Tiba-tiba mobilnya Andin terhenti didepan sebuah diskotik. Namun tak disangka Bima dan teman-temannya masuk ke sana. Andin pun menyusulnya masuk.
"Maaf, anda tidak boleh masuk" seorang security menahannya.
"Lho teman saya barusan masuk, kok saya nggak boleh sih pak?"
"Yang boleh masuk kesini hanya orang-orang yang mempunyai member khusus"
"Tapi saya ini diundang datang kesini sama temen saya itu lho pak" Andin bertambah ngotot. "Kalau nggak percaya coba aja bapak tanyain"
"Oke tunggu sebentar" security itu kemudian masuk mencari Bima, dan disaat itu juga Andin memanfaatkan keadaan untuk menerobos masuk. Sebelum Bima memberikan jawaban, Andin sudah duduk bergabung bersama mereka.
"Lho siapa yang ngizinin kamu masuk?" Tatap security.
"Udah biarin aja pak, ini teman saya" sambar Bima.
Security itu kembali berjaga didepan pintu, sementara Bima asyik bersulang bersama teman-temannya. Ngerasa dicuekin, Andin mencoba menenggak minuman Bima tanpa disadarinya. Setelah beberapa saat, kepala Andin terasa berat dan puyeng. Wajah Bima seolah-olah jadi Verrel dimatanya.
"Verrel..." Lirih Andin sambil menyentuh pipi Bima.
"Wah temen lo nggak asyik nih, mending lo bawa pulang aja deh dari pada ganggu" celetuk salah satu temannya setengah tidak sadar.
"Bikin ribet aja sih ni cewek" gerutu Bima, namun Bima tetap memapahnya keluar.
Sampai didalam mobil,
pandangan Andin terhadap Bima semakin lekat.
"Gue nggak nyangka deh bisa jalan sama lo" Andin kembali menceracau.
Timbullah otak jahil dihati Bima untuk mengerjainya.
"Kesempatan yang nggak boleh di sia-siakan nih" girang Bima, lalu ia menyalakan mesin mobil dan bergerak menuju kediamannya.Setelah membeli rumah baru, Verrel dan Febby saling bekerjasama membersihkan kamar yang akan mereka tempati. Setelah beberapa saat kemudian, Verrel meminta Febby beristirahat, biar ia yang menyelesaikannya. Tapi kaki Febby terpeleset ketika menginjak lantai yang baru saja di pel. Dengan sigap sang pangeran menangkapnya. Mereka seperti mengulang masa lalu saat pertama kali matanya saling bertemu. Ada yang deg degan ada juga yang tampak malu-malu. Mereka pun tersenyum mengingat kenangan yang tak kan terlupakan itu.
"Sayang...aku pengen makan sate" tiba-tiba Febby berucap manja sambil menelan ludah.
"Sate...?" Sahut Verrel agak heran.
"Iya sate ayam, tapi yang didekat kampus"
"Haah..." Verrel semakin heran.
"Kenapa harus yang didekat kampus sih? Kan diujung jalan rumah kita ada, aku beli yang disana aja ya" Verrel ingin bergegas.
"Nggak mau" tolak Febby sambil merajuk.
"Tapi ini udah malem banget lho sayang"
Febby semakin merajuk ingin meninggalkannya.
"Iya iya aku beliin"
Wajah Febby berubah jadi kegirangan.
"Tungguin ya jangan ngorok duluan" Verrel mengingatkannya.
"Enak aja Vibi kali yang suka ngorok"
Verrel buru-buru mengeluarkan motor dan melaju kencang menembus malam. Setelah lama menunggu, akhirnya Febby menyiapkan piring dan sendok dimeja makan. Lama kelamaan ia terasa mengantuk, namun suara kepulangan Verrel mengejutkannya.
"Satenya udah nyampe..." Riang Verrel sambil membawa bingkisan yang berisi sate ayam, dengan cepat ia menaruhnya di piring yang sudah tersedia.
"Nih, sesuai dengan keinginan Febby" lanjut Verrel menyodorkannya ke hadapan Febby.
"Maksud aku itu Vibi yang makan gitu..."
"Kok aku yang makan? Kan Febby yang minta beliin satenya"
"Iya aku pengen liat Vibi yang makan"
Verrel menggaruk-garuk kepala semakin heran.
"Kayak orang lagi ngidam aja sih" gerutu Verrel.
"Ya mana Febby tau, kan Febby pengen liat Vibi makan sate doang"
Verrel hanya bisa menarik nafas dalam-dalam menatap Febby yang sepertinya tidak sabar menunggu. Verrel ingin menyuapinya, tapi mulutnya tertutup rapat sambil menggeleng-geleng. Dalam waktu sekejap sate itu raib dan hanya meninggalkan tusukkannya saja. Sementara Febby tampak senyum-senyum melihat Verrel yang kekenyangan.Setelah sholat subuh, Ammar bergegas ke ruang kerja, melanjutkan pekerjaannya yang tertunda semalam. Masih mengenakan peci dan sarung tak membuatnya kesulitan atau risih dalam bekerja. Biasanya Bella yang selalu menyiapkannya secangkir kopi, tapi tidak untuk kali ini. Ia hanya sendirian berteman dengan laptop, kertas dan pena.
"Hoaam..." Ia menguap menahan kantuk.
Lama-kelamaan ia pun tertidur. Didalam mimpi ia berjalan menelusuri tebing yang curam, namun tak sengaja bertemu dengan Bella dan juga Mawar yang hendak terjatuh.
"TOLOONG..." Bella menjulurkan tangan ingin menggapainya, tapi Mawar justru menggantungi tubuh Bella.
"Bella..." Ammar terkejut dan menolongnya, tapi Mawar juga meminta pertolongan.
Meskipun dihadapkan dengan dua pilihan, jelas Ammar lebih memprioritaskan Bella, karena Bella adalah istrinya. Karena Mawar terus mengganggu Bella, akhirnya Ammar menyingkirkan tangan Mawar.
"AAAA..." teriak Mawar yang terjatuh kedasar jurang.
Belum sempat ia menarik Bella sampai keatas, Ammar terbangun dari mimpinya.
"Astaghfirullahaladzim, Astaghfirullahaladzim..." Ammar berkali-kali mengucap istighfar sambil mengusap wajahnya yang berkeringat.
"Apa artinya mimpi ini? mudah-mudahan ini bukan pertanda buruk, saya mohon lindungilah istri hamba ya Allah..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
General FictionApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...