part 144

137 16 8
                                    

Selama USG, Alan terus memperhatikan gerakan si jabang bayi di layar. Tak hanya itu saja, akan tetapi Alan juga memperhatikan wajah Mawar yang nampak pucat. Secara detail si Dokter menjelaskan kalau jabang bayinya sehat-sehat saja. Jenis kelaminnya juga terlihat jelas kalau itu laki-laki. Sama seperti yang Mawar harapkan selama.
"Jenis kelaminnya laki-laki dok?" Tanya Alan sangat berantusias.
"Iya laki-laki"
Mawar tak sengaja menatap bibir Alan yang senang mendengar penjelasan si Dokter.
"Kenapa justru Alan yang menemani aku USG? Sepertinya Alan juga senang kalau bayiku baik-baik saja" Pikir Mawar sembari bangkit dari pembaringan.
"Biar saya bantu" Dengan ikhlas Alan menuntun Mawar turun dari ranjang pasien. "Kamu pucat sekali" Sambung Alan kemudian.
"Nanti saya kasih obat vitamin supaya Ibunya juga tidak mudah lesu" Ucap Dokter disela menulis resep.

Kembali kepada Feverr yang menemukan si kembar di teras kantor taman anak-anak. Meskipun hujan sudah reda, tapi pakaian yang mereka kenakan basah, sehingga tidak bisa memeluk si kembar sebagai bentuk cinta. Febby meminta tegas terhadap bu Rahmi, segera membawa mereka pulang. Meskipun bu Rahmi, Vani dan Anice menggendong si kembar menuju mobil, tapi tetap saja kekhawatiran Febby masih menyelimuti hati. Apalagi melihat mereka menangis menahan lapar, hati Febby terasa terenyuh sebagai Ibu yang sudah melahirkannya. Dalam perjalanan pun Febby meminta Verrel lebih ngebut supaya cepat sampai. Sedangkan si kembar bersama Vani di mobil yang posisinya ada didepannya. Sesampainya di rumah, Febby segera turun dan ke dapur membuat susu. Verrel pun menyusulnya mengambil tiga botol susu yang sudah di buat Febby. Ia terus berlari ke kamar memberikan susunya masing-masing. Awalnya si kembar ngambek. Mungkin karena sudah terlalu telat memberinya susu.
"Ngasih susunya telat ya, bunda tau bunda salah, maafin bunda ya sayang ya..." Febby terus membujuk mereka sambil mengelus kening dan kepalanya, sedangkan Verrel, Vani, bu Rahmi dan Anice hanya berdiri menatapnya.
"Maafin mama ya, ini salah mama" Dengan ber sungguh-sungguh Vani meminta maaf.
"Kenapa mama nggak ngasih tau Verrel atau Febby?" Tanya Verrel.
"Mama udah telpon kamu sama Febby berkali-kali mau ngajak mereka main ke taman, tapi nggak ada yang ngangkat"
"Batre Verrel memang lagi habis sih belum di cas"
"Ya udah mama pamit pulang ya"
"Iya ma hati-hati"
Bu Rahmi akhirnya  keluar juga bersamaan dengan Vani dan Anice. Verrel kemudian ke kamar mandi membersihkan tubuhnya. Setelah si kembar tidur, Febby mendekati wastafel sambil melepaskan jilbabnya yang masih membalut kepala.
"Susah banget sih" Febby agak kesusahan melepaskan jarum pentul yang disisi kiri.
"Sini biar Ayah yang ngelepasinnya" Tak pelak tangan mereka jadi saling bersentuhan. "Tangan bunda dingin banget" Lanjut Verrel meraba seluruh tangan Febby.
"Ya mungkin karena bunda belum mandi" Tangan Febby malah ikut membantu Verrel melepaskan semua jarum pentulnya.
"Ya udah bunda mandi dulu gih, nanti masuk angin lagi" Suruh Verrel kala memegang baju Febby masih lembab.
"Kancingnya belum" Sembari menggapai restleting dibagian punggungnya.
Namun saat Verrel menarik restleting baju Febby ke bawah, si Imam dan Yusuf melongok kearah mereka.
"Hmm dasar..." Verrel tersenyum gemas menatapnya.
"Dasar apa yah?"
"Coba liat anak-anak bunda"
"Ya Allah udah bangun, cepet banget sih bobonya, baru juga berapa menit"
"Anak-anak bunda mah suka begitu deh, kayaknya nggak rela banget kalau ngeliat ayah bundanya lagi berdua"
"Mereka kan anak-anak Ayah juga, yee..."
"Ya udah bunda mandi nanti masuk angin"
Verrel mendekati mereka, mengajaknya bercengkrama.

Selama di mobil, mata Bella ditutup pakai sapu tangan. Itu dilakukan Ammar untuk memberi sebuah kejutan. Dalam hati Bella selalu bertanya tanya, kemanakah Ammar akan membawanya? Namun ia menurut saja tanpa ada penolakan. Untuk menghilangkan penat, Ammar meninggalkan hingar bingar pusat kota, membawa istri tercinta di lokasi yang tenang dan romantis, yaitu Jacuzzi at Fairmont hotel.
"Sebenarnya kita udah sampai belum?" Tanya Bella meraba-raba akibat matanya masih tertutup sapu tangan.
"Sabar dong sayang..." Jawab Ammar sambil menuntunnya.
Setelah berada di kamar hotel paling atas, yang berhadapan dengan Jacuzzi, barulah sapu tangan yang menutupi mata Bella dibuka. Seketika Bella melemparkan pandangan ke sekelilingnya.
"Apa sayang suka?" Tanya Ammar.
"Suka" Bella lalu membisikkan sesuatu. Rupanya Bella ingin menceburkan diri sambil bermain air di Jacuzzi yang hangat dan menenangkan. Setelah memakai pakaian dari fasilitas hotel, Bella berjalan perlahan dan mencelupkan kedua kakinya. Menikmati sensasi air hangat menjalar ke seluruh tubuh. Sedangkan Ammar sudah menceburkan diri, lalu berdiri disamping kaki Bella, mencium jemarinya. Lalu jemari Bella mengusap-usap rambut Ammar yang sudah basah. Mereka juga tak ingin melewatkan detik-detik senja berubah gelap pekat, sambil menyeruput minuman dingin di tangan. Sebuah pemandangan yang begitu menakjubkan. Ya, mereka sangat mengagumi ciptaan Allah SWT yang terpampang nyata. Dengan rona yang bahagia, Bella mendentingkan gelasnya di bibir gelas Ammar. Wah, mereka bak sepasang suami istri yang sedang honeymoon ya.
"Mas tau tidak, tadi pak Hidayat sengaja nemui saya"
"Mau apa pak Hidayat?"
"Dia ingin membeli Verrel untuk menjadi pelatih di kampusnya"
"Terus? Apa kamu menerima tawaran itu?"
"Saya hanya menginginkan Verrel mengembangkan bakat dan hobbynya di kampus kita, bukan di kampus orang lain"
"Syukurlah, saya pikir kamu akan menerimanya"
"Tidak mas"
"Saya justru ingin Verrel bisa memajukan kegiatan kampus, tidak hanya di bidang basket saja, tapi yang lainnya juga"
"Nanti kita coba saja, oia, apa mau berdansa?"
"Disini?" Bella agak tercengang.
"Kenapa tidak" Ammar kemudian menurunkan Bella, merapatkan tubuhnya didalam air.
Saling menggenggam tangan, bergerak kesana kemari dengan canda dan tawa.

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang