part 62

198 20 0
                                    

Saat Bella dan Ammar ingin tidur, suara ponsel dari atas meja rias berdering tak henti-hentinya. Itu panggilan dari Mawar.
"Siapa sih malam-malam begini?" Keluh Ammar enggan beranjak.
"Ya terima aja siapa tau penting" pinta Bella.
Ammar agak malas ingin mengangkatnya. Apalagi ia tau itu dari Mawar. Yang ada Ammar menutupi telinganya dengan bantal.
"Lho memangnya dari siapa?" Bella lalu meraih ponsel itu. "Mawar...?"
Lantas ia menerima telepon itu diluar kamar.
"Iya hallo"
"Kok bukan Ammar sih yang angkat?" Gerutu Mawar.
"Ammar udah tidur" jawabnya dingin.
"Aku nggak percaya tuh, aku yakin kamu pasti sengaja kan?"
"Kalau nggak percaya ya udah"
Dengan ketus Bella menutup teleponnya.
"Sialan pakek acara dimatiin segala lagi" Mawar semakin kesal. "Tapi nggak apa-apa, masih ada kesempatan hari esok, oke"

Di dalam kamar mandi, Febby mendengar Verrel mengetuk pintu berulangkali.
"Febby...kamu nggak apa-apa kan?"
Tak ingin membuatnya khawatir, Febby keluar dari kamar mandi menggunakan pakaian tidur dan berbaring di ranjang. Verrel mengeluh panjang menghadapi sikap cuek itu. Berharap mendapat perhatian, Verrel sengaja menghubungi Nasya. Kebetulan saja Nasya belum tidur. Ia pun menerimanya.
"Hallo rel, lo gimana keadaannya? Katanya habis kecelakaan?"
"Oh iya, tapi sekarang gue udah baikan kok"
Seketika mata Febby mendelik kearahnya. Mengetahui hal tersebut, Verrel senyum-senyum sendiri sambil melanjutkan obrolannya. Ternyata misinya membuat Febby semakin cemburu berhasil.
"Telepon teleponan aja terus sampai pagi" cerca Febby dalam hati dengan bernada menyindir.
"Febby sayang..." Rayuan Verrel mulai terdengar usai menutup telepon.
"Nggak usah manggil manggil nggak usah pegang pegang" nada marah Febby timbul sambil menepis tangan Verrel yang hendak mengelus rambutnya. "Mendingan kamu tidur diluar" ketusnya.
"Gitu aja ngambek"
Terpaksa Verrel membawa bantal dan guling tidur di sofa.
Satu jam kemudian, Febby bangun membawa selimut menghampiri Verrel yang tampak terlelap tidur. Sebenarnya Febby tidak tega, tapi mau bagaimana lagi. Ia lalu menyelimuti Verrel dan meraba wajahnya sebelum kembali ke kamar.

Andin menangis tersedu-sedu didalam kamar mandi, saat mengetahui kalau testpack yang ia gunakan hasilnya positif. Ditambah lagi dengan kemarahan Lisa, hatinya semakin hancur. Andin mengguyur tubuhnya dengan air.
"Gue nggak pernah ngelakuin itu, tapi kenapa bisa begini, gue nggak mau ini terjadi sama gue, GUE NGGAK MAU..." Ia menjerit sekuat-kuatnya. "AAAGH..."
Sementara itu Lisa nampak pusing memikirkan kehamilan Andin.
"Kenapa ini terjadi sama Andin? Apa ini karma?"
Ia terus berpikir mencari jalan keluarnya, tapi kepalanya jadi tambah sakit. Lantas Lisa menghampiri Andin.
"Siapa yang sudah berani membuat kamu begini?" Lisa kembali menginterogasinya.
"Andin juga nggak tau ma" dengan nafas tersendat-sendat.
"Nggak tau? Kalau kamu nggak tau nggak mungkin bisa terjadi seperti ini Andin" kemarahan Lisa kembali memuncak.
"Waktu itu Andin ke bar, terus Andin nggak tau lagi kejadiannya"
"Coba kamu ingat-ingat lagi, terakhir kamu ketemu sama siapa?"
"Bima" pikiran Andin menerawang pada saat tiba-tiba ia hanya mengenakan tank top dikamarnya. "Iya ma, waktu itu Andin tiba-tiba ada di rumahnya Bima"
Andin pergi menuju rumah Bima meskipun sudah larut malam.

Wahyu kembali melancarkan aksinya mengintai rumah Naya. Walaupun Wahyu menyadari Ammar terus-terusan mengancamnya ia tak peduli. Ia mencoba menghubungi Naya. Naya yang sudah terlelap tidur terkejut mendengar nada ponselnya.
"Ni orang ngapain sih nelpon-nelpon? Nggak punya kerjaan lain apa selain gangguin hidup orang?"
Deringan itu berhenti dan sesaat kemudian muncul suara pesan.
"Aku sudah menunggu di depan, tolong kamu keluar sebentar"
Naya bergegas keluar ingin meyakinkan apa itu benar atau cuma sekedar iseng saja.
"Jadi Wahyu benar-benar ada didepan, mau apa dia sebenarnya?" Naya tampak panik menatapnya dari balik tirai.
Ammar yang hendak ke dapur tak sengaja melihatnya.
"Mama..." Tegurnya.
"Eh iya" Naya langsung menutup tirai dan membalikkan tubuh.
"Ada apa?" Sambil mendekat.
"Nggak ada apa-apa, tadi mama abis mimpi buruk aja" Naya mengalihkan perhatian dan kembali ke kamar.
Karena curiga ada sesuatu, Ammar membuka tirai itu sambil mengintai keadaan luar. Ia menghela nafas setelah mengetahui kalau diluar tidak ada apa-apa.

Suara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang