Naya hanya menggeleng. Wahyu menodongkan pistol kearah Herdi suaminya Naya. Wahyu juga memberi kode kepada bodyguard untuk membawa Naya pergi. Naya menolak dengan keras dan menggigit tangan bodyguard itu, tapi ia tetap dibawa dengan paksa. Melihat hal itu, Herdi menendang kaki Wahyu sampai terjatuh. Ia berlari ingin menyelamatkan Naya, tapi sayang peluru yang dilepaskan Wahyu keburu mendarat diperutnya. Herdi tersungkur bersimbah darah.
"MAS HERDI..." Naya histeris memanggilnya, tangisnya pecah saat melihat Herdi terbujur kaku.
Wahyu mengajak bodyguardnya segera pergi. Tinggallah Naya seorang diri meratapi kematian Herdi. Tak ada kata-kata yang terucap dari mulutnya, kecuali derai air mata yang terus mengucur membasahi pipi. Itulah cerita yang disampaikan Naya kepada Ammar.
"Jadi yang membunuh papa itu, papanya Bella?" Ammar menatap wajah Naya yang sembab.
Dengan lembut Ammar menghapus air matanya. Ia sangat mengerti bagaimana perasaan Ibunya saat ini. Rasanya pasti sakit. Apakah darah harus dibalas dengan darah?" Pertanyaan itu terus menghantui benak Ammar.Di dalam kamar yang sederhana, Febby membuka kamera milik Verrel dengan sangat hati-hati. Febby langsung terkejut melihat ada gambar dirinya di dalam kamera tersebut. Ini kan gue, kenapa gue bisa ada di dalam foto ini?" Gumamnya.
"foto siapa?" Andin tiba-tiba masuk.
"coba aja lo liat" Febby menunjukkan kamera itu.
"memangnya ini punya siapa?" Tanya Andin lagi.
"Ya gue juga nggak tau, tadi gue nemu di dalam masjid" Febby mencoba mengingat. "apa jangan-jangan ini punya Verrel" gumamnya dalam hati, ia lalu senyum-senyum nggak jelas saat mengingat Verrel menolongnya di sungai tadi.
"Lo kenapa senyum-senyum gitu?" Pertanyaan Andin membuat Febby mendadak tercekat. "Jangan-jangan ada yang lo sembunyiin ya dari gue" tuduhnya, tapi Febby mengelak.
Tiba-tiba Bu RT menghampiri mereka dan menanyakan gimana dengan kegiatannya hari ini?" Eh mereka malah senyam senyum sendiri untuk menutupi kebohongan yang mereka lakukan. Bu RT mengulangi pertanyaan yang sama. Untung Febby masih memegang kamera milik Verrel, sehingga Febby mendapatkan ide menunjukkan foto-foto dari kamera itu. Sedangkan Andin sudah panik, ia takut ketahuan kalau sebenarnya mereka belum melakukan kegiatannya sebagai fotografer. Bu RT sepertinya setuju dengan hasil jepretannya. Ia tampak mengangguk-angguk sambil tersenyum melihat foto-foto itu.
"Ya udah Ibu tinggal dulu ya, Ibu mau ke belakang" ucap Bu RT.
"Iya bu" sahut mereka serempak.
Febby mengelus dada sembari menghembuskan nafas lega.
Sementara itu, tampak Verrel bergegas menuju masjid, namun ia tak sengaja berpapasan dengan Livia, Wira dan Aldo yang sedang berlari ketakutan.
"abis dari ngapain sih bisa begini? lomba lari?" Tanya Verrel keheranan melihat mereka yang terlihat ngos-ngosan seperti habis di kejar anjing.
Aldo nyengir sambil melirik Livia dan Wira. Belum juga mendapatkan jawaban, Verrel kembali bergegas ke masjid.
"mau kemana sih buru-buru amat?" Tanya Wira.
"KAMERA GUE KETINGGALAN DI MASJID...” teriak Verrel sambil berjalan, sementara Livia dan Wira mengikutinya.
"ya elah gue di tinggal" keluh Aldo.
Setelah sampai di masjid, Verrel mencari kameranya di setiap sudut ruangan tapi ternyata tidak ada. Bahkan di tempat berwudhu pun tidak ada juga.
"gimana ada nggak?" Tanya Livia, Verrel hanya menggeleng-geleng. "jangan-jangan ada yang ngambil nih"
"tapi siapa yang ngambil?" Verrel kebingungan. "ya udah kalau gitu kita pulang ke jakarta aja deh, pusing gue" ajaknya.
"ya udah yuk, gue juga udah nggak betah disini" tambah Aldo bersemangat.Didalam mobil, Wahyu melamun. Ia teringat kejadian masa lalu pada saat bertikai dengan Herdi. Secara tidak sengaja ia melepaskan tembakan kearah perut herdi. Karena takut ketahuan, Wahyu mengajak bodyguardnya cepat-cepat pergi. Jujur tidak ada niat dihatinya untuk membunuh Herdi.
"GUBRAAK..."
Akibat melamun ia menabrak pohon dipinggir jalan. Kepalanya terbentur stir dan pingsan. Tidak ada satupun kendaraan maupun orang yang lewat. Sampai akhirnya ada petugas kepolisian yang sedang berpatroli menolongnya. Setelah beberapa tim medis datang dengan ambulance, Wahyu dibawa ke rumah sakit.Sepertinya saya yang harus mencari tau tentang hubungan papa dan mamanya Ammar!" Batin Bella berkata sembari saat menemani Naya istirahat.
Ponsel Naya tiba-tiba berdering, Bella menerima telepon itu. Ia sangat terkejut saat mendengar kabar kalau Wahyu mengalami kecelakaan dan sekarang sedang dirawat di Rumah Sakit Medika. Naya spontan berdiri, ia sangat cemas mengkhawatirkan Wahyu.
"Ayo mah kita harus ke Rumah Sakit sekarang" ajak Bella tergesa-gesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
Ficción GeneralApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...