part 23

251 14 2
                                    

Setelah Verrel membaca scrip, Verrel diminta bang Rian untuk take. Verrel mendekati Febby yang sudah berdiri dibawah pohon rindang. Pasukan crew dan kameraman juga sudah siap merekam adegan mereka.
"Oke siap ya..." Seru bang Rian.
Verrel dan Febby mengacungkan jempol. Kali ini mereka beradegan mesra sebagai sepasang kekasih yang sedang berlibur di pulau. Dengan meminta maaf terlebih dahulu, Verrel terpaksa memberanikan diri membelai wajah Febby sambil mengelus rambutnya yang tergerai.
"Aku tahu aku memang bukan laki-laki yang sempurna, tapi satu hal yang harus kau tahu, betapa sempurnanya cintaku untukmu"
Semua kata-kata yang keluar dari mulut Verrel ternyata tidak ada dalam scrip. Kameraman ingin menghentikan kegiatannya, tapi bang Rian memintanya untuk terus lanjut. Sebenarnya Febby juga kaget, karena ia tau persis itu tidak ada dalam dialog.
"Setiap bertemu denganmu, ntah kenapa rasa ini semakin tumbuh? Dari lubuk hatiku yang paling dalam, inilah perasaan sesungguhnya yang ingin aku sampaikan, maukah kau menjadi cinta sejati dalam hidupku?" Lanjut Verrel dengan penuh perasaan sambil menatap kedua matanya.
Mario yang sangat cemburu meminta kameraman untuk cepat menghentikannya, tapi bang Rian ngotot agar Mario diam. Bang Rian ingin tetap lanjut.
Sementara itu, hati Febby sangat tersentuh. Itu pertama kalinya ia mendengar pernyataan dari seorang Verrel.
"Aku mau menjadi cinta sejati dalam hidupmu" jawab Febby dengan sungguh-sungguh.
Verrel tersenyum riang memeluknya. Tapi tak disangka, Mario mendekat dan memukul wajah Verrel.
"Lo apa-apaan sih?" Balas Verrel memukulnya balik.
"Lo yang apa-apaan, jelas-jelas itu nggak ada dalam dialog" cerca Mario tak terima.
"STOP..." Bang Rian melerainya.
"Lo kenapa sih mar? Cemburu?" Sindir Febby.
"Siapa juga yang cemburu sama dia" balas Mario menahan geram.
"Kalau nggak ada rasa cemburu seharusnya nggak ada masalah dong" ucap Bang Rian melirik Mario sejenak.
Terpaksa kegiatan dihentikan sementara. Bang Rian meminta semuanya istirahat.

Ammar menemani Bella yang terbaring lemas diruang rawat.
"Tolong tinggalkan saya sendiri" pinta Bella dengan lirih.
"Saya tidak akan meninggalkan kamu dalam keadaan apapun" tolak Ammar dengan halus.
"Saya mohon tinggalkan saya, saya ingin sendiri" lanjut Bella sedih.
"Baiklah kalau memang itu yang bisa membuat kamu jadi lebih tenang, tapi saya harap, kamu jangan terus-terusan sedih seperti ini" pinta Ammar.
Sebelum keluar, Ammar mencium keningnya terlebih dahulu. Namun diluar sudah ada Wahyu yang berdiri didepan pintu.
"Apa papa mau..." Ucap Ammar.
"Nggak nggak, saya kesini mau bicara sama kamu" potong Wahyu sebelum Ammar selesai bicara.
"Oke, kalau gitu kita cari tempat biar enak ngobrolnya" Ammar ingin mengajaknya.
"Nggak usah, cukup disini saja" tahan Wahyu.
"Memangnya papa mau bicara apa?" Tanya Ammar.
"Yang pertama, jangan panggil saya papa, karena sampai kapanpun saya tidak akan merestui kalian" tegas Wahyu.
"Tapi saya sudah menikah dengan Bella"
"Sebaiknya kamu tinggalkan Bella"
"Tidak pa, saya tidak akan pernah meninggalkannya, saya sangat mencintai Bella"
"Apa artinya cinta kalau kenyataannya membuat Bella jadi menderita, coba kamu lihat, Bella terpaksa kehilangan bayi gara-gara kamu" tuduh Wahyu.
"Apa salah saya?"
"Kesalahan kamu karena kamu itu pembawa sial, makanya anak saya juga ikut sial"
Mendengar ada keributan diluar, Bella pelan-pelan keluar. Bella menatap mereka satu persatu.
"Sayang harus banyak istirahat, kenapa keluar?" Tanya Ammar mengkhawatirkannya.
"Kenapa papa nggak pernah mengerti dengan perasaan Bella?" Lirih Bella menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Justru karena papa sayang sama kamu, makanya papa nggak mau membiarkan kamu menderita gara-gara dia" sahut Wahyu sambil melirik Ammar.
"Bella akan menderita kalau papa terus-terusan bersikap seperti ini" Bella lalu mengajak Ammar masuk.
"Dasar anak nggak tau di untung" cerca Wahyu saat pintunya ditutup.
Ammar membantu Bella berbaring di pembaringan.
"Tidak seharusnya kamu bersikap seperti itu, karena biar bagaimanapun juga dia adalah papa kamu" Ammar menasehatinya.
"Saya tau, tapi..." Kata-kata Bella terhenti.
"Sudah, kamu jangan terlalu banyak pikiran"

Dipondok dekat pantai, Verrel dan Febby asyik melihat foto-foto didalam kamera. Gue pastiin hubungan lo nggak akan bertahan lama!" Ucap Mario penuh dendam dari pinggir pantai.
Mario sengaja pergi meninggalkan mereka. Sampai didekat hutan mangrove, Mario menghubungi Verrel.
"Rel tolongin gue rel, gue abis digigit ular" Mario pura-pura panik dan lemas.
"Kok bisa sih?" Verrel ikutan panik.
"Gue udah nggak kuat lagi" lanjut Mario berpura-pura.
"Sekarang lo dimana?"
"Gue didekat hutan" Mario lalu menutup telepon. "Hahahaa..., Emang enak gue kerjain" Mario tertawa penuh kemenangan.
Febby sebenarnya curiga dengan Mario, tapi Verrel tidak menaruh curiga sama sekali.
"Aku ikut" ucap Febby.
"Udah pokoknya kamu tunggu disini aja, oke" pinta Verrel.
"Hati-hati" pesan Febby ketika Verrel berlari.
Sampai dipinggir hutan, Verrel memanggil-manggil Mario, tapi Mario hanya memperhatikannya dari balik pohon.
"MARIO...MARIO..." Verrel kembali memanggil, tapi tiba-tiba ada yang memukul lehernya dari belakang.
Ternyata yang memukulnya adalah Mario. Mario lalu menyeret Verrel dan menghanyutkannya ke laut. Untuk menghilangkan jejak, Mario kabur entah kemana. Karena Verrel tidak kembali juga, Febby akhirnya menyusul. Ia tak sengaja bertabrakan dengan Mario yang sedang melarikan diri.
"Mana Verrel?" Tanya Febby sambil ngos-ngosan.
"Gue nggak tau" Mario lari meninggalkannya.
"MARIO..." panggil Febby, tapi Mario sudah keburu jauh. "Kenapa perasaan gue nggak enak gini ya?" Pikir Febby. "Pasti terjadi sesuatu sama Verrel"

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang