Curiga ada seseorang dibalik dinding, Rian menoleh kearah dinding dimana Rita mengambil video. Tapi untung Rita sadar dan lekas mundur. Derap langkah sepatu Rian yang terdengar keras mendekat, membuat nafas Rita naik turun, panik dan takut.
"Bang..." Nasya memanggil Rian.
"Kenapa?" Sembari berhenti dan menoleh.
Sementara Rita cepat-cepat meninggalkan tempat itu dan tak sengaja menabrak security yang berjaga didepan.
"Maaf pak saya buru-buru" Tampak Nasya pamitan pulang pada Rian.Di kamar, Verrel dan Febby sedang shalat Maghrib. Namun kali ini terlihat ada yang berbeda. Mereka shalatnya agak berjauhan. Setelah berdoa, Verrel menoleh kearah Febby. Tak pelak mata mereka beradu pandang, namun Febby berupaya menghindar.
"Tok tok tok... assalamualaikum" ucap anak-anak panti terdengar ramai.
Verrel segera keluar membuka pintu sambil membetulkan peci yang dikenakannya. Ternyata tidak hanya anak-anak panti saja yang sudah datang, tapi Wira, Aldo dan Livia juga.
"Ayo masuk" ajak Verrel.
Meskipun rumah itu terlihat sederhana, tapi ruang tengah cukup luas untuk menggelar acara pengajian. Tak berapa lama, Vani, Bella dan Ammar datang secara bersamaan dengan pak ustadz yang akan memimpin acaranya. Verrel mempersilahkan mereka masuk. Sementara Wira menyusun nasi kotak yang sudah dipersiapkan untuk para anak panti nanti.
"Febbynya mana?" Bisik Vani pada Verrel, namun disaat yang sama, keluarlah Febby memakai syar'i serta jilbab pemberian dari Verrel. Febby duduk disamping Verrel, karena ia tidak mau orang lain tau kalau sedang diterpa masalah. Dengan pelan Verrel membisikan sesuatu ke telinganya.
"Febby cantik banget..., Makasih ya udah pakek jilbab yang aku beliin"
"Kalau bukan karena ada mama Vani dan kak Bella, aku juga nggak akan mau" balas Febby sambil mencubitnya.
"Iih kangen ya makanya nyubit aku mulu dari tadi?"
"Diem berisik"
Mereka akhirnya sama-sama menebar senyuman pada semuanya, agar selalu terlihat harmonis. Diam-diam Verrel memanfaatkan keadaan untuk bersikap mesra, walaupun Febby agak risih dan ingin sekali menonjoknya. Alhasil terpaksa Febby menikmati sentuhan tangan di pinggangnya.
"Nggak usah macem-macem ini udah mau mulai" bisiknya tertahan.
Verrel melepaskan tangannya dan bersikap layaknya seorang laki-laki dewasa dan berwibawa. Pak ustadz kemudian memulai acaranya dengan pembacaan salam dan inti dari acara tersebut, yaitu doa untuk Febby dan baby-nya agar diberi kesehatan.
Sementara dikediaman Mawar, Mawar masih duduk menghadap kolam dengan tubuh masih terbalut kimono. Rambutnya juga masih basah dan tampak berantakan.
"Ammar mana sih?"
Mawar menghubungi Ammar disaat semuanya sedang khusuk membaca surat Yasin, tapi Ammar tak menghiraukan ponselnya yang terus bergetar dibalik celana. Usai membaca Yasin, pak Ustadz memimpin doa.
"Amin..."
Kata-kata yang diucapin secara serempak dari mereka itu menghiasi seluruh ruangan. Ternyata lantunan doa-doa itu membuat semua orang sangat tersentuh. Bahkan air mata Febby tiba-tiba menetes pelan ke tangannya yang menengadah mengamini doa. Setelah itu, Wira dan Aldo membagikan nasi kotak kepada anak-anak panti satu persatu. Sedangkan Verrel berdiri didekat pintu memberikan amplop satu persatu secara bergiliran sambil mengucapkan terimakasih.
"Pak ustadz, makasih ya udah meluangkan waktu untuk mendoakan istri dan calon anak saya" ucap Verrel saat pak ustadz mau berpamitan pulang.
"Tidak perlu berterimakasih, saya senang kok bisa berbagi ilmu antar sesama"
"Mmm pak ustadz, apa kapan-kapan saya boleh datang ke rumah pak ustadz, ya maksudnya..." Ammar agak ragu untuk meneruskan kata-katanya.
"Tentu saja boleh, saya justru akan senang sekali, pintu rumah saya selalu terbuka untuk semuanya, atau kalau tidak mau ke rumah, kalian boleh datang ke masjid"
Setelah pak Ustadz pulang, tinggallah Vani, Bella, Ammar dan teman-temannya. Vani ingin sekali bertanya tentang berita yang dilihatnya tadi kepada Verrel, tapi sepertinya bukan waktu yang tepat untuk membahasnya.
"Aku mau ikut mama Vani pulang" celetuk Febby.
Verrel tercengang. Kalau teman-temannya sih udah nggak heran lagi. Karena mereka tau permasalahannya.
"Apa kalian lagi punya masalah?" Tanya Ammar sambil melirik Verrel yang tiba-tiba mengelap dahi.
"Mmm nggak ada ya sayang ya" jawab Verrel sambil menggenggam tangan Febby.
"Eh iya kak, kita nggak ada apa-apa kok" sembari tersenyum menekan tangan itu.
Walaupun agak sakit, tapi Verrel berusaha menahannya sambil memberikan senyuman. Sementara Wira dan Livia ingin tertawa melihat ekspresi yang terpaksa itu.
"Ya udah Febby ikut mama" ucap Vani mengajaknya.
Verrel mengulurkan tangan ingin menahan Febby yang masuk ke mobil Ammar, tapi Livia memberi tanda jangan.
"Jangan dipaksa, biarin Febby nenangin pikirannya dulu"

KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
General FictionApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...