part 135

142 23 15
                                    

Bella menyambut kepulangan Ammar dari kantor polisi. Tak sabar ingin mengetahui bagaimana keadaan Verrel. Ammar yang tau apa yang sedang dipikirkan Bella langsung menceritakan kronologisnya setelah berada di meja makan. Sambil mendengarkannya Bella menuang segelas air putih dari dalam kulkas.
"Kok bisa sih?" Bella makin kepo sambil memberikan gelas itu.
"Biasalah namanya juga laki-laki, pasti sukanya main motor" Jawab Ammar saat Bella duduk di hadapannya, lalu meneguk air itu sampai habis.
"Iya tapi kan Verrel itu udah punya keluarga, kalau dia sampai di penjara gimana coba, memangnya dia nggak pernah mikirin itu apa"
Tiba-tiba ponsel Ammar berdering, dan itu panggilan dari Naya.
"Iya ma" Jawabnya.
"Tadi papanya Mawar datang kemari, dan dia menginginkan kamu menikah ulang dengan Mawar secara resmi"
"Hadeuh...kenapa harus di ulang segala sih?"
"Mama juga nggak tau harus bilang apa, soalnya dia marah banget sama kamu, mama jadi pusing kalau begini"
"Udah mama tidak usah memikirkan itu, biar semua Ammar yang menyelesaikannya sendiri"
Setelah teleponnya di tutup, Ammar beranjak ke kamar.
"Ini ada apalagi?" Tanya Bella mengiringinya dari belakang.
"Papanya Mawar minta saya nikah ulang sama Mawar secara resmi" Dengan menahan jengkel Ammar menjawab sembari melepaskan kancing kemejanya, sampai kancing itu terlepas dan jatuh menggelinding ke lantai.
"Astaghfirullahaladzim mas...kenapa harus pakai emosi sih?" Dengan nada pelan Bella mencerca, namun ia tetap mencari kancing baju itu dibawah meja rias. "Kemana lagi jatuhnya" Setelah cukup lama berkutat dibawah meja, akhirnya kancingnya ketemu juga. "Aww..." Kepalanya tak sengaja kebentur meja.
"Sayang..." Ammar kaget sambil berjongkok mensejajarkan kepalanya.
"Sakit tau..." Dengan bersikap manja Bella memegangi kepalanya, tapi itu mengundang tawa Ammar. "Kok ketawa sih?"
Ammar mengerem tawanya dan mengelus-elus kepala Bella yang habis kebentur itu.
"Memangnya mau sayang apain dengan kancing baju ini?"
"Ya mau saya jahit"
"Emang bisa?"
"Mmm ya harus bisa"
Ammar tampak gemas melihat mimik Bella yang  begitu polos. Dengan cepat ia mengangkat tubuh sang istri dan mendudukkannya di tepi ranjang. Sementara dirinya sendiri berjongkok menghadapnya.
"Saya tau kamu tidak bisa menjahit sayang..." Batinnya berkata.
"Tapi saya akan berusaha" Sahut Bella dalam hati, karena ia tau apa yang ada di benak Ammar saat ini.

Tampak di kamar, Verrel sedang mengeluarkan uang hasil kemenangannya dari dalam tas. Uang ratusan itu cukup tebal, karena ia dan teman-teman satu teamnya membagi rata uangnya dengan sangat adil. Jadi setiap orang mendapatkan sekitar 8 juta lebih. Verrel memanggil Febby yang sedang membaca buku pelajaran di meja belajar.
"Iya" Toleh Febby.
Verrel menepuk sisi ranjang memintanya duduk didekatnya. Febby bangkit dan duduk didekatnya.
"Ini uang hasil basket tadi" Ucap Verrel sambil menyerahkan uang itu ke telapak tangannya. "Bunda pergunakan uang ini sebaik-baiknya"
"Kok banyak banget? Memangnya ayah udah punya pegangan?"
"Mmm..."
"Kita itu harus punya pegangan" Febby memberikan uang sebanyak 500 ribu.
"Makasih sayang"
"Kenapa harus terimakasih, kan ini hasil keringat ayah sendiri?"
"Terimakasih, karena Febby itu tidak hanya cantik, tapi juga pandai mengatur keuangan"
Febby tersenyum manis, lalu menyimpan uang itu di dalam lemari.
"Oia, gimana kalau kita siapin semuanya dari sekarang" Seru Febby kemudian.
"Siapin apa?"
"Buat acara nanti malam, yuk"
Verrel mengikuti Febby ke dapur, membuka kulkas mengeluarkan daging segar. Terus dagingnya di iris dengan ketebalan satu jari, sedangkan Febby menyiapkan bumbu-bumbu untuk membakarnya nanti.
"Terus apalagi bun?" Tanya Verrel setelah mereka selesai.
"Mmm apa ya...?" Febby menekan nekan dagu dengan jari mencoba berpikir. "Angkat kursi" Serunya memetikkan jari.
"Memangnya bunda bisa ngangkatnya sendiri?" Tanya Verrel setengah bercanda.
"Bisa dong"
"Yakin bisa?"
"Tapi ngangkatnya berdua sama ayah hehehe..."
Mereka mengangkat beberapa kursi santai bersama-sama, kemudian diletakkan didekat gazebo.
"Goyang tik tok dong yah, waktu itu kan ayah bisa" Rayu Febby duduk di gazebo.
"Nggak mau ah malu"
"Kok malu sih? Kan yang liat cuma bunda, pliss..."
Demi menyenangkan istri, Verrel menunjukkan keahlian tik toknya sambil menahan senyum. Sementara Febby tak berhenti tersenyum sambil mengacungkan jempol.
"Berdua dong" Tantang Verrel.
"Ya udah deh"
Akhirnya mereka berdua yang tik tokan bareng. Tak disangka itu dilihat oleh Nasya dari pintu gerbang, namun Nasya kembali pergi karena tak ingin mengganggu mereka.

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang