part 84

215 20 3
                                    

"Eh lo udah pada tau belum?" Sambil terengah-engah Aldo muncul dihadapannya habis lari menaiki tangga.
"Tau apaan?"
"Baby-nya Feverr sekarang udah turun ke dunia" dengan antusias Aldo menyampaikan.
"Maksud lo baby-nya udah lahir?" Tanya Livia setengah melotot.
"IYA..."
Mulut mereka menganga lebar saling melirik satu sama lain. Ekspresi yang lucu sekaligus girangnya bukan main. Tak terasa Livia dan Wira berpelukan.
"Apa-apaan sih lo berdua" cerca Aldo memisahkannya.
Livia dan Wira sama-sama tersipu malu.
"Sorry..." Ucap keduanya berbarengan.

Bella tengah menunggu kepulangan Ammar didepan teras. Baru saja ingin menghubunginya, muncullah kendaraan Ammar. Namun disaat yang sama Mawar juga datang. Tanpa aba-aba dari Ammar, Bella sudah tau apa yang harus dilakukan, yaitu cepat-cepat masuk ke mobil itu, tapi Mawar juga tak mau ketinggalan.
"Yang nyuruh kamu masuk siapa?" Ammar menoleh ke Mawar yang sudah duduk cantik di belakang.
"Nggak ada sih, tapi aku mau ikut kalian"
Ammar melirik Bella sejenak, berharap kalau ia boleh mengusirnya pergi. Tapi Bella malah mengizinkannya ikut, karena mereka harus segera ke Rumah Sakit. Selama dalam perjalanan, Ammar berupaya dengan berbagai cara agar Mawar bete, tapi Mawar disibukkan dengan melihat ponsel. Mawar mengecek pasar saham lewat online.
"Aduh sayang, gatel banget nih..." Keluh Ammar menunjuk muka pakai tangan kiri, lalu tangannya kembali menyetir.
"Ayo garuk..." perintahnya sambil mendelik kaca spion.
"Iya yang gatel yang mana?" Bella menggaruk pipi yang agak disodorkannya.
Ammar mengecup keningnya sambil tersenyum pas Mawar mau memandangnya. Mawar cepat mengalihkan pandangan ke jalanan sembari menahan rasa cemburu dan jengkel. Kenapa harus didepan aku sih? Ammar kayaknya sengaja banget mau buat aku kesel, tapi tahan Mawar, semua akan indah pada waktunya...!" Batinnya mulai santai sesaat kemudian.

Diruang VIV, terlihat Verrel menggendong salah satu bayi laki-lakinya. Febby yang masih terbaring lemas di atas ranjang pasien, sangat terharu melihat dan mendengar adzan yang dikumandangkan Verrel didekat telinga baby Imam Arasta. Selanjutnya Verrel mengadzani baby Yusuf Arelby dan Almeera Feverrista. Bayi mungil, tampan dan cantik itu tampak terdiam saat diadzani. Sedikitpun mereka tidak rewel. Verrel lalu meletakkan Imam ditempat tidur bayi dan mendekatkannya ke sisi Febby. Sedangkan Almeera dalam gendongan Febby, dan Yusuf disampingnya. Verrel cukup kerepotan, mana yang harus digendongnya? Karena ia tidak bisa menggendongnya sekaligus.
"Menurut sayang, siapa yang mirip aku?" Tanya Febby sambil menatap ketiganya bergantian.
"Ya Allah...lucu lucu banget sih mereka" mata Verrel berbinar-binar menyentuh mereka dengan sangat berhati-hati. "Mmm menurut aku Almeera mirip banget sama sayang, kalau Imam sama Yusuf mirip aku dong, kan mereka laki-laki" senyuman nakal Verrel bikin Febby ingin tertawa Gemes, gereget, Verrel ingin terus menciuminya.
"Gitu ya sekarang, baby-nya dari tadi di sun terus, sedangkan aku nggak..." Rupanya Febby merasa cemburu.
"Eh ada yang cemburu..." Sembari meliriknya yang menyibukkan diri memainkan baby Almeera dan Yusuf yang tidur disampingnya. "Sekarang baby Imam bobo dulu ya, soalnya ada yang cemburu..."
Usai meletakkannya di box bayi, Verrel menatap Febby yang nampak cemberut.
"Sama anak sendiri nggak boleh cemburu, cinta dan kasih sayangku nggak akan berkurang sedikitpun, apalagi Febby yang sudah melahirkan mereka, dengan adanya mereka sayang udah membuat hidup aku jadi lebih berwarna, makasih ya sayang..." Ia mengecup kening dan meremas punggung tangannya.
Sementara itu, Ammar, Bella dan Mawar ke ruang administrasi menanyakan dimana kamar Febby Rastanty. Si petugas administrasi memberikan petunjuk dimana kamarnya. Namun secara tak sengaja ada seseorang menabrak Mawar. Ponsel Mawar terjatuh ke selokan yang berair.
"Maaf maaf saya tidak sengaja saya buru-buru..." Ucap orang tersebut berlalu meninggalkannya.
Mawar ingin membuat perhitungan dengannya, tapi Ammar dan Bella sudah keburu jauh.
"AMMAR...BELLA TUNGGU..." Ingin mengejar mereka, tapi ponselnya bagaimana.
Alhasil sambil ngoceh sendiri, ia mengeluarkan ponselnya pakai kayu. Aduuh mana airnya kotor banget lagi aah...!"
Ia menutup hidung karena jijik dan bau. Sedangkan didepan kamar Febby, Marbell kebetulan berpapasan dengan Vani. Mereka lekas masuk karena tak sabar. Bahkan bukan Febby ataupun Verrel yang ditanya Vani, melainkan pertama kali yang ditanya adalah cucunya.
"Cucu mama dimana?" sambil celingukan Vani melihat tiga bayi kembar yang berdekatan. Mulutnya menganga lebar, matanya juga berbinar-binar.
"Masya Allah..., Sekarang mama udah jadi nenek" girangnya tak tertahan memeluk Verrel.
"Selamat ya rel, sekarang kamu udah jadi seorang Ayah" Ammar memeluk Verrel setelah Vani melepaskannya.
"Makasih kak"
Disaat Vani dan Ammar sibuk mencoba menggendongnya, Bella meremas kedua bahu Verrel. Ia menatapnya penuh haru.
"Dulu kamu masih kecil, masih suka main kotor-kotoran, tapi sekarang, sekarang kamu udah jadi laki-laki dewasa, dan berubah menjadi seorang Ayah..." Ia tak bisa membendung aliran air matanya.
"Kenapa kakak malah nangis?" Verrel pun jadi ikut menangis mengingat masa-masa mereka dulu. "Seharusnya kakak juga bahagia" Verrel menyeka air mata itu sambil tersenyum.
"Kakak juga bahagia kok, apalagi sekarang ada si kembar" sembari menghampiri Ammar yang  masih asyik menggendongnya.
Febby senyum-senyum sendiri melihat Vani menggendong Imam, Ammar menggendong Almeera dan Bella menggendong Yusuf. Tak terbayangkan olehnya nanti saat harus mengurus ketiganya sendirian kalau Verrel lagi kerja atau kuliah. Langkah kaki Mawar terhenti seketika mengetahui ada Vani didalam. Ia tidak berani masuk. Apalagi kalau sampai membuat masalah. Otomatis Ammar akan memakinya didepan mereka. Ia mengintip sedikit.
"Jadi adiknya habis melahirkan?" Mulutnya membulat mendapat ide brilian. "Kenapa aku nggak pakai alasan hamil aja? Ammar kan udah kepengen banget punya anak, kalau tau aku lagi hamil, pasti Ammar akan memberikan perhatian penuh buat aku, yess...nggak sia-sia aku ikut kesini" Batinnya girang bukan main.

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang