Oke kita kembali ke Rumah Sakit. Dimana Bella, Ammar, Vani dan Naya berkumpul bersama di ruangan Verrel yang tengah dirawat oleh Dokter. Nampak mata Verrel masih dibalut perban. Meskipun Verrel sangat senang akan bisa melihat lagi, tapi ia juga sedih. Karena ia merasa kalau Febby tidak ada diantara mereka.
"Kenapa disaat aku membutuhkan kamu, kamu nggak ada...? Apa perasaan kamu sudah berubah? Tapi kenapa secepat ini?" Batin Verrel dipenuhi dengan beberapa pertanyaan yang tak terjawab.
Lantas Dokter itu membuka perbannya perlahan-lahan.
"Sekarang buka matanya pelan-pelan" pinta si Dokter.
Saat dibuka, samar-samar Verrel melihat mereka. Sedikit agak rabun, namun setelah beberapa saat kemudian terlihat jelas wajah Vani yang agak sedih dan sembab. Mungkin Vani habis menangis.
"Ini mama, apa kamu bisa lihat mama?" Tanya Vani sambil mengguncangkan tangannya.
"Mama..." dengan penuh haru, Verrel memeluknya.
"Bagaimana?" Kali ini si Dokter yang bertanya untuk memastikan apakah operasinya berhasil atau tidak.
"Makasih dok, sekarang saya udah bisa melihat"
"Alhamdulillah..." Mereka senang dan mengucap syukur.
"Mmm Febby kok nggak ada ma?" Tanya Verrel sambil cemas memikirkannya.
"Kemungkinan saudari Febby ada di taman" jawab si Dokter.
"Ngapain Febby di taman? Apa dia sengaja nungguin aku disana?"
Mereka hanya terdiam mendengar pertanyaan Verrel. Raut wajah mereka seperti menyimpan rahasia, tapi Verrel tetap berpikir positif.Didalam kelas, Bu Fira heran kenapa Verrel dan Febby tidak masuk. Tapi Livia menjelaskan kalau Verrel habis kecelakaan.
"Kecelakaan...?" Andin sedikit syok mendengar idaman hatinya mendapat musibah. "Saya permisi Bu" dengan tingkat pede yang sangat tinggi ia bangkit dari tempat duduk berniat ingin keluar.
"Mau kemana kamu?" Tegas Bu Fira.
"Mau ke toilet"
"Tidak ada toilet toiletan, saya tau itu cuma akal-akalan kamu saja"
"HUUUU..." mereka menyorakinya beramai-ramai.
Terpaksa Andin kembali duduk sambil memasang muka masam.
"Oke, kalau begitu kita lanjutkan pelajaran yang lalu, dan saya minta kerjakan sekarang" perintah Bu Fira.
Tentu saja membuat mulut Bima dan Andin melongok seperti orang bodoh. Disaat yang lain sibuk, Bima dan Andin malah kebingungan sendiri bagaimana cara mengerjakannya.
"Kalian kenapa?" Tanya Bu Fira lagi.
"Oh nggak Bu" Bima pura-pura membuka buku.
Begitu juga dengan Andin. Ia pura-pura berpikir dan menulis sesuatu kedalam buku. Padahal yang ditulisnya cuma nama Verrel Bramasta.
Sementara didepan gedung, Nasya yang menyamar sebagai laki-laki, tengah bersiap-siap beradu akting dengan Rita.
Fans Feverr menghampiri Rian dan bertanya kenapa Verrel dan Febby tidak shooting? padahal ini jadwal mereka shooting. Tapi Rian merahasiakan kecelakaan yang menimpa Verrel, dengan tujuan supaya mereka tidak kecewa. Setelah Rian bilang kalau Verrel dan Febby mau istirahat dulu, barulah mereka mengerti.Verrel kesana kemari mencari Febby di taman Rumah Sakit. Senyumannya semakin lebar ketika menemukan seseorang yang memakai hijab biru motif bunga-bunga. Ia ingat betul itu hijab yang paling disukai Febby. Sambil senyum-senyum, ia duduk disampingnya.
"Ternyata Febby disini" sapa Verrel tak sabar ingin menunjukkan matanya yang sudah melihat. "Febby tau nggak? Sekarang aku udah bisa lihat lagi" riangnya.
"Iya aku tau kok, aku seneeng banget..." senyum sumringah Febby terlihat sangat manis, tapi ia agak menunduk.
"Febby sengaja ya nungguin aku disini?"
Namun Verrel hanya mendapatkan jawaban yang berupa anggukan.
"Hari ini aku pengen banget makan es cream, tolong Vibi beliin ya" pinta Febby tanpa menoleh sedikitpun.
"Tunggu sebentar ya"
Verrel lalu beranjak dan mencari jualan es cream yang tidak jauh dari tempat itu. Ia memesan dua Cornetto rasa coklat. Sambil menunggu, Febby menggerutu karena Verrel belum juga kembali. Namun saat kembali, Verrel sangat terkejut ketika mendapati Febby dari kejauhan tengah berjalan meraba-raba memakai tongkat ingin kembali duduk. Sontak es cream ditangannya terjatuh dengan mata berkaca-kaca. Kenapa ia baru menyadari kalau ternyata Febby yang rela mengorbankan mata untuknya. Tangisnya pun pecah.
"Kenapa semua ini Febby lakuin buat aku?" Sambil tersedu-sedu, Verrel bersimpuh memeluk kakinya.
Sedikitpun tidak ada kesedihan diwajah Febby. Ia hanya tersenyum haru sambil mengelus rambutnya.
"Aku hanya ingin melihat Vibi seperti dulu lagi, yang ceria tanpa ada air mata"
"Tapi kenapa sayang harus berkorban demi aku padahal sayang lagi hamil?"
"Apapun bisa aku lakukan, karena aku nggak sanggup kalau harus melihat kamu marah sama aku, jadi lebih baik aku seperti ini"
"Nggak, kamu nggak boleh seperti ini" Verrel menggeleng.
"Aku mohon sekarang kamu bangun"
"Nggak mau" tolak Verrel sambil mendongak menatapnya.
"Kemarin kamu udah nggak menghargai masakan aku, apa sekarang kamu juga nggak akan menghargai pengorbanan aku?" Febby pura-pura marah.
Sungguh betapa besarnya pengorbanan yang dilakukan Febby untuknya. Verrel jadi sangat merasa bersalah. Akhirnya ia bangun dan memeluknya erat-erat sambil mengucapkan permintaan maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
General FictionApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...