part 92

178 17 11
                                    

Setelah sukses memainkan drama musikal, Bella mengajak mereka menghirup udara segar dialam terbuka. Pemandangan tempat itu memang cukup memukau. Pohon-pohon rindang mengelilingi sekitarnya.
"Drama kalian tadi sukses besar, saya tidak menyangka kalian bisa memainkannya secara langsung seperti itu" puji Bella.
"Ini semua berkat kerjasama kita" tambah Verrel menatap mereka.
Tiba-tiba ponsel Bella berdering. Bella menerima telepon dari kepala sekolah. Kepala sekolah mengucapkan terimakasih karena berhasil membuat acara perpisahan sekolahnya tahun ini terkesan meriah dan sedikit berbeda.
"Sama-sama pak saya juga senang bisa berpartisipasi dalam acara tersebut"
Verrel mendekati Febby yang lagi bercengkrama dengan Livia dibawah pohon.
"Yah pahmudnya dateng" ucap Livia kecewa.
"Bukan pahmud, tapi yahmud" sahutnya.
Febby malah senyum-senyum sendiri.
Livia kaget melihat Verrel memberi kode padanya untuk mendekati Wira yang lagi galau mencabik-cabik dedaunan.
"Bunda cape ya...?" Tanya Verrel sambil membuka tutup botolnya.
"Ini Ayah bawa dari rumah?" Febby kaget ternyata itu juce buah-buahan yang sengaja dibuat Verrel dari rumah.
"Iya, Bunda kan nggak boleh makan sembarangan dulu"
Febby kembali tersenyum manis menatap kepolosan suaminya itu.
"Kenapa? Muka Ayah kenapa? Ganteng ya...?"
Febby menarik senyumnya menjadi datar.
"Pedenya selangit ya" Febby lalu meminumnya, namun spontan air yang diminumnya muncrat seketika kearah baju Verrel, karena ada ulat bulu lewat.
"Ada ulat..." Febby meloncat ke pangkuan Verrel.
"Hmmm sama ulat aja takut"
"Bukannya takut tapi geli, ayo cepetan dibuang"
"Gimana Ayah mau membuangnya, kalau Bundanya aja nggak mau lepas kayak gini?" Godanya saat lengan Febby justru bergelayut kencang dilehernya.
"Ehem ehem ehem..." Dehaman dari Livia dan Wira membuat Febby menahan malu.
"Itu ada ulat" ucap Febby geli menunjuknya sembari melepaskan diri.
"Gimana udah resmi belum?" Tanya Verrel setelah membuang ulat itu pakai ranting.
Wira dan Livia kaget saling melirik. Tak ada satupun yang menjawab.
"Resmi apa maksudnya?" Aldo tiba-tiba muncul dibelakang dengan tatapan yang nanar terhadap Livia.
"Maksudnya Febby sekarang udah resmi jadi seorang Ibu" jawab Verrel menutupi hal yang sebenarnya.
Sementara tak jauh dari situ, Ammar menatap Bella yang lagi mencelupkan tangannya ke danau. Danau itu terlihat dangkal, namun sangat jernih. Ketika Bella tersenyum memandang kupu-kupu yang hinggap di atas bunga, Ammar mendayung perahu mendekatinya.
"Ayo naik" pinta Ammar sembari mengulurkan tangan.
Bella menyambut tangan itu dan naik.
"Kok bisa ada perahu ya?" celetuk Bella memainkan air danau itu.
"Itu artinya semesta juga mendukung kita"
"Coba lihat itu, ada ikannya" riang Bella menunjuk.
Ammar berhenti mengayuh dayung dan memperhatikan ikan warna warni itu.
"Cantik ya?" Kagum Ammar kemudian. "Tapi tidak ada yang menandingi kecantikan kamu"
"Pak Dosen gombal" balas Bella ingin tertawa.
"Pak Dosen kan manusia juga" tak henti-hentinya Ammar menikmati keindahan wajah istrinya tersebut.

Setelah berada didalam taksi, Vani kepikiran kepada si kembar yang di titipkannya pada suster yang dibayar Verrel untuk menjaganya. Entah kenapa tiba-tiba ia tidak percaya begitu saja dengan kedua suster tersebut.
"Kita pulang lagi ke rumah pak" perintahnya kepada sang supir.
"Tapi kita sudah mau sampai Bu"
"Saya minta kembali sekarang, cepat"
"Baik Bu"
Sementara kedua suster yang merawat ketiga buah hatinya Verrel memberi ide kepada rekannya.
"Gimana kalau kita jual aja?"
"Maksud kamu bayi yang lucu-lucu ini mau..."
"Iya, pasti banyak bos-bos besar yang mau dengan harga tinggi, kita nggak perlu lagi susah-susah kerja"
Setelah berpikir ia pun mengiyakan ide tersebut. Mereka buru-buru membawanya keluar sebelum yang punya rumah pulang. Sementara Verrel dan Febby menuju jalan pulang. Begitu juga dengan Vani. Rupanya suster tersebut sudah menyuruh seorang laki-laki menunggu didepan pintu.
"Ayo cepat" ajaknya memberikan Almeera padanya, sedangkan ia kembali ke kamar menggendong baby Imam. Mereka bertiga segera keluar ingin meninggalkan rumah itu. Tapi kendaraan Verrel datang bersama Febby.
"Mau kalian bawa kemana anak saya?" Tanya Verrel setelah turun dari mobil.
"Mmm tadinya mau saya bawa ke taman pak" jawab suster dengan gugup.
"Saya kan sudah bilang, jangan bawa anak saya jauh-jauh, 40 hari aja belum udah main bawa-bawa aja, besok baru genap 40 hari" cerca Verrel.
Tak berapa lama Vani kembali.
"Ada apa ini? Cucu saya mau dibawa kemana?"
Dengan sangat terpaksa, mereka bertiga menyerahkan baby itu.
"Awas kalau sampai saya lihat muka kalian lagi" ancam Verrel.
"Udah bawa si kembar masuk" pinta Vani.
Kedua suster dan laki-laki itu pergi dengan terburu-buru.

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang