liontin emas yang bermata hati didalamnya.
"Ini liontin yah..." Serunya mengamati liontin itu.
Namun ada juga secarik kertas.
"Ada suratnya juga yah"
"Coba dibaca"
"Maafkan aku, atas kesalahanku.
Maafkan aku, atas ketidakpedulian ku.
Bantu aku, atas semua bebanku.
Dan senangkanku, atas kesedihanku.
Ku ingin dirimu selalu tersenyum untukku.
Hanya lewat benda yang tak seberapa ini, ku katakan padamu.
Kau adalah cinta sejatiku.
I love u bundanya si kembar..."
Usai membacanya, Febby menatap Verrel yang sengaja tak ingin memperlihatkan wajahnya.
"Jadi ini semua Ayah yang nyiapin?" Febby ingin menangis haru. Ia benar-benar tak menyangka, kalau ternyata Verrel sengaja mengajaknya ke tempat yang jauh dari keramaian, hanya untuk memberi kejutan manis.
"Sini Ayah pakein ya..." Ucap Verrel meminta liontin itu.
Febby memberikan liontin bermata hati itu sembari berdiri di hadapannya. Dengan lembut dan sangat hati-hati Verrel memakaikannya ke leher Febby yang terbalut hijab. Lalu kedua tangannya memegang kedua bahu sang istri yang lagi tersenyum merekah, dibalik polesan lipstik merah mudanya. Senyuman itu sungguh menawan.
"Makasih ya yah...Bunda suka banget..." Febby mengerjabkan bulu matanya mendongak ke Verrel, lalu membenamkan wajahnya ke dada bidang suaminya itu, sambil melingkarkan tangan ke pinggangnya.
"Habis ini kita ke pantai Lovina ya" seru Febby.
"Tapi nggak usah lama-lama, oke, soalnya kita mau beli sesuatu buat si kembar" Sembari mengusap punggung istrinya perlahan.Naya tiba di rumah tepat jam 12 siang. Ia kaget mendapati seseorang lagi membereskan kamar Ammar. Hampir saja ia meneriakinya sebagai pencuri, tapi untungnya si Bibik alias asisten rumah tangganya si Mawar ngacir ke dapur. Meminta pertolongan kepadanya.
"Kenapa sih bik?"
"Itu non, bibik dituduh maling"
Naya ke dapur membawa sapu, mencari sosok si bibik yang lagi bersembunyi dibalik punggung Mawar.
"Saya bukan maling Bu, saya asistennya non Mawar" jelas bibik memperlihatkan wajahnya.
"Kok mama pulang nggak bilang-bilang sih? Kan aku bisa jemput mama" ucap Mawar berlagak sopan.
"Sejak kapan kamu ada disini?"
"Sejak aku hamil"
"Apa? Kamu hamil...?" Naya terkaget-kaget sekaligus senang. "Alhamdulillah akhirnya aku bisa punya cucu dari Ammar" sambungnya gembira.
"Tapi..." Mawar kemudian menangis.
"Tapi kenapa?" Tanya Naya tak sabar.
"Aku keguguran, dan penyebabnya adalah Bella"
"Jadi Bella yang menyebabkan cucu mama meninggal?"
"Iya ma" batin Mawar girangnya bukan main, ia tak sabar apa yang akan dilakukan mertuanya untuk Bella.
Timbulla rasa benci dihati Naya terhadap Bella.
"Kamu tunggu disini, biar mama yang ngomong sama Bella"
"Nggak usah ma, kita nggak boleh membalasnya dengan perlakuan yang sama, mungkin aja Bella nggak sengaja, tapi herannya, kenapa Ammar masih saja membelanya, sementara aku tidak dianggap sebagai istri" Mawar mulai merasuki pikiran Naya untuk membenci Bella.Selepas pulang dari danau, Verrel menelusuri pantai Lovina bersama Febby sambil menenteng sepatu. Awalnya mereka ingin menyewa perahu nelayan untuk melihat ikan lumba-lumba, namun waktunya tak cukup banyak. Akhirnya hanya berlari-lari kecil ditepi pantai, saling kejar-kejaran dan bersenda gurau. Saat air laut pasang, Febby mencelupkan kakinya sembari memercikkan air itu ke wajah Verrel yang termangu memperhatikan kegiatannya.
"Aduuh..." Verrel terkejut, tapi ia tidak heran lagi dengan keusilan Febby yang terkekeh-kekeh itu.
Verrel pun tak tinggal diam, ia menggendong Febby dan memutar-mutarnya sampai kepala mereka terasa pusing.
"STOOP..." Pinta Febby agak keras. "Kepala Bunda pusing..." Sambungnya pelan.
"Maaf..." Lirih Verrel usai menurunkannya. "Makanya jangan jahil"
"Kan Ayah duluan yang suka jahil"
Mereka lalu pergi ke pusat perbelanjaan. Membeli beberapa perlengkapan untuk si kembar. Terakhir mereka mampir di toko yang menjual pernak-pernik aksesories dan juga beberapa jenis bondu. Febby sangat tertarik dengan bondu kelinci yang berwarna pink itu. Lucu dan menggemaskan. Lantas ia ingin memakaikannya di kepala Verrel, namun Verrel yang anti warna pink cepat menghindar. Kini Febby merajuk dan memohon, berharap Verrel mau memakainya bersamaan. Terpaksa deh, untuk meloloskan permintaan istrinya itu, Verrel akhirnya menurut. Dengan pasrah ia menunduk agar Febby mudah memasangkan bondu itu di kepalanya.
"Hehehe...gemes banget sih liatnya" ucap Febby sambil mencubit pipi Verrel dengan gemas.
Verrel melebarkan senyumannya agar Febby senang. Mereka lanjut menjaja jajanan tradisional dengan bondu itu tetap di kepala mereka masing-masing.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
General FictionApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...