part 91

198 14 2
                                    

Mawar kesal melihat Ammar hanya berdiam diri diruang tamu. Ia tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya. Mawar pun kembali ke kamar dan bersandar di sandaran ranjang.
"SAYAANG..." Panggilnya.
"Ada apa sih teriak-teriak?" Ketus Ammar mendekat.
"Tolong ambilin aku minum aku haus" sok bersikap manja Mawar memohon.
Dengan sangat terpaksa, Ammar mengambilkan segelas air yang ada diatas meja.
"Nih" Ammar menyodorkannya dari jarak satu meter.
"Ya agak deketan dong, masak jauh begitu" Mawar berupaya menggapainya, tapi tidak sampai.
Saat Ammar mendekatkan diri, tangan Mawar tak sengaja menyenggol gelas itu dan tumpah mengenai baju Ammar.
"Maaf..." Mawar lalu membersihkan baju itu.
"Udah nggak usah saya bisa sendiri" Ammar menjauhkan diri dan masuk ke kamar mandi.

Paginya, Febby duduk didepan meja riasnya menghadap cermin. Ia menghias dirinya secantik mungkin, sedangkan Verrel lagi sibuk menggendong ketiga buah hatinya bergantian di beranda rumah. Karena sebelum mau berangkat ke kampus, ia ingin memanjakan anak-anaknya terlebih dahulu.
"Apa Febby juga ke kampus?" Tanya Vani.
"Iya ma"
"Memangnya istri kamu udah sehat?"
"Udah sih ma, lagian cuma sebentar doang kok, soalnya kita mau pentas drama musikal di sekolah"
Karena Febby tidak keluar-keluar akhirnya Verrel meletakkan baby itu di baby boncer yaitu tempat tidurnya. Febby terus ngaca didepan cermin. Memutar-mutar tubuhnya yang kelihatan gemuk. Karena bobot tubuhnya jadi meningkat semenjak menyusui, sehingga ia membenci dirinya sendiri.
"Hmmm..., perempuan itu kalau dandan memang suka lama ya"
Febby terkejut menoleh kearah Verrel yang bersandar di pintu dengan memeluk kedua tangan.
"Sejak kapan Ayah berdiri disitu?" Tanya Febby terbata-bata.
"Ya sejak tadi"
"Haah, jadi Ayah merhatiin Bunda dari tadi?"
Derap langkah Verrel yang semakin dekat membuat Febby takut. Takut kalau Verrel ikut membenci tubuhnya yang gemuk itu. Ditambah lagi Verrel duduk dimeja rias itu sembari menatapnya.
"Mmm coba Ayah perhatiin muka Bunda ada yang beda nggak?"
"Mmm agak tembem sih" sembari mengamatinya.
"Tu kan haaa..." Febby merengek seperti anak kecil.
"Lho lho lho kenapa?" Verrel kebingungan.
"Sebenernya Ayah mau bilang Bunda gendut kan?"
"Meskipun agak tembem, tapi Ayah suka kok"
"Bohong..."
"Coba Bunda tatap mata Ayah" Verrel merengkuh dagu Febby menghadapnya. "Apa ada kebohongan di sana?"
Febby menatap matanya lekat-lekat.
"Cinta Ayah buat Bunda justru semakin besar semenjak kehadiran si kembar"
Febby jadi terharu mendengar kata-kata itu.
"Udah sekarang kita berangkat yuk, jangan sampai kita telat"
Febby menuruti ajakannya.

Ammar pergi meninggalkan kediaman Mawar tanpa sepengetahuannya. Pas kendaraan Ammar terdengar, barulah Mawar yang lagi bersiap-siap sadar. Dilihatnya dari kaca, kendaraan Ammar sudah keluar dari pintu gerbang. Ia tidak mungkin lagi berteriak memanggilnya. Namun tiba-tiba Ammar meneleponnya. Mawar cepat-cepat mengangkatnya.
"Iya hallo..., Kamu kok ninggalin aku sih?"
"Maaf aku buru-buru"
"Tapi perut aku sakit" rengeknya berpura-pura.
"Kamu kan bisa telepon Dokternya langsung"
"Aku maunya kamu pulang nganterin aku"
"Maaf saya nggak bisa, saya harus menghadiri perpisahan anak sekolah"
"Apa hubungannya dengan anak sekolah"
"Saya jelasin juga kamu tidak akan mengerti, sudah ya" Ammar kemudian menutup teleponnya. Sementara didepan gedung sekolah, Wira, Livia, Aldo, Reno, Astra dan Andin sudah berkumpul menunggu Bella, Bu Fira dan Ammar.
"Semalam lo sama Livia kemana?" Bisik Aldo pada Wira.
"Kepo banget sih" balas Wira.
Tak berapa lama datanglah Bella dan Bu Fira dalam kendaraan yang sama. Kemudian Ammar secara bersamaan dengan Verrel Febby dengan kendaraan yang berbeda.
"FEBBY..." Celetuk Livia kegirangan. "Akhirnya lo datang juga, gue kangen banget sama lo" Livia memeluknya.
"Lebay banget sih" gumam Andin tak menyukainya.
Setelah Ammar dan Bella saling lirik, Bella mengajak mereka breefing dibelakang panggung yang sudah disiapkan di aula sekolah. Suasana sekolah itu ramai ingin menyambut acara perpisahan. Para guru-guru juga sepertinya sudah hadir menempati kursi didepan panggung. Di belakang panggung, Bella menerapkan konsep dari hasil naskah mereka, sedangkan Ammar mengecek semua peralatan untuk pengaturan musiknya. Mereka masing-masing membaca naskah itu untuk mendalami peran yang akan di mainkan.
Drama musikal yang berjudul AKU INGIN KULIAH, yang akan dibawakan oleh Verrel dan teman-temannya ini, menceritakan seorang kakak yang berjuang keras untuk menyekolahkan adik perempuannya. Namun tanpa sepengetahuan sang kakak, sang ibu ternyata telah menjodohkan adik perempuannya dengan salah satu bos di daerah itu. Sang kakak yang mengetahui hal itu tidak rela jika melihat adiknya kehilangan mimpi-mimpinya. Setiap pulang sekolah adiknya selalu menjual Koran. Dan pada suatu hari adiknya bertemu dengan seseorang wanita separuh baya dengan pakaian yang mewah dan didampingi dengan pria tampan. Melihat anak perempuan cantik yang menjual Koran untuk biaya sekolah, wanita itu pun memungut adik kecil itu untuk mendapat pendidikan dan kehidupan yang layak. Mengetahui hal itu, sang ibu yang marah besar. Oleh karena itu, sang kakak yang ingin mewujudkan mimpi adiknya itu rela menggantikan posisi adiknya untuk di nikahkan dengan Bos di daerah itu. Apakah yang terjadi jika sang adik mengetahui hal tersebut? Jalan manakah yang akan di pilih adiknya itu?"
Seorang kakak akan diperankan oleh Shinta, sedangkan Febby sebagai adiknya.

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang