"Oia, sebelumnya kalian harus membaca surat kontraknya dulu" pak Roland memberikan surat kontrak yang harus ditandatangani.
Setelah membaca, Verrel dan Febby saling melirik sejenak. Tanpa berpikir panjang, mereka langsung menandatangani kontrak tersebut.
"Oke terimakasih, senang bisa bekerjasama dengan kalian, mudah-mudahan projects ini sukses ya" pak Roland menyalaminya.
"Terimakasih pak" sahut mereka serempak.Di kediamannya, Bella berdiri didepan teras sambil menggigit-gigit kuku. Itu tandanya ia sedang memikirkan sesuatu. Bella kemudian menghampiri Vani diruang tamu.
"Ma..., Bella mau minta izin"
"Izin? Memangnya kamu mau kemana?"
"Bella mau pulang sebentar ke rumah"
"Ya kalau gitu mama juga ikut"
"Tapi ma, mendingan mama nggak usah ikut ya" Bella tampak memohon, tapi Vani bersikeras ingin ikut walaupun Bella sudah melarangnya.
"Kalau mama ikut sama Bella, pasti nanti papa curiga, mama kan tau sendiri sifat papa kayak gimana" Bella berusaha memberi pengertian.
"Ya udah mama nggak jadi ikut" sahut Vani setelah beberapa saat.
"Oia, kalau papa nanyain Bella, bilang aja Bella lagi sibuk di kampus, oke ma" rayu Bella.
"Iya-iya" sahut Vani tak bersemangat.
"Assalamualaikum"
"Wallaikumsalam"
Dengan pelan dan santai Bella mengemudikan mobil. Tak disangka Ammar juga menuju ke tempat yang sama.Sampai di parkiran kampus, Verrel mengejar Febby sambil membawa buku. Disitu ada Bima, Andin dan juga Livia yang ingin pulang. Sedangkan Wira dan Aldo sudah duluan. Verrel menyodorkan buku itu dengan berpura-pura kalau itu dipinjamnya. Febby agak bingung, karena ia ngerasa bahwa Verrel tidak pernah meminjam buku dengannya.
"Maaf kalau gue kelamaan minjemnya" Verrel tersenyum tipis.
"Buku apa?" Tanya Febby sambil mengingat.
Verrel memasukkan bukunya kedalam tas Febby sambil bilang terimakasih. Sementara Andin mendelik kearah Bima, tapi Bima malah membuang muka. Melihat hal itu, Winda menarik tangan Andin ke tempat yang sepi.
"Lo suka kan sama Verrel?" Tanya Winda.
"Dari mana lo tau?" Andin agak kaget, tapi ia tak peduli.
"Kalau lo mau, lo bisa kok ngedapetin Verrel dengan mudah" Winda mulai menunjukkan kecanggihannya dalam merayu.
"Cukup menarik sih, tapi sayangnya gue nggak tertarik, gimana dong" Andin mengangkat bahu sebelah seolah-olah menyepelekannya.
"Kalau lo nggak mau juga nggak apa-apa, toh yang rugi juga bukan gue"
"Oke-oke, gue mau"
Setelah Winda tau kalau Andin itu sangat menginginkan Verrel. Maka Winda tak segan-segan mengajaknya kerjasama untuk mengerjai Febby.
"Terus apa rencana lo?" Tanya Andin tak sabar.
Winda berniat ingin merusak wajah Febby melalui orang suruhannya.
"Ide bagus, ini baru gue suka" bisik Andin tersenyum sinis, ia sangat yakin kalau rencananya akan berhasil.Sambil menyetir, Ammar membayangkan senyuman Bella. Ia sangat merindukan kehadiran Bella disisinya. Apalagi dari kemarin Bella tidak mengabari keadaannya. Ammar mempercepat laju mobilnya agar cepat sampai, karena firasatnya mengatakan kalau Bella ada di sana. Ternyata benar, saat Ammar sampai, Bella sedang membuka pintu. Tapi ada seorang laki-laki dibelakang Bella. Dan Bella tidak mengetahuinya.
"Siapa dia?" Pikir Ammar, ia mengira kalau itu teman lamanya.
Tapi Bella justru kaget saat orang tersebut memegang tangannya.
"Kamu siapa?" Tanya Ammar mendekat.
"Sss saya temannya Bella" jawab orang itu dengan terbata-bata.
"Teman...?" Bella tambah bingung.
"Masak kamu lupa sama saya, saya teman dekat kamu?" Orang itu mencoba mengingatkan.
"Bukan, saya tidak punya temen dekat apalagi laki-laki" bantah Bella.
"Jadi kamu mau mencoba merayu istri saya, iya" Ammar menekan orang itu.
Dia berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Ammar dan menyikut perutnya. Ammar sedikit terdorong ke belakang. Kali ini dia ingin memukul bagian wajah Ammar, tapi dengan cepat Ammar menghindar dan memukulnya balik.
"Mau pergi atau tangan anda mau saya patahin?" Kali ini Ammar menekan lehernya.
"Kamu tidak tau siapa saya"
"Hmm jangan pikir saya akan takut dengan ancaman anda, tidak, karena saya bukan laki-laki pengecut seperti orang yang memerintah anda" sindir Ammar.
"Apa papa tau kalau..., Aah entahlah" Bella yakin itu pasti orang-orangnya Wahyu.
Orang tersebut bertekuk lutut memohon dilepaskan, tapi cengkeraman Ammar malah semakin kencang. Lama kelamaan dia berhasil kabur karena Ammar tidak sengaja mengendurkan cengkeramannya. Ammar ingin mengejar, tapi Bella keburu menahannya.
"Yakin kamu tidak kenal sama dia?" Tanya Ammar.
"Kamu tidak percaya sama istri kamu sendiri?" Bella membalikkan pertanyaan.
"Bukannya begitu"
"Terus apa namanya kalau tidak percaya?"
"Udah mendingan sekarang kita masuk, yuk" ajak Ammar setengah merayu, padahal didalam hatinya masih menyisakan tanya.
Ammar masih penasaran siapa sebenarnya laki-laki itu, tapi jujur ia tak ingin melukai perasaan Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
Fiksi UmumApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...