part 21

266 11 2
                                    

Di cafe yang sama, Ammar tengah berdansa bersama Bella. Dengan mesra Bella melingkarkan tangannya ke leher Ammar, sedangkan Ammar memeluk pinggangnya. Namun Ammar tiba-tiba mengendurkan tangannya ketika matanya melihat Febby tengah asyik berdansa bersama Verrel.
"Kenapa?" Tanya Bella keheranan.
"Coba kamu lihat, itu Febby sama Verrel kan?" Tanya Ammar menatap mereka.
"Astaga..., Kok bisa sih?"
Ammar menghampiri mereka.
Hampir saja mata Febby copot saat Ammar berdiri didepannya.
"Eh Kak Ammar..." tegur Febby dengan senyum termanis.
"Kamu ngapain berduaan sama Verrel?" Tanya Ammar berlagak galak.
"Kita nggak cuma berdua kok ada Wira Aldo sama Via juga" sambil melihat ke kanan dan ke kiri, tapi ternyata mereka sudah lama pergi. "Kok nggak ada sih?" Ia kebingungan.
"Mana? Tidak ada kan?"
"Tapi beneran Febby nggak bohong.
Sementara diwaktu yang sama, Bella menarik Verrel agak menjauh.
"Ada hubungan apa kamu sama Febby?" Bella menginterogasinya.
"Lagi pedekate" dengan polosnya Verrel menjawab.
Bella mengajak Verrel satu meja dengan Ammar dan Febby. Tapi Verrel  heran kenapa bisa ada mereka. Febby langsung menyeruput minuman yang baru saja disediakan oleh pelayan.
"Lusa kak Bella akan menikah dengan pak Ammar" ucap Bella melirik Verrel yang baru ingin menyeruput minum.
Sontak saja Verrel keselek karena terperanjat. Untung cuma keselek minuman bukan keselek biji kedondong.
"kenapa? Kamu nggak setuju kalau kak Bella sama pak Ammar?" Tanya Bella lagi.
"Bukannya nggak setuju, cuma Verrel kaget aja" jawab Verrel.
"Sebenarnya kita sudah menikah secara siri"
"HAAH..." Verrel kembali terperanjat.
"Biasa aja kali" sindir Febby.
"Lusa kita akan menikah secara negara" ucap Ammar.
"Ya udah, Verrel sih setuju-setuju aja yang penting kak Bella bahagia, tapi awas ya kalau sampai pak Ammar menyakiti kak Bella" sahut Verrel dengan sedikit mengancam.
"Kamu tidak usah takut, saya ini laki-laki, pantang bagi saya untuk menyakiti perasaan perempuan, apalagi itu pujaan hati saya" bisik Ammar tersenyum manis.
"Ya, saya percaya" balas Verrel berbisik.
"Kalian lagi ngomongin apa sih? Kok jadi bisik-bisik" celetuk Bella.
"Biasa ini urusan laki-laki" sahut Verrel sok cool.
"Ya udah yuk sayang, Oia Febby ikut kak Ammar pulang" ajak Ammar, Febby hanya mengangguk.

Oke kita kembali lagi kepada Bima yang masih terikat didalam hutan. Malam semakin larut. Tak ada manusia yang menemani Bima kecuali Monyet-monyet nakal. Mereka seolah-olah senang mengerumuni Bima yang sedang pingsan. Hujan pun turun dengan derasnya. Bima kembali sadar begitu tetesan hujan membasahi wajahnya.  Mulutnya menganga lebar agar air hujan itu dapat masuk dengan mudah. Rupa-rupanya ia sangat kehausan. Setelah berhasil mendapatkan tetesan hujan itu, perasaannya mulai segar kembali. AAAAGH...!"
Namun teriakannya terhenti begitu melihat ada seekor harimau dari kejauhan. Oh my God, Mama...tolongin Bima ma pliss..., Bima belum mau mati...!" ia merengek-rengek seperti anak kecil.
Bima kembali tak sadarkan diri.

Mobil Ammar berhenti di depan rumahnya. Mendengar suara mobil tersebut, Naya bergegas ke depan membuka pintu. Ia sangat yakin kalau itu adalah Ammar. Rona wajah Naya begitu bahagia melihat kedatangan Bella.
"Alhamdulillah...sekarang kamu resmi jadi menantu mama" ucap Naya tersenyum menyambut Bella.
"Makasih ma" sahut Bella dengan senyum.
"Jadi kak Bella tinggal dirumah kita?" Febby masih Agak ragu.
"Ya dong" jawab Ammar semangat.
"Asyik..., Berarti mulai saat ini Febby punya kakak cewek dong" Febby tampak kegirangan.
Bella tersenyum sambil memeluknya.
"Ya udah sekarang kita masuk yuk" ajak Naya.

Sementara itu dijalanan, Verrel pulang menggunakan motornya. Namun ia tidak sengaja berpapasan dengan motor Bima yang lagi mengejar taksi online.
Itu kan taksinya Nasya!" Pikirnya. Untuk memastikannya, Verrel terpaksa mendahului Bima dan mengecek nomor polisi taksi tersebut. Iya bener itu taksinya Nasya, gue harus cari akal...!"
Setelah mendapatkan ide, Verrel menghalang-halangi motor Bima. Bima ingin mendahuluinya, tapi Verrel pura-pura ingin berbelok dengan menyalakan lampu sen. Sehingga Bima mendadak menginjak rem dan memperlambat laju motornya. Tapi Verrel ternyata tidak berbelok. TU ORANG MAU BELOK APA NGGAK SIH SEBENERNYA...!" maki Bima menahan kesal.
Setelah taksi Nasya sudah tak terlihat lagi, barulah Verrel menuju jalan kosannya.

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang