Paginya di kampus, saat Ammar ingin memasuki kelas, Verrel yang menyamar sebagai supir tak sengaja menabraknya karena takut terlambat. Ammar semakin geram kenapa supir pribadi Febby ada disini. Ammar sepertinya lupa akan kejadian semalam. Tak ingin ketahuan, Verrel pergi ke toilet dengan terburu-buru. Sampai didalam toilet, ia cepat-cepat memakai jaket dan melepas kumis palsunya. Untung pak Ammar nggak inget penyamaran gue" keluhnya sambil bercermin.
Tiba-tiba pintu toiletnya digedor dengan kasar.
"Aduh lama banget, siapa sih didalam" cerca Febby sembari menahan pipis.
"Kok kayak suara cewek sih? Bukannya ini toilet cowok ya" gumam Verrel masih santai.
"WOOY SIAPA DIDALAM CEPETAN..." Suara Febby membuat Verrel semakin tercekat.
"Berisik banget sih lo" cerca Verrel setelah membuka pintu.
"Heeh lo ngapain di toilet cewek?" Tanya Febby.
"Haah masak sih? Lo kali yang salah toilet" tuduh Verrel.
"Enak aja coba lo liat tuh" Febby menunjuk papan nama.
"Hehehe iya ya, berarti gue dong yang salah" Verrel nyengir nggak karuan menutupi rasa malunya.
"Ooo jadi ini kerjaannya di toilet" ucap Ammar sengaja menemui mereka.
"Dia yang salah masuk toilet kak" Febby membela diri.
"Panggil saya Bapak" tegas Ammar.
Diam-diam Febby ingin masuk ke toilet, sedangkan Verrel ingin kembali ke kelas.
"Kalian mau kemana?" Ammar mencegahnya.
"Mau pipis" jawab Febby bergegas masuk toilet.
"Saya mau ke kelas" tambah Verrel ketika Ammar menatapnya.
"Pelajaran saya sudah selesai, kalian ikut saya ke kantor" perintah Ammar.
Setelah Febby keluar dari toilet, perlahan-lahan mereka mengikuti Ammar dari belakang. Sesekali mereka melirik satu sama lain. Sampai di kantor, Ammar memikirkan hukuman apa kira-kira yang cocok untuk keduanya, namun tiba-tiba Bella masuk.
"Maaf, apa anda dosennya Verrel?" Tanya Bella.
"Iya betul" Ammar tertegun.
"Saya ada keperluan penting dengan Verrel, jadi saya pinjam Verrel sebentar" Bella lalu menarik tangan Verrel keluar.
"Silahkan" sahut Ammar meskipun Bella sudah keburu menariknya.
"Kok kakak malah ngebiarin Verrel gitu aja sih? Kan dia belum dapat hukuman" celetuk Febby, tapi Ammar malah duduk melamun, seakan akan ia lupa dengan kejadian sebelumnya, bahkan ia tak menghiraukan Febby yang sejak tadi memperhatikannya.Bella dan Verrel duduk di bangku taman kampus, tak ada kata-kata yang terucap dari bibir mereka. Tidak jauh dari mereka ternyata Ammar sibuk mencari penampakan Bella. Setelah ketemu, diam-diam Ammar memotretnya dengan ponsel canggihnya. Ada hubungan apa diantara mereka? Pikir Ammar menatapnya.
"Ciee Bapak lagi memantau calon jodohnya ya" ejek Revin.
"Ehem ehem..." Edo juga ikut-ikutan.
"Jangan banyak bicara kalau tidak mau saya kasih nilai E" ancam Ammar.
"Waduh pak, masak gitu aja ngambek sih" canda Revin.
"Pergi nggak?" Ammar kembali mengancam.
Mereka buru-buru kabur meninggalkan Ammar, sedangkan Bella dan Verrel masih terlihat berbincang-bincang.
"Apa kamu nggak kasian sama mama?" Tanya Bella.
"Bukannya Verrel nggak kasian atau kangen sama mama, tapi Verrel pengen ngebuktiin ke papa, kalau Verrel bisa hidup tanpa harta papa, Verrel nggak mau ada tekanan atau paksaan kak, Verrel lebih suka jadi fotografer dari pada aktor" jawab Verrel dengan panjang lebar.
"Oke kakak ngerti, tapi setidak-tidaknya kamu pulang sebentar nemuin mama, kakak nggak mau mama sakit karena kepikiran kamu terus"
"Nanti Verrel kasih alamat tinggal Verrel ke kakak, tapi kakak harus janji jangan sampai papa dan anak buahnya tau"
"Ya udah, kakak nggak akan kasih tau siapa-siapa, nanti kamu kabarin ya" Bella kemudian beranjak dari tempat duduk.Vani sudah bersiap-siap pergi membawa koper, tapi ketika ia hendak keluar membuka pintu Wahyu tiba-tiba masuk.
"Kamu mau kemana bawa koper segala?” tanya Wahyu sambil menatap wajahnya yang agak sembab sepertinya habis menangis.
"kalau mas nggak bisa ngebujuk Verrel untuk pulang, lebih baik aku pergi mas" Vani pergi sambil menahan tangis, Wahyuhanya terdiam seperti berpikir.
Setelah Vani sampai di depan gerbang Wahyu mengejarnya dan menahan kopernya.
"oke oke, aku akan berusaha mencari Verrel" ucap Wahyu
"Verrel nggak bakal mau pulang kalau mas masih egois, Verrel itu anak kita mas, bukan boneka yang bisa seenaknya diatur atur" maki Vani.
"oke aku memang salah, tapi pliss jangan tinggalin aku" ucap Wahyu setelah terdiam beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Hati
General FictionApakah dibenak kalian pernah terpikir, bahwa didunia ini ada seorang Dosen tampan yang killer dan tegas takluk dengan seorang gadis yang berhijab dan berpenampilan sederhana? Mereka adalah Ammar dan Bella. Bella sering datang ke kampus, karena Bella...