Di kampus, Bella sengaja mendatangi Ammar di ruangannya sambil membawa bekal. Karena tadi ia dan Ammar buru-buru pergi sehingga belum sempat makan siang. Aromanya yang begitu menggoda membuat perut Ammar jadi bersenandung ria. Bella ingin tertawa saat suaranya terdengar kencang.
"Jadi malu nih" celetuk Ammar sambil menahan malu.
"Kenapa harus malu? Ayo dimakan"
Ammar begitu lahap menyantapnya, sedangkan Bella hanya senyum-senyum menatapnya.
"Kok sayang nggak makan?"
"Iya nanti saya pasti makan kok"
"Oia, gimana kalau kita ke panti asuhan"
"Ke panti asuhan?" Bella agak kaget. "Untuk apa?"
"Ya kita adopsi anak"
"Nggak saya nggak mau" tolak Bella mentah-mentah.
"Lho kenapa? Memangnya salah?"
"Ya memang nggak ada yang salah, tapi saya nggak mau kalau bukan anak dari Verrel sama Febby"
Diam-diam Bu Fira mendengarkan percekcokan mereka.
"Kamu pikir mereka akan rela ngasihin anaknya ke kita, kan belum tentu"
"Saya yakin kok anak mereka nanti pasti kembar"
Ammar melamun mencoba mencerna perkataan Bella barusan.Febby memberi arah pintu mobil pada Verrel agar Verrel membukanya sendiri tanpa bantuannya. Sambil menyetir, Febby terus menatap wajahnya yang murung, namun tetap terlihat tampan. Apalagi ditunjang dengan rambutnya yang klimis seperti menantang langit itu.
"Nggak usah senyum-senyum" Sindir Verrel saat ia bisa merasakan kalau Febby sedang senyum-senyum menatapnya.
"Iih siapa yang senyum-senyum pede banget sih" Febby merubah bibirnya menjadi manyun.
"Itu kenapa manyun?"
"Kok Vibi bisa tau ekspresi muka aku sih?" Batin Febby bertanya-tanya sambil menatapnya tajam. "Tebak aku sekarang lagi apa coba?" Febby ingin mengetes instingnya.
"Lagi nyetir mobil" dengan polosnya Verrel menjawab.
"Hehehe...itu sih udah jelas, kan aku yang bawa mobilnya, maksud aku tebak pose muka aku sekarang lagi apa?"
"Nggak tau" tiba-tiba jawaban Verrel agak ketus sambil melihat kearah luar.
Verrel seperti sengaja memalingkan wajahnya.Saat nongkrong di pangkalan taksi, Nasya sibuk browsing di ponsel. Iseng-iseng ia membuka iklan. Di salah satu iklan itu ada yang menawarkan untuk segera ikutan casting sinetron suara hati. Namun sayangnya yang dicari itu berjenis kelamin laki-laki untuk menggantikan posisi Verrel Bramasta dan Roy Andera.
"Haah...Verrel Bramasta...?" Ia tercengang. "Jadi selama ini Verrel main sinetron, kok gue nggak tau sih? Apa mungkin karena gue kebanyakan nyari penumpang kali ya, gue kan nggak pernah nonton tv...!"
Ia segera masuk kedalam taksinya.
"Eh mau kemana lo?" Tanya salah satu rekannya yang baru saja mangkal.
"Gue mau ikut casting"
"Gaya lo ikut casting, nggak bakal keterima gue yakin"
"Kalau misalnya gue diterima lo mau ngasih gue apa hah?"
"Hahaha...terserah lo deh mau apa aja"
"Oke awas ya kalau lo ingkar janji"
"Hahaha..." Dia kembali tertawa saat Nasya sudah pergi, ia menganggap itu suatu hal yang mustahil dan cuma lelucon.Ammar meninjau anak-anak panti asuhan tanpa ditemani Bella. Melihat mereka bahagia bermain bola, Ammar tersenyum. Dari wajah mereka tak ada yang menunjukkan kesedihan atau sejenisnya, meskipun harus hidup di panti asuhan. Semua tampak senang saling bersenda gurau. Jujur saja, Ammar ingin sekali mempunyai anak. Tapi sayang, Bella tidak bisa memberikannya akibat kista yang dideritanya.
"Eh rupanya ada tamu" sapa ibu Rahma dengan ramah sambil menyalaminya.
"Maaf bu kalau saya mengganggu"
"Tidak sama sekali kok, justru saya senang"
"Oia, apa mereka semuanya tidak mempunyai orang tua?"
"Kebanyakan sih seperti itu, tapi ada juga yang sengaja menaruhnya disini, karena tidak mempunyai biaya"
Mereka berlanjut berbincang-bincang di taman bermain anak-anak tersebut. Ada sekumpulan anak perempuan yang sibuk belajar melukis, ada yang memainkan boneka, ada juga yang hanya mengobrol, bahkan belajar berhitung. Tempat itu seperti taman kanak-kanak.Sampai di rumahnya hari sudah malam. Masuk kamar, Verrel langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan meraba-raba. Sementara Febby cepat-cepat memasak apa yang ia bisa agar Verrel mau makan. Karena sejak tadi pagi sedikitpun Verrel tidak punya selera untuk menelan apapun. Senyum ceria menghiasi bibir Febby melihat masakannya yang akhirnya selesai juga. Ya walaupun cuma biasa-biasa saja, bahkan terbilang cukup aneh, tapi baginya itu masakan yang paling spesial dari seorang istri muda. Haah...bukan bukan, kalau istri muda berarti ada yang tua dong. Maksudnya dari istri tercintanya Verrel.
"Hallo sayang...masakan spesial dari Febby udah siap" ucap Febby penuh semangat sambil membawanya.
Baru saja Febby ingin menyuapi, Verrel langsung membuangnya.
"PRANK KRUNTANG..." piring dan sendok meluncur ke lantai.
Semua jadi berantakan.
Tentu saja air mata dibalik pelufuk mata Febby ikut terjatuh, walau mengalir pelan. Tapi hal itu sangat membuat hatinya sedih.
"Kamu tau nggak, itu masakan pertama yang sengaja aku buat untuk kamu, aku sudah berusaha semampu aku walaupun sebenarnya aku nggak bisa masak, tapi kamu malah membuangnya" lirih Febby sambil sesenggukan.
Namun saat Febby kembali ke dapur, Verrel mencari dimana ia membuang makanan itu tadi. Lantas ia memungutnya dan memakannya.
"VERREL...ini udah jatuh ke lantai udah kotor, kamu kenapa sih kayak gini?" kali ini Febby tidak bisa membendung kemarahannya setelah melihat hal tersebut.
"Aku minta maaf, karena aku udah nggak menghargai usaha kamu"
"Iya tapi bukan begini caranya"
Baru di cerca sedikit, si Verrel udah mewek. Setelah membereskan yang masih berantakan, Febby kembali ke meja makan.
"AKU MINTA MAAF..." teriak Verrel sambil menoleh kearah yang berlawanan.
"Aku akan maafin kamu setelah kamu menghabiskan makanan ini" pinta Febby sambil membawa sepiring makanan yang dimasak tadi.
"Tapi aku nggak mau disuapin" Verrel agak memalingkan muka.
"Siapa juga yang mau nyuapin" Febby ngambek-ngambek manja.
Febby berubah sumringah seketika saat melihat Verrel melahap makanannya sampai-sampai tidak terasa kalau itu sudah habis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
Ficción GeneralApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...