part 60

252 18 0
                                    

"Oke, saya akan kasih kamu kesempatan sekali lagi, tapi dengan catatan sebagai peran pendamping, bukan pengganti Verrel"
"Nggak bisa begitu dong pak, dia kan udah melanggar aturan, harusnya dikeluarkan"  Rita tak terima.
"Memangnya disini kamu siapa? Apa kamu mau saya keluarkan?" Ancam pak Roland menatap tajam kearahnya.
"Maaf pak, saya cuma khilaf" jawab Rita terbata-bata.
"Ikut saya" Rian menariknya ke ruang tunggu.
"Saya peringatkan sekali lagi, kalau kamu masih berani membantah, itu artinya kamu tidak sungguh-sungguh menjadi seorang entertain, apa kamu paham?"
"Iya bang saya paham"
"Disini cuma ada pilihan ya atau tidak, kalau ya, itu artinya kamu siap dengan peran apapun yang ditawarkan, tapi kalau tidak, maka silahkan keluar"
"Saya siap bang"
"Oke" Rian lalu kembali ke ruangan pak Roland, sedangkan Rita hanya termangu menahan kesal.
"Lagi-lagi gue yang tersingkir" gerutu Rita sambil beranjak pergi.

Di kontrakan, Vani baru melihat beberapa panggilan tak terjawab dari nomor Febby setelah memeriksa ponsel. Banyak banget panggilannya, ada apa ya?" Ia kemudian menghubunginya balik, tapi Febby tak menerimanya karena ponselnya di silent agar tidak menggangu aktivitasnya yang sebentar lagi akan perform.
"TIN TIN TIN..." suara klakson taksi online sudah berada didepan menunggunya.
Vani cepat-cepat keluar membuka pintu.
"Ibu Vani kan?" Tanya sang supir.
"Iya betul" Vani masuk ke taksi tersebut. "Tolong antar saya ke bank Mandiri ya pak"
"Baik Bu"
Mendengar kata bank, sang supir sudah mulai berpikir negatif alias jahat sambil meluncur menuju bank Mandiri.

Setelah beberapa peserta menunjukkan skillnya dalam memainkan piano. Kini giliran Febby Rastanty yang dipanggil sebagai peserta terakhir. Verrel menuntun Febby supaya Andin mengira kalau Febby masih dalam keadaan buta. Setelah Febby duduk menghadap piano, barulah Verrel kembali ke kursinya. Gemuruh tepukan tangan mereka membuat Febby bersemangat untuk menekan nada piano itu. Ternyata ia memainkan nada lagu Aku Cinta Padamu yang pernah dimainkan Verrel untuknya. Dari situ ia mengingat dan menghafalnya. Nada-nadanya memang terdengar indah, sehingga mampu membuat para juri dan penonton terpukau.
"Kenapa dia bisa lebih bagus dari gue sih? Memangnya dia bisa lihat? Nggak kan?" Otak Andin jadi bertanya-tanya sekaligus gelisah. "Gimana kalau seandainya dia menang, oh no, ini nggak bisa dibiarin, gue harus buat rencana" lanjutnya membatin. Ia bergegas ke belakang jauh dari keramaian. Bulak balik seperti setrikaan yang kusut mencoba mencari ide untuk menggagalkan kemenangan Febby, tapi otaknya sama sekali tak bisa berpikir. Apalagi pemberitahuan siapa saja yang akan menjadi pemenangnya sudah terdengar dari seorang MC.
"Untuk para peserta silahkan" pinta MC.
Para peserta bergiliran maju dan berbaris di depan para juri. Mereka menunggu Andin yang baru saja bergabung. Juri mengumumkan juara ke tiga dan dua yang diraih oleh peserta lain. Andin sih masih berharap untuk dapat juara pertama. Namun ketika juri mengumumkan juara pertama diraih oleh Febby Rastanty dengan keras, Andin terbelalak. Ia seakan tak percaya.
"YESS..." Verrel kegirangan tos bersama Livia, Wira dan Aldo yang ada didekatnya.
"PROK PROK PROK..." Ammar berdiri dengan semangatnya sambil bertepuk tangan, sehingga Bella ikut berseru. Padahal seumur-umur Bella belum pernah melakukannya. Setelah para juri memberikan piala pada masing-masing pemenang, Andin mengamati Febby dengan rasa kecewa dan juga penasaran.
"Sebenarnya Febby buta nggak sih? Heran gue" dengan wajah masam Andin membatin.

Setelah mencairkan cek dibank, Vani keluar mencari taksi. Ternyata taksi yang ia naiki tadi sengaja menunggu tak jauh dari bank tersebut. Sang supir melancarkan aksinya mendekat dan membuka kaca.
"Mari Bu saya antar lagi" dengan ramah ia menawarkan diri.
"Lho taksi yang tadi?"
"Iya Bu"
Vani masuk tanpa ada kecurigaan sama sekali. Di persimpangan jalan, sang supir membelokkan arah ke jalan yang berbeda.
"Lho ini kan bukan jalan kearah kontrakan saya" ucap Vani.
"Iya jalan yang tadi macet Bu, kita lewat jalan pintas"
"Ooh..."
Tak berapa lama, supir menghentikan taksinya.
"Kok berhenti pak?" Tanya Vani.
"Bannya agak kempes, sebentar ya Bu" supir itu keluar, namun ia membuka pintu dimana Vani duduk.
"Mau ngapain pak?" Vani tampak panik, namun si supir langsung merebut tasnya dan lari.
"RAMPOK..." pekik Vani sambil berlari mengejarnya.
Rifki yang kebetulan melintas ditempat tersebut kaget dan hampir saja menabraknya.
"Astaghfirullah...Vani"
"Rampok..." Ucap Vani terasa lemas.
Rifki langsung mengejar orang tersebut.

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang